Madaniyah
{الم (1) ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ
هُدًى لِلْمُتَّقِينَ (2) الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ
بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
(3) وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ
إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالْآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ
(4) أُولَئِكَ عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ
وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (5)}
.
"Alif lam mim. Kitab
(al-Qur`an) ini tidak ada
keraguan pada-nya; petunjuk
(hidayah) bagi mereka
yang bertakwa,
(yaitu) mereka yang beriman kepada
yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan me-nafkahkan sebagian rizki yang
Kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada Kitab
(al-Qur`an) yang telah diturunkan kepadamu dan
kitab-kitab yang telah diturunkan se-belummu, serta mereka yakin akan
adanya
(kehidupan) akhirat. Mereka itulah yang
tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang
beruntung."
(Al-Baqarah: 1-5).
Telah berlalu pembahasan tentang makna basmalah.
#
{1} وأما الحروف المقطَّعة في أوائل السورة ؛
فالأسلم فيها السكوت عن التعرُّض لمعناها من غير مستند شرعي، مع الجزم بأن
الله تعالى لم ينزلها عبثاً، بل لحكمة لا نعلمها.
(1) Huruf-huruf yang terpenggal-penggal di setiap
awal surat, lebih baik membiarkannya dan tidak mencoba-coba mencari
makna-maknanya tanpa ada sandaran yang syar'i, dan diiringi dengan
keyakinan yang kuat bahwasanya Allah تعالى tidak menurunkannya dengan
sia-sia, akan tetapi menyimpan hikmah yang tidak kita ke-tahui.
#
{2} وقوله:
{ذلك الكتاب}؛ أي:
هذا الكتاب العظيم، الذي هو الكتاب على الحقيقة، المشتمل على ما لم تشتمل
عليه كتب المتقدمين والمتأخرين من العلم العظيم والحقِّ المبين؛
{لا ريب فيه} فلا ريب فيه ولا شكَّ بوجه من
الوجوه، ونفي الرَّيب عنه يستلزم ضده إذ ضد الريب والشك اليقين، فهذا
الكتاب مشتمل على علم اليقين المزيل للشك والريب. وهذه قاعدة مفيدة أن
النفي المقصود به المدح لا بد أن يكون متضمناً لضده وهو الكمال؛ لأن النفي
عدم، والعدم المحض لا مدح فيه، فلما اشتمل على اليقين وكانت الهداية لا
تحصل إلا باليقين؛ قال:
{هدىً للمتقين}، والهدى ما تحصل به الهداية
من الضلالة والشُّبَه، وما به الهداية إلى سلوك الطرق النافعة.
وقال:
{هدى} وحذف المعمولَ،
فلم يقل:
هدى للمصلحة الفلانية ولا للشيء الفلاني؛ لإرادة العموم وأنه هدى لجميع
مصالح الدارين، فهو مرشدٌ للعباد في المسائل الأصولية والفروعية، ومبين
للحق من الباطل والصحيح من الضعيف، ومبين لهم كيف يسلكون الطرق النافعة لهم
في دنياهم وأخراهم. وقال في موضع آخر:
{هدى للناس} فعمَّم،
وفي هذا الموضع وغيره:
{هدى للمتقين} لأنه في نفسه هدى لجميع الناس
، فالأشقياء لم يرفعوا به رأساً ولم يقبلوا هدى الله، فقامت عليهم به
الحجة، ولم ينتفعوا به لشقائهم.
وأما المتقون الذين أتوا بالسبب الأكبر لحصول الهداية وهو التقوى التي
حقيقتها:
اتخاذ ما يقي سخط الله وعذابه بامتثال أوامره، واجتناب النواهي، فاهتدوا
به، وانتفعوا غاية الانتفاع، قال تعالى:
{يا أيها الذين آمنوا إن تتقوا الله يجعل لكم فرقاناً}
فالمتقون هم المنتفعون بالآيات القرآنية والآيات الكونية.
ولأن الهداية نوعان:
هداية البيان، وهداية التوفيق، فالمتقون حصلت لهم الهدايتان وغيرهم لم تحصل
لهم هداية التوفيق، وهداية البيان بدون توفيق للعمل بها ليست هداية حقيقية
تامة.
(2) FirmanNya, ﴾ ذَٰلِكَ ٱلۡكِتَٰبُ
﴿ "Kitab itu," yakni kitab suci yang agung ini dalam arti hakiki, yang
mengandung hal-hal yang tidak dikandung oleh kitab-kitab terdahulu
maupun sekarang berupa ilmu yang agung dan kebenaran yang nyata, ﴾
لَا رَيۡبَۛ فِيهِۛ
﴿ "tidak ada keraguan padanya," dan juga tidak ada kebimbangan padanya
dalam bentuk apa pun. Meniadakan keraguan dari kitab ini mengharuskan
apa yang bertentangan dengannya, di mana hal yang bertentangan dengan
hal itu adalah keyakinan, maka kitab ini mengandung ilmu keyakinan yang
menghapus segala bentuk keraguan dan kebim-bangan. Ini merupakan suatu
kaidah yang menunjukkan bahwa peni-adaan di sini maksudnya adalah pujian
yang harus melingkupi hal yang bertentangan dengannya yaitu
kesempurnaan, karena penia-daan adalah suatu yang tidak ada, sedangkan
hal yang tiada secara murni itu tidak ada pujian padanya. Dan karena
Kitab suci ini me-ngandung keyakinan sedangkan hidayah itu tidaklah akan
dapat diperoleh kecuali dengan keyakinan, maka Allah berfirman,﴾
هُدٗى لِّلۡمُتَّقِينَ
﴿ "Petunjuk (hidayah) bagi mereka yang
bertakwa." Hidayah itu ada-lah suatu yang memberikan hidayah dari
kesesatan dan kesamaran, dan
(sebaliknya) membimbing untuk menempuh jalan
yang berguna. Allah berfirman di sini, ﴾
هُدٗى
﴿ "Petunjuk" dan tidak merinci bentuk petunjuknya, Dia tidak berfirman,
"petunjuk untuk kemas-lahatan ini atau untuk kepentingan begini," karena
yang dimaksud adalah keumuman
(mencakup semua maslahat dan kebaikan), dan
bahwasanya ia adalah petunjuk untuk seluruh kemaslahatan kedua negeri,
ia adalah pembimbing bagi hamba dalam masalah-masalah ushul
(pokok) dan masalah-masalah furu'
(cabang), pemberi penje-lasan untuk kebenaran
dari kebatilan, dan yang shahih dari yang lemah, dan pemberi penjelasan
bagi mereka tata cara menempuh jalan yang berguna bagi mereka di dunia
dan akhirat mereka. Allah berfirman pada tempat yang lain, ﴾
هُدٗى لِّلنَّاسِ
﴿ "Petunjuk bagi manusia."
(Al-Baqarah: 185). Ini
juga umum mencakup semua
(untuk seluruh manusia), se-dangkan pada
pembahasan ini dan yang selainnya adalah ﴾
هُدٗى لِّلۡمُتَّقِينَ
﴿ "petunjuk bagi mereka yang bertakwa," karena sesungguhnya dalam hal
itu sendiri telah bermakna petunjuk bagi seluruh manusia, sedangkan
orang-orang yang celaka tidak memperhatikan hal itu dan mereka tidak
menerima petunjuk Allah, maka dengan petunjuk ini, hujjah telah
ditegakkan atas mereka, dan mereka tidak mengambil manfaat dengannya,
dikarenakan mereka adalah orang-orang celaka. Orang-orang yang bertakwa
ialah orang-orang yang melakukan sebab yang terbesar demi memperoleh
petunjuk yaitu ketakwaan, yang mana hakikatnya adalah menjalankan
perkara yang dapat me-lindungi dari kemurkaan Allah dan azabNya dengan
cara menger-jakan perintah-perintahNya dan menjauhi
larangan-laranganNya, lalu mereka mengambil petunjuk dengan itu dan
mengambil manfaat darinya dengan sebenar-benarnya. Allah q berfirman,
﴾
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِن تَتَّقُواْ ٱللَّهَ يَجۡعَل لَّكُمۡ
فُرۡقَانٗا ﴿ "Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada
Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqan
(petunjuk yang dapat membedakan yang haq dan yang batil)."
(Al-Anfal: 29). Maka
orang-orang yang bertakwa adalah mereka yang me-ngambil manfaat dengan
ayat-ayat al-Qur`an dan ayat-ayat kauni-yah, juga karena hidayah itu ada
dua macam; hidayah penjelasan, dan hidayah taufik. Maka orang-orang yang
bertakwa mendapat-kan kedua hidayah tersebut sedangkan selain dari mereka
tidak mendapatkan hidayah taufik, karena hidayah penjelasan tanpa mendapat
hidayah taufik untuk mengamalkannya bukan merupa-kan hidayah secara hakiki
dan sempurna.
Kemudian Allah menggambarkan ciri orang-orang yang ber-takwa tersebut,
yaitu memiliki keyakinan-keyakinan dan amalan-amalan batin serta
amalan-amalan lahir, karena ketakwaan memang mencakup semua itu seraya
berfirman,
#
{3}
{الذين يؤمنون بالغيب} حقيقة الإيمان هو
التصديق التام بما أخبرت به الرسل، المتضمن لانقياد الجوارح، وليس الشأن في
الإيمان بالأشياء المشاهدة بالحسِّ، فإنه لا يتميز بها المسلم من الكافر،
إنما الشأنُ في الإيمان بالغيب الذي لم نره ولم نشاهده، وإنما نؤمن به لخبر
الله وخبر رسوله. فهذا الإيمان الذي يميز به المسلم من الكافر؛ لأنه تصديق
مجرد لله ورسله، فالمؤمن يؤمن بكل ما أخبر الله به، أو أخبر به رسوله سواء
شاهده أو لم يشاهده، وسواء فهمه وعقله، أو لم يهتدِ إليه عقله وفهمه، بخلاف
الزنادقة المكذبين بالأمور الغيبية لأن عقولهم القاصرة المقصرة لم تهتدِ
إليها فكذبوا بما لم يحيطوا بعلمه؛ ففسدت عقولهم، ومرجت أحلامهم؛ وزكت عقول
المؤمنين المصدقين المهتدين بهدى الله. ويدخل في الإيمان بالغيب الإيمان
بجميع ما أخبر الله به من الغيوب الماضية والمستقبلة وأحوال الآخرة وحقائق
أوصاف الله وكيفيتها وما أخبرت به الرسل من ذلك، فيؤمنون بصفات الله
ووجودها، ويتيقنونها وإن لم يفهموا كيفيتها.
ثم قال:
{ويقيمون الصلاة} لم يقل: يفعلون الصلاة؛ أو
يأتون بالصلاة لأنه لا يكفي فيها مجرد الإتيان بصورتها الظاهرة، فإقامة
الصلاة، إقامتها ظاهراً، بإتمام أركانها وواجباتها وشروطها، وإقامتها
باطناً ، بإقامة روحها وهو حضور القلب فيها وتدبر ما يقول ويفعله
منها، فهذه الصلاة هي التي قال الله فيها:
{إن الصلاة تنهى عن الفحشاء والمنكر}
وهي التي يترتب عليها الثواب، فلا ثواب للعبد من صلاته إلا ما عقل منها،
ويدخل في الصلاة فرائضها ونوافلها. ثم قال:
{ومما رزقناهم ينفقون} يدخل فيه النفقات
الواجبة؛ كالزكاة، والنفقة على الزوجات والأقارب والمماليك ونحو ذلك،
والنفقات المستحبة بجميع طرق الخير، ولم يذكر المنفَق عليه لكثرة أسبابه
وتنوع أهله، ولأن النفقة من حيث هي قربة إلى الله، وأتى
«بِمِن» الدالة على التبعيض؛ لينبههم أنه لم يرد
منهم إلا جزءاً يسيراً من أموالهم غير ضار لهم، ولا مثقل بل ينتفعون هم
بإنفاقه، وينتفع به إخوانهم، وفي قوله:
{رزقناهم} إشارة إلى أن هذه الأموال التي بين
أيديكم ليست حاصلة بقوتكم وملككم، وإنما هي رزق الله الذي خوّلكم وأنعم به
عليكم، فكما أنعم عليكم وفضلكم على كثير من عباده فاشكروه بإخراج بعض ما
أنعم به عليكم، وواسوا إخوانكم المعدمين. وكثيراً ما يجمع تعالى بين الصلاة
والزكاة في القرآن؛ لأن الصلاة متضمنة للإخلاص للمعبود، والزكاة والنفقة
متضمنة للإحسان على عبيده؛ فعنوان سعادة العبد إخلاصه للمعبود وسعيه في نفع
الخلق، كما أن عنوان شقاوة العبد عدم هذين الأمرين منه فلا إخلاص ولا
إحسان.
(3) ﴾ ٱلَّذِينَ يُؤۡمِنُونَ بِٱلۡغَيۡبِ
﴿ "Yaitu mereka yang beriman kepada yang ghaib." Hakikat keimanan
adalah pembenaran yang total terhadap apa pun yang dikabarkan oleh para
Rasul, yang meliputi ketundukan ang-gota tubuh. Perkara keimanan itu
tidak hanya kepada hal-hal yang dapat diperoleh oleh panca indera
semata, karena hal ini tidaklah mampu membedakan antara seorang Muslim
dengan seorang kafir, namun perkara yang dianggap dalam keimanan kepada
yang ghaib adalah yang tidak kita lihat dan tidak kita saksikan, namun
kita hanya mengimaninya saja karena ada kabar dari Allah dan kabar dari
RasulNya ﷺ. Inilah keimanan yang mampu membedakan antara seorang Muslim
dengan seorang kafir, karena itulah pembenaran yang utuh terhadap Allah
dan Rasul-rasulNya. Maka seorang yang beriman adalah yang mengimani
segala sesuatu yang dikabarkan oleh Allah atau yang dikabarkan oleh
RasulNya, baik yang dia saksikan atau-pun tidak, baik dia mampu memahami
dan masuk dalam akalnya, ataupun akal dan pemahamannya tidak mampu
mencernanya. Berbeda dengan orang-orang atheis yang mendustakan[2]
perkara-perkara ghaib, karena akal-akal mereka yang terbatas lagi lalai
tidak sampai kepadanya, akhirnya mereka mendustakan apa yang tidak mampu
dipahami oleh ilmu mereka, yang pada akhirnya rusaklah akal-akal mereka,
sia-sialah harapan mereka, dan
(sebaliknya) ber-sihlah akal kaum Mukminin yang
membenarkan lagi mengambil hidayah dengan petunjuk Allah. Dan termasuk
dalam keimanan kepada yang ghaib adalah keimanan kepada seluruh kabar
yang diberitakan oleh Allah dari hal-hal ghaib yang terdahulu maupun
yang akan datang, kondisi-kondisi Hari Akhirat, hakikat sifat-sifat
Allah dan bentuk-bentuk-nya, dan kabar yang diberikan oleh RasulNya
tentang semua itu; di mana mereka beriman kepada sifat-sifat Allah dan
keberadaannya, dan mereka meyakininya walaupun mereka tidak mampu
mema-hami cara dan bentuknya. Kemudian Allah berfirman, ﴾
وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ
﴿ "Yang mendirikan shalat." Dia tidak berfirman, yang mengerjakan
shalat, atau menjalankan shalat, karena sesungguhnya tidaklah cukup
hanya sekedar men-jalankan dengan bentuknya yang lahir saja, karena
mendirikan shalat yang dimaksud adalah mendirikan shalat secara lahir
dengan menyempurnakan rukun-rukunnya, wajib-wajibnya, dan
syarat-syaratnya, dan juga mendirikannya secara batin dengan mendirikan
ruhnya yaitu dengan menghadirkan hati padanya, merenungi apa yang dibaca
dan mengamalkannya. Maka shalat inilah yang dise-butkan dalam Firman
Allah تعالى, ﴾
إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنۡهَىٰ عَنِ ٱلۡفَحۡشَآءِ وَٱلۡمُنكَرِۗ
﴿ "Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan
mungkar."
(Al-Ankabut: 45). Yaitu
shalat yang memperoleh ganjaran. Maka tidak ada ganjaran bagi seorang
hamba dari shalatnya kecuali apa yang dia pahami darinya, dan termasuk
dalam shalat di sini adalah yang wajib maupun yang sunnah. Kemudian
Allah berfirman, ﴾
وَمِمَّا رَزَقۡنَٰهُمۡ يُنفِقُونَ
﴿ "Dan menafkahkan sebagian rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka."
Termasuk di dalamnya nafkah-nafkah yang wajib, seperti zakat, nafkah
atas istri, keluarga dan para budak dan sebagainya, dan nafkah-nafkah
yang dicintai dengan segala jalan kebaikan. Dan tidak disebutkan-nya
hal-hal yang diinfakkan karena banyaknya sebab-sebabnya dan
bermacam-macam penerimanya, dan karena nafkah itu pada dasarnya adalah
sebuah ibadah kepada Allah. Dia juga disebutkan dengan kata "dari" yang
menunjukkan makna sebagian, demi untuk mengingatkan mereka bahwasanya
Allah tidak menghendaki dari mereka kecuali sebagian kecil saja dari
harta-harta mereka yang tidak akan memudaratkan mereka dan tidak akan
pula memberat-kan mereka, bahkan mereka akan mengambil manfaat dari
infak mereka tersebut, dan saudara-saudara mereka juga akan dapat
mengambil manfaat darinya. Dan dalam Firman Allah, ﴾
رَزَقۡنَٰهُمۡ ﴿ "Rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka," terkandung
sebuah isyarat bahwa harta yang ada di hadapanmu ini tidaklah diperoleh
dari kekuatan dan kepemilikanmu, akan tetapi itu semua adalah rizki Allah
yang dianugerahkan kepada kalian dan diberikanNya nikmat itu atas kalian.
Maka karena nikmat yang diberikan oleh Allah atas kalian dan kemurahanNya
terhadap kalian dibanding banyak hamba-hambaNya yang lain, maka
bersyukurlah kepada-Nya dengan mengeluarkan sebagian nikmat yang diberikan
atas kalian tersebut, dan hiburlah saudara-saudara kalian yang tidak
memilikinya. Dan sangatlah banyak sekali Allah menyatukan
(menyanding-kan) shalat dengan zakat dalam
al-Qur`an, karena shalat itu mengan-dung keikhlasan hanya kepada Dzat yang
disembah, sedangkan zakat dan nafkah mengandung berbuat baik kepada sesama
hamba-hambaNya. Maka tanda dari kebahagiaan seorang hamba adalah
keikhlasannya kepada Dzat yang disembah dan usahanya dalam memberikan
manfaat kepada manusia, sebagaimana tanda keseng-saraan seorang hamba
adalah tidak adanya kedua perkara tersebut pada dirinya, tidak ada
keikhlasan dan tidak pula perbuatan baik kepada sesama.
#
{4} ثم قال:
{والذين يؤمنون بما أنزل إليك}
وهو: القرآن والسنة، قال تعالى:
{وأنزل الله عليك الكتاب والحكمة}
فالمتقون يؤمنون بجميع ما جاء به الرسول ولا يفرقون بين بعض ما أنزل إليه،
فيؤمنون ببعضه، ولا يؤمنون ببعضه، إما بجحده، أو تأويله على غير مراد الله
ورسوله، كما يفعل ذلك من يفعله من المبتدعة الذين يؤولون النصوص الدالة على
خلاف قولهم بما حاصله عدم التصديق بمعناها وإن صدقوا بلفظها، فلم يؤمنوا
بها إيماناً حقيقيًّا. وقوله:
{وما أنزل من قبلك} يشمل الإيمان بجميع الكتب
السابقة، ويتضمن الإيمانُ بالكتب الإيمان بالرسل وبما اشتملت عليه خصوصاً
التوراة والإنجيل والزبور، وهذه خاصية المؤمنين يؤمنون بالكتب السماوية
كلها وبجميع الرسل فلا يفرقون بين أحد منهم.
ثم قال:
{وبالآخرة هم يوقنون} والآخرة: اسم لما يكون
بعد الموت، وخصه بالذكر بعد العموم؛ لأن الإيمان باليوم الآخر أحد أركان
الإيمان؛ ولأنه أعظم باعث على الرغبة والرهبة والعمل،
واليقين هو:
العلم التام، الذي ليس فيه أدنى شك، الموجب للعمل.
(4) Kemudian Allah berfirman, ﴾ وَٱلَّذِينَ
يُؤۡمِنُونَ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيۡكَ
﴿ "Dan me-reka yang beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu"
yaitu al-Qur`an dan as-Sunnah. Allah q berfirman, ﴾
وَأَنزَلَ ٱللَّهُ عَلَيۡكَ ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡحِكۡمَةَ
﴿ "Dan Allah telah menurunkan al-Kitab
(al-Qur`an) dan al-Hikmah
(as-Sunnah) kepadamu."
(An-Nisa`: 113), Maka
orang-orang yang bertakwa itu beriman kepada seluruh perkara yang datang
dari Rasul, dan mereka tidak membeda-be-dakan antara sebagian dengan
lainnya dari apa yang diturunkan kepadanya, di mana dia beriman dengan
sebagiannya, dan tidak beriman dengan sebagiannya, baik dengan cara
mengingkarinya atau dengan mentakwilkannya dari maksud yang dikehendaki
oleh Allah dan RasulNya sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang yang
melakukan bid'ah yang mentakwilkan nash-nash yang bertentangan dengan
pendapat mereka, yang pada implikasinya tidak mempercayai makna-maknanya
walaupun mereka memper-cayai kata-katanya, sehingga
(hakikatnya) mereka tidak beriman kepadanya
secara hakiki. Dan FirmanNya, ﴾
وَمَآ أُنزِلَ مِن قَبۡلِكَ
﴿ "Dan apa yang telah diturunkan se-belummu," meliputi keimanan kepada
seluruh kitab-kitab terdahulu, dan keimanan kepada kitab-kitab mencakup
keimanan kepada Ra-sul-rasul dan kepada hal-hal yang meliputinya,
khususnya Taurat, Injil, dan Zabur. Dan ini adalah keistimewaan kaum
Mukminin yang beriman kepada kitab-kitab langit seluruhnya, dan kepada
seluruh Rasul-rasul, dan mereka tidak membeda-bedakan salah satu di
antara mereka. Kemudian Allah berfirman, ﴾
وَبِٱلۡأٓخِرَةِ هُمۡ يُوقِنُونَ ﴿ "Serta mereka yakin akan adanya
akhirat." Akhirat adalah sebuah nama bagi kehidupan yang ada setelah
kematian, dan disebutkannya secara khusus sete-lah kata yang umum, adalah
karena keimanan kepada Hari Akhirat termasuk salah satu dari rukun iman,
dan karena merupakan pen-dorong yang paling besar dalam hal harapan,
kekhawatiran dan beramal. Sedangkan keyakinan adalah ilmu yang sempurna
yang padanya tidak ada keraguan sedikit pun, yang membuahkan per-buatan.
#
{5}
{أولئك}؛ أي:
الموصوفون بتلك الصفات الحميدة
{على هدى من ربهم}؛
أي:
على هدى عظيم؛ لأن التنكير للتعظيم، وأيُّ هداية أعظم من تلك الصفات
المذكورة المتضمنة للعقيدة الصحيحة والأعمال المستقيمة؟! وهل الهداية في
الحقيقة إلا هدايتهم وما سواها مما خالفها فهي ضلالة؟! وأتى بعلى في هذا
الموضع الدالة على الاستعلاء،
وفي الضلالة يأتي بفي كما في قوله:
{وإنا أو إياكم لعلى هدى أو في ضلال مبين}؛
لأن صاحب الهدى مستعلٍ بالهدى مرتفع به، وصاحب الضلال منغمس فيه
محتقر. ثم قال:
{وأولئك هم المفلحون} والفلاح هو الفوز
بالمطلوب والنجاة من المرهوب، حصر الفلاح فيهم؛ لأنه لا سبيل إلى الفلاح
إلا بسلوك سبيلهم، وما عدا تلك السبيل فهي سبل الشقاء والهلاك والخسار التي
تفضي بسالكها إلى الهلاك؛
فلهذا لما ذكر صفات المؤمنين حقًّا ذكر صفات الكفار المظهرين لكفرهم
المعاندين للرسول فقال:
(5) ﴾ أُوْلَٰٓئِكَ
﴿ "Mereka itulah," yaitu yang bersifat dengan sifat-sifat terpuji
tersebut ﴾
عَلَىٰ هُدٗى مِّن رَّبِّهِمۡۖ
﴿ "yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka," yakni yang tetap di
atas petunjuk yang besar; karena pemakaian kata yang tidak terbatas
(nakirah) adalah untuk ung-kapan mengagungkan.
Dan hidayah apalagi yang lebih agung dari sifat-sifat yang telah
disebutkan yang mengandung keyakinan yang benar dan perbuatan-perbuatan
yang lurus? Pada hakikatnya hidayah itu hanya seperti hidayah yang ada
pada mereka tersebut, sedangkan apa-apa yang bertentangan dengan itu
adalah kesesatan. Dan dipakai kata عَلَى
(di atas) dalam posisi kalimat di sini
menun-jukkan pada ketinggian, adapun dalam posisi kata kesesatan
me-makai kata فِيْ (di dalam) sebagaimana dalam
FirmanNya, ﴾
وَإِنَّآ أَوۡ إِيَّاكُمۡ لَعَلَىٰ هُدًى أَوۡ فِي ضَلَٰلٖ مُّبِينٖ 24
﴿ "Dan sesungguhnya kami atau kamu
(orang-orang musyrik) pasti berada di atas
kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata."
(Saba`: 24). Hal itu karena ahli hidayah adalah
tinggi dengan hidayah tersebut adapun ahli kesesatan yang tenggelam di
dalamnya adalah terhina. Kemudian Allah berfirman, ﴾
وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ ﴿ "Dan merekalah orang-orang yang
beruntung." Keberuntungan adalah memperoleh hal yang diinginkan dan
selamat dari hal yang dikhawatirkan. Pembatasan keberuntungan hanya pada
mereka, karena tidak ada jalan menuju kepada keberuntungan kecuali dengan
menempuh jalan mereka tadi, dan jalan-jalan selain jalan tersebut, maka
itu semua adalah jalan kesengsaraan, kehancuran, dan kerugian yang akan
menjerumuskan penempuhnya kepada kebinasaan. Oleh karena itu, ketika Allah
menyebutkan sifat-sifat kaum Mukminin yang hakiki, Dia menyebutkan pula
sifat-sifat kaum kafir yang menampakkan kekufuran mereka yang durhaka
kepada Rasul seraya berfirman,
{إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ
لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ (6) خَتَمَ
اللَّهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ وَعَلَى سَمْعِهِمْ وَعَلَى أَبْصَارِهِمْ
غِشَاوَةٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ (7)}
.
"Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri
peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan
beriman. Allah telah mengunci mati hati dan pen-dengaran mereka, dan
penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat."
(Al-Baqarah: 6-7).
#
{6} يخبر تعالى
{إن الذين كفروا}،
أي:
اتصفوا بالكفر وانصبغوا به، وصار وصفاً لهم لازماً لا يردعهم عنه رادع، ولا
ينجع فيهم وعظ أنهم مستمرون على كفرهم، فسواء عليهم
{أأنذرتهم أم لم تنذرهم لا يؤمنون}. وحقيقة
الكفر هو الجحود لما جاء به الرسول أو جحد بعضه، فهؤلاء الكفار لا تفيدهم
الدعوة إلا إقامة الحجة عليهم، وكأن في هذا قطعاً لطمع الرسول - صلى الله
عليه وسلم - في إيمانهم وأنك لا تأس عليهم، ولا تذهب نفسك عليهم حسرات.
(6) Allah تعالى mengabarkan, ﴾ إِنَّ ٱلَّذِينَ
كَفَرُواْ
﴿ "Sesungguhnya orang-orang kafir," yakni mereka yang bersifat dengan
kekufuran dan terwarnai dengannya, lalu menjadi sifat yang lazim bagi
mereka, di mana tidak ada sesuatu pun yang dapat menghalangi mereka
darinya; nasihat tidak berguna pada mereka dan mereka selalu tetap dalam
kekufuran mereka, maka sama saja bagi mereka, ﴾
ءَأَنذَرۡتَهُمۡ أَمۡ لَمۡ تُنذِرۡهُمۡ لَا يُؤۡمِنُونَ ﴿ "kamu beri
peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak akan beriman."
Hakikat kekufuran adalah mengingkari sesuatu yang datang dari Rasul atau
mengingkari sebagiannya. Tidak akan ada man-faatnya dakwah bagi
orang-orang kafir itu, kecuali hanya sebatas menegakkan hujjah atas
mereka, seolah-olah dalam hal ini hanya pemutus bagi keinginan kuat
Rasulullah dalam mewujudkan keimanan mereka, dan bahwasanya kamu jangan
bersedih hati untuk mereka, dan bahwasanya dirimu tidak boleh berputus asa
terhadap mereka.
Kemudian Allah q menyebutkan beberapa penghalang yang menghalangi mereka
dari keimanan, seraya berfirman,
#
{7}
{ختم الله على قلوبهم وعلى سمعهم}؛
أي:
طبع عليها بطابع لا يدخلها الإيمان ولا ينفذ فيها؛ فلا يعون ما ينفعهم ولا
يسمعون ما يفيدهم {وعلى أبصارهم غشاوة}؛
أي:
غشاءً وغطاءً وأكنَّة تمنعها عن النظر الذي ينفعهم، وهذه طرق العلم والخير
قد سدت عليهم، فلا مطمع فيهم ولا خير يرجى عندهم، وإنما منعوا ذلك وسدت
عنهم أبواب الإيمان بسبب كفرهم وجحودهم ومعاندتهم بعد ما تبين لهم
الحق، كما قال تعالى:
{ونقلب أفئدتهم وأبصارهم كما لم يؤمنوا به أول مرة}
وهذا عقاب عاجل، ثم ذكر العقاب الآجل فقال:
{ولهم عذابٌ عظيم} وهو عذاب النار، وسخط
الجبار المستمر الدائم.
(7) ﴾ خَتَمَ ٱللَّهُ عَلَىٰ قُلُوبِهِمۡ وَعَلَىٰ
سَمۡعِهِمۡۖ
﴿ "Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka," yakni
menutupnya dengan penutup yang tidak dapat dimasuki oleh keimanan dan
tidak bisa ditembus, sehingga mereka tidak memahami apa yang berguna
bagi mereka dan apa-apa yang mereka dengarkan tidak bermanfaat untuk
mereka ﴾
وَعَلَىٰٓ أَبۡصَٰرِهِمۡ غِشَٰوَةٞۖ
﴿ "dan penglihatan mereka ditutup," yakni pelapis, penutup, dan
penghalang yang menghalangi mereka dari melihat yang ber-guna bagi
mereka, dan jalan-jalan ilmu dan kebaikan telah ditutup bagi mereka,
tidak ada keinginan pada mereka dan tidak ada kebaikan yang diharapkan
pada mereka. Mereka telah dihalangi dan ditutup bagi mereka pintu-pintu
keimanan, disebabkan oleh kekufuran dan pengingkaran mereka serta keras
kepala mereka setelah jelas bagi mereka kebenaran itu, sebagaimana Allah
ber-firman, ﴾
وَنُقَلِّبُ أَفۡـِٔدَتَهُمۡ وَأَبۡصَٰرَهُمۡ كَمَا لَمۡ يُؤۡمِنُواْ بِهِۦٓ
أَوَّلَ مَرَّةٖ
﴿ "Dan Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti me-reka
belum pernah beriman kepadanya pada permulaannya."
(Al-An'am: 110). Dan ini
hanyalah hukuman yang sekarang, kemudian Allah menyebutkan hukuman yang
akan datang seraya berfirman, ﴾
وَلَهُمۡ عَذَابٌ عَظِيمٞ ﴿ "Dan bagi mereka siksa yang amat pedih" yakni
azab api neraka, kemurkaan yang Mahaperkasa yang terus menerus dan
selamanya.
Kemudian Allah berfirman tentang sifat orang-orang muna-fik yang
menampakkan keislaman mereka, padahal batin mereka kafir,
{وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ
الْآخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِينَ
(8) يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا
وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ
(9) فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ
مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ
(10)}
.
"Di antara manusia ada yang mengatakan, 'Kami beriman kepada Allah dan
Hari Kemudian,' padahal mereka itu sesung-guhnya bukan orang-orang yang
beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal
mereka hanya me-nipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati
mereka ada penyakit, maka Allah menambah penyakitnya; dan bagi me-reka
siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta."
(Al-Baqarah: 8-10).
#
{8 ـ 9} واعلم أن النفاق هو إظهار الخير
وإبطان الشر، ويدخل في هذا التعريف النفاق الاعتقادي والنفاق العملي؛
فالنفاق العملي؛ كالذي ذكر النبي - صلى الله عليه وسلم -
في قوله:
«آية المنافق ثلاث: إذا حدث كذب، وإذا وعد أخلف، وإذا ائتمن خان»؛ وفي رواية «وإذا خاصم فجر». وأما النفاق
الاعتقادي المخرج عن دائرة الإسلام؛ فهو الذي وصف الله به المنافقين في هذه
السورة وغيرها، ولم يكن النفاق موجوداً قبل هجرة النبي - صلى الله عليه
وسلم - من مكة إلى المدينة ولا بعد الهجرة، حتى كانت وقعة بدر وأظهر الله
المؤمنين وأعزهم؛ فذل من في المدينة ممن لم يسلم، فأظهر الإسلامَ بعضُهم
خوفاً ومخادعة؛ ولتحقن دماؤهم وتسلم أموالهم، فكانوا بين أظهر المسلمين في
الظاهر أنهم منهم، وفي الحقيقة ليسوا منهم. فمن لطف الله بالمؤمنين أن جَلا
أحوالهم، ووصفهم بأوصاف يتميزون بها لئلا يغتر بهم المؤمنون، ولينقمعوا
أيضاً عن كثير من فجورهم، قال تعالى:
{يحذر المنافقون أن تنزل عليهم سورة تنبئهم بما في قلوبهم}؛ فوصفهم الله بأصل النفاق فقال:
{وَمِنَ النَّاسِ مَن يقُولُ آمنَّا باللَّهِ وبِاليومِ الآخِرِ وَمَا
هُم بمؤمنين}؛
فإنهم يقولون بألسنتهم ما ليس في قلوبهم فأكذبهم الله بقوله:
{وما هُم بمؤمنين}؛ لأن الإيمان الحقيقي ما
تواطأ عليه القلب واللسان، وإنما هذا مخادعة لله ولعباده المؤمنين،
والمخادعة:
أن يظهر المخادع لمن يخادعه شيئاً، ويبطن خلافه لكي يتمكن من مقصوده ممن
يخادع، فهؤلاء المنافقون سلكوا مع الله وعباده هذا المسلك؛ فعاد خداعهم على
أنفسهم، وهذا من العجائب ؛ لأن المخادع إما أن ينتج خداعه ويحصل له مقصوده
أو يسلم لا له ولا عليه، وهؤلاء عاد خداعهم على أنفسهم ، فكأنهم يعملون ما
يعملون من المكر لإهلاك أنفسهم وإضرارها وكيدها؛ لأن الله لا يتضرر بخداعهم
شيئاً، وعباده المؤمنين لا يضرهم كيدهم شيئاً، فلا يضر المؤمنين أن أظهر
المنافقون الإيمان؛ فسلمت بذلك أموالهم، وحقنت دماؤهم، وصار كيدهم في
نحورهم، وحصل لهم بذلك الخزي والفضيحة في الدنيا، والحزن المستمر بسبب ما
يحصل للمؤمنين من القوة والنصرة، ثم في الآخرة لهم العذاب الأليم الموجع
المفجع بسبب كذبهم وكفرهم وفجورهم، والحال أنهم من جهلهم وحماقتهم لا
يشعرون بذلك.
(8-9) Ketahuilah bahwasanya kemunafikan itu adalah
me-nampakkan kebaikan dan menyembunyikan kejahatan, termasuk dalam
definisi ini kemunafikan i'tiqad dan kemunafikan amaliah. Kemunafikan
amaliah adalah seperti yang disebutkan oleh Nabi ﷺ dalam sabda
beliau,
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ: إِذَا حَدَّثَ
كَذَبَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ.
وَفِيْ رِوَايَةٍ:
وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ. "Tanda-
tanda orang munafik itu ada tiga:
Apabila berbicara dia berdusta, bila berjanji dia mengingkarinya, dan bila
diberikan amanat dia berkhianat." Dan dalam riwayat lain, "Dan bila
berperkara dia berlaku curang."
[3] Adapun
kemunafikan i'tiqadiyah yang mengeluarkan sese-orang dari Islam yaitu yang
Allah تعالى sebutkan sebagai sifat-sifat kaum munafikin dalam surat ini
dan surat lainnya. Kemunafikan ini belumlah muncul sebelum hijrahnya Nabi
ﷺ dari Makkah me-nuju Madinah bahkan juga setelah hijrah hingga setelah
kejadian perang Badar, dan Allah memberikan kemenangan kepada kaum
Muslimin dan memuliakan mereka, dan menghinakan orang-orang yang ada di
Madinah dari mereka yang belum masuk Islam, lalu sebagian mereka
menampakkan keislaman mereka karena takut dan sebagai tipu daya, dan untuk
menjaga darah dan harta mereka, di mana mereka-mereka ini bersama kaum
Muslimin secara lahi-riyah, mereka menampakkan bahwa mereka adalah bagian
kaum Muslimin, padahal pada hakikatnya mereka bukanlah dari kaum Muslimin.
Maka sebagai tindakan kelembutan Allah bagi kaum Muk-minin adalah bahwa
Allah memperlihatkan kondisi-kondisi mereka, dan menggambarkan mereka
dengan sifat-sifat yang membedakan jati diri mereka, agar kaum Mukminin
tidak terpedaya oleh mereka, dan mampu mengendalikan kejahatan-kejahatan
mereka. Allah تعالى berfirman, ﴾ يَحۡذَرُ ٱلۡمُنَٰفِقُونَ أَن تُنَزَّلَ
عَلَيۡهِمۡ سُورَةٞ تُنَبِّئُهُم بِمَا فِي قُلُوبِهِمۡۚ
﴿ "Orang-orang munafik itu takut akan diturunkan terhadap mereka suatu
surat yang menerangkan apa yang tersembunyi dalam hati mereka."
(At-Taubah: 64). Lalu
Allah menyifati mereka dengan sifat dasar kemunafikan seraya berfirman,
﴾
وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَقُولُ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَبِٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ
وَمَا هُم بِمُؤۡمِنِينَ
﴿ "Di antara manusia ada yang mengatakan, 'Kami beriman kepada Allah
dan Hari Kemudian,' padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang
yang beriman," karena mereka mengatakan dengan lisan mereka apa yang
tidak ada dalam hati mereka, lalu Allah mendustakan mereka dengan
berfirman, ﴾
وَمَا هُم بِمُؤۡمِنِينَ ﴿ "Padahal mereka itu sesungguhnya bukan
orang-orang yang beriman," karena keimanan yang hakiki itu adalah sesuatu
yang disepakati oleh hati dan lisan. Sesungguhnya hal yang tadi itu adalah
tipu daya terhadap Allah dan hamba-hambaNya yang beriman. Dan tipu daya
itu adalah bahwa si pelaku tipu daya itu menampakkan sesuatu kepada orang
yang diperdayai dan dia menyembunyikan hal yang berbeda dengannya demi
memperoleh apa yang diinginkannya dari orang yang diperdayai tersebut. Dan
inilah yang dilakukan orang-orang munafik tersebut terhadap Allah dan
hamba-hambaNya, sehingga tipu daya mereka tersebut kembali kepada diri
mereka sendiri. Ini adalah suatu perkara yang mengherankan sekali, karena
biasanya seorang pelaku tipu daya itu kondisinya bisa jadi akan memperoleh
apa yang menjadi tujuannya atau dia selamat yang mana dia tidak
mendapatkan apa-apa dan tidak rugi apa-apa juga, namun lain halnya tipu
daya orang-orang munafik ini, ia malah kembali kepada diri mereka sendiri.
Oleh karena itu, seolah-olah mereka itu melakukan suatu makar untuk
menghancurkan diri mereka sendiri, membahayakan dan menipu diri mereka,
karena Allah tidaklah tersentuh oleh mudarat sedikitpun dari tipu daya
mereka, demikian juga hamba-hambaNya yang beriman, mereka tidak tersentuh
oleh mudarat sedikit pun dari tipu daya mereka. Maka tindakan kaum munafik
menampakkan keimanan mereka tidak membawa dampak bagi kaum Muslimin,
hingga selamatlah dengan hal itu harta-harta mereka, dan terjaga
darah-darah mereka, dan tipu daya mereka kembali kepada leher-leher
mereka, hingga dengan demikian mereka mendapatkan kehinaan dan cela di
dunia, serta kemalangan yang terus-menerus yang disebabkan oleh apa yang
diperoleh kaum Mukminin berupa kekuatan dan kemenangan, kemudian pada Hari
Akhir nanti mereka mendapatkan azab yang pedih lagi menyakitkan dan
menyerikan disebabkan oleh pendus-taan, kekufuran, dan kejahatan mereka,
dan keadaannya saat ini adalah bahwa mereka dengan kebodohan dan kedunguan
yang ada pada mereka, mereka tidak menyadari hal tersebut.
#
{10} وقوله:
{في قلوبهم مرض}؛
المراد بالمرض هنا:
مرض الشك، والشبهات، والنفاق،
وذلك أن القلب يعرض له مرضان يخرجانه عن صحته واعتداله:
مرض الشبهات الباطلة، ومرض الشهوات المُرْدِيَة. فالكفر والنفاق والشكوك
والبِدَع كلها من مرض الشبهات، والزِنا ومحبة الفواحش والمعاصي وفعلها من
مرض الشهوات؛ كما قال تعالى:
{فيطمع الذي في قلبه مرض}؛ وهو شهوة الزنا،
والمعافى من عوفي من هذين المرضين، فحصل له اليقين والإيمان والصبر عن كل
معصية، فرفل في أثواب العافية.
وفي قوله عن المنافقين:
{في قلوبهم مرض فزادهم الله مرضاً}؛ بيان
لحكمته تعالى في تقدير المعاصي، على العاصين وأنه بسبب ذنوبهم السابقة؛
يبتليهم بالمعاصي اللاحقة الموجبة لعقوباتها،
كما قال تعالى:
{ونقلب أفئدتهم وأبصارهم كما لم يؤمنوا به أول مرة}، وقال تعالى:
{فلما زاغوا أزاغ الله قلوبهم}،
وقال تعالى:
{وأما الذين في قلوبهم مرضٌ فزادتهم رجساً إلى رجسهم}
فعقوبة المعصية المعصية بعدها، كما أن من ثواب الحسنة الحسنة بعدها؛
قال تعالى:
{ويزيد الله الذين اهتدوا هدى}.
(10) FirmanNya, ﴾ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٞ
﴿ "Dalam hati mereka ada penya-kit." Yang dimaksud dengan penyakit di
sini adalah penyakit kera-guan, syubhat, dan kemunafikan. Hal itu
dikarenakan hati itu dihadapkan oleh dua penyakit yang menyebabkannya
jauh dari kesehatannya dan kenormalannya, yaitu penyakit syubhat yang
batil dan penyakit syahwat yang menjerumuskan. Kekufuran, kemunafikan,
keragu-raguan, dan semua bid'ah-bid'ah itu adalah penyakit-penyakit
syubhat, sedangkan perzinaan, suka akan ke-kejian dan menyukai
kemaksiatan serta melakukannya, adalah di antara penyakit-penyakit
syahwat, sebagaimana Allah berfirman, ﴾
فَيَطۡمَعَ ٱلَّذِي فِي قَلۡبِهِۦ مَرَضٞ وَقُلۡنَ قَوۡلٗا مَّعۡرُوفٗا 32
﴿ "... sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam
hati-nya."
(Al-Ahzab: 32). Yakni,
syahwat zina. Dan orang yang selamat adalah orang yang diselamatkan dari
kedua penyakit tersebut, hingga terwujud-lah baginya keyakinan,
keimanan, dan kesabaran dari setiap ke-maksiatan lalu dia berjalan dalam
pakaian-pakaian keselamatan. Dan FirmanNya tentang kaum munafikin,
﴾
فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٞ فَزَادَهُمُ ٱللَّهُ مَرَضٗاۖ
﴿ "Dalam hati mereka ada penyakit, maka Allah menambah penyakit-nya,"
adalah sebuah penjelasan tentang hikmah Allah تعالى terhadap penentuan
kemaksiatan atas pelaku-pelakunya dan bahwasanya hal itu disebabkan
dosa-dosa mereka yang terdahulu. Allah menguji mereka dengan kemaksiatan
yang terjadi kemudian yang mengaki-batkan hukuman, sebagaimana Allah
berfirman, ﴾
وَنُقَلِّبُ أَفۡـِٔدَتَهُمۡ وَأَبۡصَٰرَهُمۡ كَمَا لَمۡ يُؤۡمِنُواْ بِهِۦٓ
أَوَّلَ مَرَّةٖ
﴿ "Dan Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti me-reka
belum pernah beriman kepadanya pada permulaannya."
(Al-An'am: 110). Dan
Allah تعالى berfirman, ﴾
فَلَمَّا زَاغُوٓاْ أَزَاغَ ٱللَّهُ قُلُوبَهُمۡۚ
﴿ "Maka tatkala mereka berpaling
(dari kebenaran), Allah memaling-kan hati
mereka."
(Ash-Shaffat: 5). Dan
Allah تعالى juga berfirman, ﴾
وَأَمَّا ٱلَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٞ فَزَادَتۡهُمۡ رِجۡسًا إِلَىٰ
رِجۡسِهِمۡ
﴿ "Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka
dengan surat itu bertambahlah kekafiran mereka."
(At-Taubah: 125). Maka
hukuman bagi kemaksiatan adalah kemaksiatan sete-lahnya, sebagaimana
juga balasan kebaikan adalah kebaikan sete-lahnya. Allah تعالى
berfirman, ﴾
وَيَزِيدُ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ٱهۡتَدَوۡاْ هُدٗىۗ ﴿ "Dan Allah akan menambah
petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk."
(Maryam: 76).
{وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ قَالُوا إِنَّمَا
نَحْنُ مُصْلِحُونَ (11) أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ
الْمُفْسِدُونَ وَلَكِنْ لَا يَشْعُرُونَ
(12)}
.
"Dan bila dikatakan kepada mereka, 'Janganlah kamu mem-buat kerusakan di
muka bumi.' Mereka menjawab, 'Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang
mengadakan perbaikan.' Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang
yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar."
(Al-Baqarah: 11-12).
#
{11} أي: إذا نُهِيَ هؤلاء المنافقون عن
الإفساد في الأرض، وهو العمل بالكفر والمعاصي،
ومنه إظهار سرائر المؤمنين لعدوهم وموالاتهم للكافرين:
{قالوا إنما نحن مصلحون}؛ فجمعوا بين العمل
بالفساد في الأرض وإظهار أنه ليس بإفساد، بل هو إصلاح قلباً للحقائق،
وجمعاً بين فعل الباطل واعتقاده حقًّا، وهؤلاء أعظم جناية ممن يعمل
بالمعاصي مع اعتقاد تحريمها ، فهذا أقرب للسلامة وأرجى لرجوعه،
ولما كان في قولهم:
{إنما نحن مصلحون}؛
حصر للإصلاح في جانبهم ـ وفي ضمنه أن المؤمنين ليسوا من أهل الإصلاح ـ
قلب الله عليهم دعواهم بقوله:
(11) Maksudnya, apabila mereka
(orang-orang munafik) di-larang berbuat kerusakan
di atas bumi yaitu melakukan kekufuran dan kemaksiatan, dan di antara
perbuatan itu adalah menyebar-luaskan rahasia-rahasia kaum Mukminin kepada
musuh-musuh mereka dan memberikan loyalitas mereka
(orang-orang munafik) itu kepada orang-orang
kafir, ﴾ قَالُوٓاْ إِنَّمَا نَحۡنُ مُصۡلِحُونَ
﴿ "mereka menjawab, 'Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang
mengadakan perbaikan'." Sehingga mereka mengumpulkan antara merusak di
muka bumi dan sikap menampakkan bahwa itu bukanlah suatu tindakan
pengrusakan, akan tetapi hal itu adalah perbaikan, sebagai suatu
pemutarbalikan fakta dan penyatuan antara perbuatan batil dengan
keyakinan bahwa hal itu benar. Mereka itu lebih besar kejahatan-nya
daripada orang yang melakukan kemaksiatan dengan keya-kinan akan
keharamannya, maka yang terakhir ini lebih dekat kepada keselamatan dan
lebih diharapkan untuk bertaubat. Dan ketika perkataan mereka, ﴾
إِنَّمَا نَحۡنُ مُصۡلِحُونَ ﴿ "Sesungguhnya kami orang-orang yang
mengadakan perbaikan," ini adalah suatu pembatasan terhadap perbaikan
hanya dari pihak mereka -dan termasuk di dalamnya bahwa kaum Mukminin
bukanlah dari orang-orang yang melakukan perbaikan-, maka Allah
membalikkan anggapan mereka atas mereka dengan FirmanNya,
#
{12}
{ألا إنهم هم المفسدون} فإنه لا أعظم إفساداً
ممن كفر بآيات الله، وصد عن سبيل الله، وخادع الله وأولياءه، ووالى
المحاربين لله ورسوله، وزعم مع هذا أن هذا إصلاح، فهل بعد هذا الفساد
فساد؟! ولكن لا يعلمون علماً ينفعهم وإن كانوا قد علموا بذلك علماً تقوم به
عليهم حجة الله، وإنما كان العمل [بالمعاصي] في
الأرض إفساداً؛ لأنه سبب لفساد ما على وجه الأرض من الحبوب والثمار
والأشجار والنبات لما يحصل فيها من الآفات التي سببها المعاصي، ولأن
الإصلاح في الأرض أن تُعمَر بطاعة الله والإيمان به، لهذا خلق الله الخلق
وأسكنهم [في] الأرض وأدرَّ عليهم الأرزاق؛
ليستعينوا بها على طاعته وعبادته، فإذا عُمِل فيها بضده كان سعياً فيها
بالفساد وإخراباً لها عمَّا خُلِقت له.
(12) ﴾ أَلَآ إِنَّهُمۡ هُمُ ٱلۡمُفۡسِدُونَ ﴿
"Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan,"
karena tidak ada yang lebih besar pengrusakannya daripada orang yang
mengingkari ayat-ayat Allah, menghalangi dari jalan Allah, menipu Allah
dan para kekasihNya, dan
(justru sebaliknya) mereka mencintai orang-orang
yang memerangi Allah dan RasulNya, dan dengan itu semua dia mengklaim
bahwa hal itu adalah perbaikan, lalu apakah setelah kerusakan ini ada
kerusakan yang lebih besar lagi? Akan tetapi mereka tidak mengetahui ilmu
yang bermanfaat bagi diri mereka walaupun mereka terkadang telah
mengetahui ilmu tersebut, namun hal itu adalah tanda telah ditegakkannya
hujjah Allah atas mereka. Sesungguhnya perbuatan kemaksiatan mereka di
atas muka bumi adalah pengrusakan karena menjadi penyebab dari kerusakan
segala hal yang ada di atas muka bumi berupa biji-bijian, buah-buahan,
pepohonan, dan tumbuh-tumbuhan, di mana terjadi ke-rusakan-kerusakan yang
disebabkan oleh kemaksiatan, dan juga karena perbaikan di muka bumi adalah
dengan memakmurkan-nya dengan ketaatan kepada Allah dan beriman kepadaNya.
Oleh karena itu Allah menciptakan makhluk dan menetapkannya di bumi,
menentukan rizki bagi mereka agar mereka memanfaatkan-nya untuk taat
kepada Allah dan beribadah kepadaNya, dan bila dilakukan di atas bumi ini
hal yang bertentangan dengan itu, maka hal itu adalah usaha melakukan
kerusakan padanya dan penghan-curan baginya dari hal yang menjadi tujuan
dia diciptakan.
{وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ آمِنُوا كَمَا آمَنَ النَّاسُ قَالُوا أَنُؤْمِنُ
كَمَا آمَنَ السُّفَهَاءُ أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاءُ وَلَكِنْ
لَا يَعْلَمُونَ (13)}
.
"Apabila dikatakan kepada mereka, 'Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang
lain telah beriman.' Mereka menjawab, 'Akan berimankah kami sebagaimana
orang-orang yang bodoh itu telah beriman?' Ingatlah, sesungguhnya
merekalah orang-orang yang bodoh itu; tetapi mereka tidak tahu."
(Al-Baqarah: 13).
#
{13} أي: إذا قيل للمنافقين آمنوا كما آمن
الناس، أي: كإيمان الصحابة رضي الله عنهم وهو:
الإيمان بالقلب واللسان، قالوا بزعمهم الباطل:
أنؤمن كما آمن السفهاء؟ يعنون ـ قبحهم الله ـ الصحابة رضي الله عنهم؛
لزعمهم أن سفههم أوجب لهم الإيمان، وترك الأوطان، ومعاداة الكفار، والعقل
عندهم يقتضي ضد ذلك، فنسبوهم إلى السَفَه، وفي ضمن ذلك أنهم هم العقلاء
أرباب الحجى والنُهى؛ فرد الله ذلك عليهم وأخبر أنهم هم السفهاء على
الحقيقة؛ لأن حقيقة السفه جهل الإنسان بمصالح نفسه، وسعيه فيما يضرها، وهذه
الصفة منطبقة عليهم، [وصادقة عليهم] كما أن العقل
والحجى معرفة الإنسان بمصالح نفسه والسعي فيما ينفعه وفي دفع ما يضره، وهذه
الصفة منطبقة على الصحابة والمؤمنين؛ فالعبرة بالأوصاف والبرهان، لا
بالدعاوي المجردة والأقوال الفارغة.
(13) Maksudnya, bila dikatakan kepada orang-orang
muna-fik, ﴾ ءَامِنُواْ كَمَآ ءَامَنَ ٱلنَّاسُ
﴿ "Berimanlah seperti orang-orang beriman," yakni seperti berimannya
para sahabat رضي الله عنهم, yaitu keimanan dengan hati dan lisan, maka
mereka berkata dengan sangkaan mereka yang batil, ﴾
أَنُؤۡمِنُ كَمَآ ءَامَنَ ٱلسُّفَهَآءُۗ ﴿ "Apakah kami akan beriman
seperti berimannya orang-orang yang bodoh itu?" Maksud mereka -semoga
Allah mem-burukkan mereka- adalah para sahabat رضي الله عنهم, karena
dugaan mereka bahwasanya kebodohan mereka yang menyebabkan mereka untuk
beriman, meninggalkan negeri, dan memusuhi kaum kafir, se-dangkan akal
menurut mereka adalah berlawanan dengan hal itu. Mereka menisbatkan para
sahabat kepada kebodohan, dan kan-dungan statemen tersebut adalah bahwa
merekalah orang-orang yang pintar
(cendekiawan) yang memiliki kecerdasan dan pikiran
yang matang. Maka Allah membalas mereka dan mengabarkan kepada mereka
bahwasanya merekalah orang-orang bodoh yang sebenarnya, karena hakikat
kebodohan itu adalah ketidaktahuan seorang manusia kepada kemaslahatan
pribadinya dan perbuatan-nya yang yang melakukan apa-apa yang justru
memudaratkannya. Hal inilah yang terbukti terjadi pada mereka
(dan terjadi benar atas mereka), sebagaimana juga
akal dan kecerdasan itu adalah pengetahuan seorang manusia kepada hal yang
bermanfaat bagi dirinya dan berbuat apa yang berguna untuknya serta
menghindar dari apa yang memudaratkan dirinya, dan inilah yang terbukti
ter-jadi pada para sahabat رضي الله عنهم dan kaum Mukminin. Maka
patokannya adalah dengan ciri yang menempel pada diri dan bukti, tidak
hanya sekedar sangkaan dan perkataan kosong belaka.
{وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا
إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ
مُسْتَهْزِئُونَ (14) اللَّهُ يَسْتَهْزِئُ
بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ
(15)}
.
"Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka
mengatakan, 'Kami telah beriman.' Dan bila mereka kem-bali kepada
setan-setan mereka, mereka mengatakan, 'Sesungguh-nya kami sependirian
dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok.' Allah akan
(membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan
me-reka terombang-ambing dalam kesesatan mereka."
(Al-Baqarah: 14-15).
#
{14} هذا من قولهم بألسنتهم ما ليس في
قلوبهم، وذلك أنهم إذا اجتمعوا بالمؤمنين أظهروا أنهم على طريقتهم، وأنهم
معهم،
فإذا خلوا إلى شياطينهم ـ أي كبرائهم ورؤسائهم بالشر ـ قالوا:
إنا معكم في الحقيقة وإنما نحن مستهزئون بالمؤمنين بإظهارنا لهم أننا على
طريقتهم، فهذه حالهم الباطنة والظاهرة، ولا يحيق المكر السيئ إلا بأهله.
(14) Inilah yang biasa keluar dari lisan-lisan
mereka yang bukan dari hati mereka, yaitu bahwasanya mereka ini bila
berkum-pul dengan kaum Mukminin, maka mereka menampakkan bahwa mereka
dalam satu manhaj dengan kaum Mukminin dan bahwa mereka sama dengan kaum
Mukminin, namun bila mereka kem-bali kepada setan-setan mereka -yaitu
pemimpin-pemimpin dan ketua-ketua kejahatan mereka-, maka mereka berkata,
"Sesungguh-nya pada hakikatnya kami ini bersama kalian, kami hanya
meng-olok-olok kaum Mukminin dengan menampakkan kepada mereka bahwa kami
berada di atas jalan mereka." Inilah kondisi mereka secara lahir dan
batin, dan tidaklah makar yang buruk itu kecuali akan menimpa pelakunya.
#
{15} قال تعالى:
{الله يستهزئُ بهم ويمدهم في طغيانهم يعمهون}؛ وهذا جزاء لهم على استهزائهم بعباده، فمن استهزائه بهم أن زين لهم ما
كانوا فيه من الشقاء، والأحوال الخبيثة حتى ظنوا أنهم مع المؤمنين لَمَّا
لم يسلطْ الله المؤمنين عليهم،
ومن استهزائه بهم يوم القيامة:
أنه يعطيهم مع المؤمنين نوراً ظاهراً، فإذا مشى المؤمنون بنورهم طفئ نور
المنافقين وبقُوا في الظلمة بعد النور متحيرين، فما أعظم اليأس بعد الطمع
{ينادونهم ألم نكن معكم، قالوا بلى ولكنكم فتنتم أنفسكم وتربصتم وارتبتم
... }
الآية. قوله:
{ويمدهم}؛ أي:
يزيدهم {في طغيانهم}؛
أي:
فجورهم وكفرهم {يعمهون}؛
أي:
حائرون مترددون، وهذا من استهزائه تعالى بهم.
(15) Allah تعالى berfirman, ﴾ ٱللَّهُ يَسۡتَهۡزِئُ
بِهِمۡ وَيَمُدُّهُمۡ فِي طُغۡيَٰنِهِمۡ يَعۡمَهُونَ
﴿ "Allah akan membalas olok-olokan mereka dan membiarkan mereka
terombang-ambing dalam kesesatan mereka." Ini merupakan balasan bagi
mereka atas tindakan mereka mengolok-olok hamba-hambaNya, dan di antara
olok-olokan Allah kepada mereka adalah bahwa Dia meng-hiasi kondisi
mereka dalam kesengsaraan dan keadaan yang buruk hingga mereka mengira
bahwasanya mereka bersama kaum Muk-minin ketika Allah tidak
memerintahkan kaum Mukminin meng-hancurkan mereka, dan juga di antara
olok-olokan Allah kepada mereka pada Hari Kiamat kelak adalah bahwasanya
Dia akan memberikan mereka (ketika) bersama kaum
Mukminin cahaya yang jelas, maka apabila kaum Mukminin berjalan dengan
cahaya mereka, padamlah cahaya kaum munafik dan mereka tetap berada
dalam kegelapan setelah terang benderang dalam kondisi kebi-ngungan, dan
betapa besar penyesalan itu setelah ketamakan, ﴾
يُنَادُونَهُمۡ أَلَمۡ نَكُن مَّعَكُمۡۖ قَالُواْ بَلَىٰ وَلَٰكِنَّكُمۡ
فَتَنتُمۡ أَنفُسَكُمۡ وَتَرَبَّصۡتُمۡ وَٱرۡتَبۡتُمۡ
﴿ "Orang-orang munafik itu memanggil mereka
(orang-orang Mukmin) seraya berkata, 'Bukankah
kami dahulu bersama-sama dengan kamu?' Mereka menjawab, 'Benar, tetapi
kamu mencelakakan dirimu sendiri dan menunggu kehancuran kami dan kamu
ragu-ragu'."
(Al-Hadid: 14).
FirmanNya, ﴾
وَيَمُدُّهُمۡ
﴿ "Dan membiarkan mereka," maksudnya, menambahkan
(waktu) buat mereka, ﴾
فِي طُغۡيَٰنِهِمۡ
﴿ "dalam kesesatan mereka," maksudnya dalam kejahatan dan kekufuran
mereka, (dan mereka) ﴾
يَعۡمَهُونَ ﴿ "terombang-ambing" maksudnya dalam kebingungan dan
kebimbangan; dan inilah cara Allah تعالى mengolok-olok mereka.
Kemudian Allah تعالى menyingkap hakikat dari kondisi mereka,
{أُولَئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الضَّلَالَةَ بِالْهُدَى فَمَا
رَبِحَتْ تِجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ
(16)}
"Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petun-juk, maka
tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat
petunjuk."
(Al-Baqarah: 16).
#
{16} أولئك؛ أي:
المنافقون الموصوفون بتلك الصفات
{الذين اشتروا الضلالة بالهدى}؛
أي:
رغبوا في الضلالة رغبة المشتري في السلعة ، التي ـ من رغبته فيها ـ يبذل
فيها الأموال النفيسة، وهذا من أحسن الأمثلة، فإنه جعل الضلالة التي هي
غاية الشر كالسلعة، وجعل الهدى الذي هو غاية الصلاح بمنزلة الثمن، فبذلوا
الهدى رغبة عنه في الضلالة رغبة فيها، فهذه تجارتهم؛ فبئس التجارة، وهذه
صفقتهم؛ فبئست الصفقة. وإذا كان من يبذل ديناراً في مقابلة درهم خاسراً
فكيف من بذل جوهرة وأخذ عنها درهماً، فكيف من بذل الهدى في مقابلة الضلالة،
واختار الشقاء على السعادة، ورغب في سافل الأمور وترك عاليها ، فما ربحت
تجارته بل خسر فيها أعظم خسارة، أولئك الذين خسروا أنفسهم وأهليهم يوم
القيامة ألا ذلك هو الخسران المبين. وقوله:
{وما كانوا مهتدين}؛ تحقيق لضلالهم وأنهم لم
يحصل لهم من الهداية شيء، فهذه أوصافهم القبيحة، ثم ذكر مثلهم
[الكاشف لها غاية الكشف]،
فقال:
(16) ﴾ أُوْلَٰٓئِكَ
﴿ "Mereka itulah," maksudnya orang-orang muna-fik yang bersifat dengan
sifat-sifat tersebut, ﴾
ٱلَّذِينَ ٱشۡتَرَوُاْ ٱلضَّلَٰلَةَ بِٱلۡهُدَىٰ
﴿ "orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk," maksudnya mereka suka
terhadap kesesatan sebagaimana seorang pembeli suka ter-hadap suatu
barang dagangan, yang -di antara kesukaannya terha-dap kesesatan itu-
membuat ia mengeluarkan harta yang berharga untuk mendapatkannya, dan
ini adalah suatu perumpamaan yang paling bagus, karena Allah menjadikan
kesesatan yang merupakan puncak dari segala kejahatan seperti barang
dagangan dan Dia menjadikan petunjuk yang merupakan puncak dari segala
kebaikan bagaikan harga barang, lalu mereka
(orang-orang munafik) itu menyerahkan petunjuk
karena tidak suka terhadapnya untuk men-dapatkan kesesatan karena suka
terhadapnya. Inilah perdagangan mereka, dan sungguh amat buruk
perdagangan mereka itu, serta inilah transaksi mereka, dan sungguh buruk
transaksi mereka itu. Apabila seseorang mengeluarkan uang dinarnya untuk
men-dapatkan uang dirham maka ia pasti rugi, lalu bagaimanakah orang
yang mengeluarkan permata untuk mendapatkan uang dirham? Dan
bagaimanakah orang yang mengeluarkan petunjuk untuk mendapatkan
kesesatan? Ia lebih memilih kesengsaraan daripada kebahagiaan, serta
lebih suka terhadap perkara-perkara yang tidak berarti dengan
meninggalkan perkara-perkara yang berguna. Akhirnya tidak beruntunglah
perdagangannya tersebut, bahkan ia merugi dalam hal itu dengan kerugian
yang paling besar, mereka itulah orang-orang yang rugi diri mereka dan
keluarga mereka pada Hari Kiamat, camkanlah, bahwa itulah kerugian yang
nyata. Dan FirmanNya, ﴾
وَمَا كَانُواْ مُهۡتَدِينَ ﴿ "Dan tidaklah mereka menda-pat petunjuk," ini
adalah sebagai penegasan akan kesesatan mereka, dan bahwasanya mereka
tidak mendapatkan sedikitpun petunjuk. Inilah sifat-sifat mereka yang
jelek itu, kemudian Allah menyebut-kan perumpamaan mereka -yang menyingkap
hal itu dengan se-jelas-jelasnya-, seraya berfirman,
{مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِي اسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّا أَضَاءَتْ
مَا حَوْلَهُ ذَهَبَ اللَّهُ بِنُورِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِي ظُلُمَاتٍ لَا
يُبْصِرُونَ (17) صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ
لَا يَرْجِعُونَ (18) أَوْ كَصَيِّبٍ مِنَ
السَّمَاءِ فِيهِ ظُلُمَاتٌ وَرَعْدٌ وَبَرْقٌ يَجْعَلُونَ أَصَابِعَهُمْ
فِي آذَانِهِمْ مِنَ الصَّوَاعِقِ حَذَرَ الْمَوْتِ وَاللَّهُ مُحِيطٌ
بِالْكَافِرِينَ (19) يَكَادُ الْبَرْقُ
يَخْطَفُ أَبْصَارَهُمْ كُلَّمَا أَضَاءَ لَهُمْ مَشَوْا فِيهِ وَإِذَا
أَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُوا وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَذَهَبَ بِسَمْعِهِمْ
وَأَبْصَارِهِمْ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
(20)}
.
"Perumpamaan mereka itu
(orang-orang munafik) adalah se-perti orang yang
menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya, Allah
hilangkan cahaya
(yang menyinari) mereka, dan
membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. Mereka tuli, bisu
dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali
(ke jalan yang benar). Atau seperti
(orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit
disertai gelap gulita, guruh dan kilat; me-reka menyumbat telinganya
dengan anak jarinya, karena
(mende-ngar suara) petir, sebab takut akan mati.
Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir. Hampir-hampir kilat itu
menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka,
mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka
ber-henti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pen-dengaran
dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu."
(Al-Baqarah: 17-20).
#
{17} أي: مثلهم المطابق لما كانوا عليه كمثل
الذي استوقد ناراً أي: كان في ظلمة عظيمة، وحاجة إلى النار شديدة فاستوقدها
من غيره، ولم تكن عنده معدة بل هي خارجة عنه، فلما أضاءت النار ما حوله،
ونظر المحل الذي هو فيه وما فيه من المخاوف، وأمنها وانتفع بتلك النار،
وقرت بها عينه، وظن أنه قادر عليها، فبينما هو كذلك، إذ ذهب الله بنوره؛
فزال عنه النور وذهب معه السرور، وبقي في الظلمة العظيمة والنار المحرقة؛
فذهب ما فيها من الإشراق وبقي ما فيها من الإحراق،
فبقي في ظلمات متعددة:
ظلمة الليل، وظلمة السحاب، وظلمة المطر، والظلمة الحاصلة بعد النور، فكيف
يكون حال هذا الموصوف؟ فكذلك هؤلاء المنافقون استوقدوا نار الإيمان من
المؤمنين ولم تكن صفة لهم، فاستضاؤوا بها مؤقتاً وانتفعوا؛ فحقنت بذلك
دماؤهم، وسلمت أموالهم، وحصل لهم نوع من الأمن في الدنيا، فبينما هم كذلك
إذ هجم عليهم الموت؛ فسلبهم الانتفاع بذلك النور، وحصل لهم كل هم وغم
وعذاب، وحصل لهم ظلمة القبر، وظلمة الكفر، وظلمة النفاق، وظلمة المعاصي على
اختلاف أنواعها، وبعد ذلك ظلمة النار وبئس القرار؛
فلهذا قال تعالى عنهم:
(17) Maksudnya, perumpamaan mereka yang sesuai
de-ngan kondisi mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, yakni
seperti seseorang yang berada dalam kegelapan yang pekat, dan sangat
membutuhkan api, lalu api dinyalakan dari orang lain, dan ia sendiri tidak
memiliki persiapan, akan tetapi di luar kesiapan-nya, dan ketika api itu
telah menerangi sekitarnya, dan ia mampu melihat tempat di mana ia berada
dan segala yang ia rasakan be-rupa kekhawatiran, ia menenangkan diri dan
memanfaatkan api tersebut, lalu tenanglah pandangannya, dan ia mengira
bahwa ia menguasai kondisi itu, lalu ketika ia berada dalam kondisi
seperti itu, Allah memadamkan cahayanya hingga hilanglah cahaya dari api
itu dan lenyaplah kebahagiaannya, lalu ia berada kembali dalam kegelapan
yang pekat sedangkan api masih menyala-nyala namun telah hilang cahaya
darinya dan tinggallah padanya api yang menyala-nyala, dan ia berada dalam
kegelapan yang berma-cam-macam; kegelapan malam, kegelapan awan, kegelapan
hujan, dan kegelapan yang terjadi setelah adanya cahaya, maka
bagaimana-kah kondisi orang yang seperti ini? Demikianlah juga orang-orang
munafik yang menyalakan api keimanan dari kaum Mukminin namun tidak
menjadi ciri bagi mereka, mereka menjadikannya pe-nerangan untuk sementara
waktu dan memanfaatkannya, hingga terjagalah darah mereka dan selamatlah
harta mereka, serta mereka mendapatkan suatu keamanan di muka bumi ini,
lalu ketika mereka dalam kondisi seperti ini, tiba-tiba kematian menyergap
mereka, dan menghentikan pemanfaatan mereka terhadap cahaya tersebut,
hingga terjadilah kegundahan, kebimbangan, dan siksaan, dan mereka
mendapatkan kegelapan kubur, kegelapan kekufuran, ke-gelapan kemunafikan,
dan kegelapan kemaksiatan dengan segala perbedaan coraknya, lalu kemudian
setelah itu kegelapan api neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal.
Oleh karena itu Allah berfirman tentang mereka.
#
{18}
{صمٌّ}؛ أي: عن سماع
الخير {بكمٌ}، أي:
عن النطق به {عميٌ} عن رؤية الحق
{فهم لا يرجعون}؛ لأنهم تركوا الحق بعد أن
عرفوه؛ فلا يرجعون إليه، بخلاف من ترك الحق عن جهل وضلال؛ فإنه لا يعقل،
وهو أقرب رجوعاً منهم.
(18) ﴾ صُمُّۢ
﴿ "Mereka tuli," maksudnya tuli dari mendengarkan kebaikan, ﴾
بُكۡمٌ
﴿ "bisu," maksudnya bisu dari membicarakannya, ﴾
عُمۡيٞ
﴿ "dan buta" dari melihat kebenaran, ﴾
فَهُمۡ لَا يَرۡجِعُونَ ﴿ "maka tidaklah mereka akan kembali ke jalan yang
benar," karena mereka meninggal-kan kebenaran setelah mereka
mengetahuinya, lalu mereka tidak kembali kepadanya, berbeda dengan orang
yang meninggalkan kebenaran karena kebodohan dan tersesat, karena
sesungguhnya ia tidak berpikir, dan ini lebih dekat untuk kembali daripada
orang-orang munafik itu.
#
{19} ثم قال تعالى:
{أو كصيب من السماء}؛
أي:
كصاحب صيب وهو: المطر الذي يصوب؛ أي: ينزل بكثرة
{فيه ظلمات}؛ ظلمة الليل، وظلمة السحاب،
وظلمة المطر، وفيه {رعد}؛
وهو:
الصوت الذي يسمع من السحاب وفيه
{برق}؛ وهو الضوء اللامع المشاهد من السحاب.
(19) Kemudian Allah تعالى berfirman, ﴾ أَوۡ
كَصَيِّبٖ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ
﴿ "Atau seperti orang-orang yang ditimpa hujan lebat dari langit,"
yakni yang disiram hujan, yaitu hujan yang mengalir yang turun dengan
derasnya, ﴾
فِيهِ ظُلُمَٰتٞ
﴿ "disertai gelap gulita," yakni kegelapan malam, kegelapan awan, dan
kegelapan hujan yang ada padanya, ﴾
وَرَعۡدٞ
﴿ "dan guruh," yaitu suara yang terdengar dari awan dan juga ada
padanya ﴾
وَبَرۡقٞ ﴿ "kilat," yaitu cahaya yang menyala dan terlihat dari awan.
#
{20}
{كلما أضاء لهم}؛ البرق في تلك الظلمات
{مشوا فيه وإذا أظلم عليهم قاموا}؛
أي:
وقفوا، فهكذا حالة المنافقين إذا سمعوا القرآن، وأوامره ونواهيه، ووعده
ووعيده؛ جعلوا أصابعهم في آذانهم، وأعرضوا عن أمره ونهيه، ووعده ووعيده؛
فيروعهم وعيده، وتزعجهم وعوده، فهم يعرضون عنها غاية ما يمكنهم ويكرهونها
كراهة صاحب الصيب الذي يسمع الرعد فيجعل أصابعه في أذنيه خشية الموت، فهذا
ربما حصلت له السلامة ، وأما المنافقون فأنى لهم السلامة وهو تعالى محيط
بهم قدرة وعلماً فلا يفوتونه ولا يعجزونه، بل يحفظ عليهم أعمالهم ويجازيهم
عليها أتم الجزاء.
ولما كانوا مبتلين بالصمم والبكم والعمى المعنوي ومسدودة عليهم طُرُقُ
الإيمان قال تعالى:
{ولو شاء الله لذهب بسمعهم وأبصارهم}؛ أي
الحسية، ففيه تخويف لهم وتحذير من العقوبة الدنيوية؛ ليحذروا فيرتدعوا عن
بعض شرهم ونفاقهم {إن الله على كل شيء قدير}؛
فلا يعجزه شيء، ومن قدرته أنه إذا شاء شيئاً فعله من غير ممانع ولا معارض.
وفي هذه الآية وما أشبهها ردٌّ على القدرية القائلين بأن أفعالَهم غير
داخلة في قدرة الله تعالى؛
لأن أفعالهم من جملة الأشياء الداخلة في قوله:
{إن الله على كل شيء قدير}.
(20) ﴾ كُلَّمَآ أَضَآءَ لَهُم
﴿ "Setiap kali kilat itu menyinari mereka," yakni kilat dalam
kegelapan-kegelapan tersebut, ﴾
مَّشَوۡاْ فِيهِ وَإِذَآ أَظۡلَمَ عَلَيۡهِمۡ قَامُواْۚ
﴿ "mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka,
mereka berhenti," yakni, mereka diam. Seperti itulah kondisi orang-orang
munafik ketika mereka mendengarkan al-Qur`an, perintah-perintahnya,
larangan-larangannya, janji dan ancamannya. Mereka meletakkan jari
jemari mereka pada telinga-telinga mereka dan mereka berpaling dari
perintahnya, larangannya, janjinya dan ancamannya, lalu ancamannya
mengusik mereka, janji-janjinya mengganggu mereka, dan mereka berpaling
darinya dengan sekuat tenaga, hingga membuat mereka lebih kokoh, mereka
membenci-nya seperti seorang yang terkena hujan dan ia mendengar guruh
lalu meletakkan jari jemarinya pada kedua telinganya karena takut dari
kematian. Orang seperti ini masih mempunyai kemungkinan memperoleh
keselamatan, adapun orang-orang munafik, dari manakah mereka memperoleh
keselamatan, padahal Allah تعالى mengawasi mereka, baik dengan Kuasa
maupun ilmuNya, dan mereka tidak akan lepas dariNya dan tidak mampu
melemahkan-Nya, bahkan Dia akan mencatat perbuatan-perbuatan mereka lalu
kelak akan memberikan balasan atasnya dengan balasan yang setimpal. Dan
ketika mereka diuji dengan ketulian, kebutaan, dan kebisuan maknawi
serta tertutupnya pintu-pintu keimanan bagi mereka, Allah berfirman,
﴾
وَلَوۡ شَآءَ ٱللَّهُ لَذَهَبَ بِسَمۡعِهِمۡ وَأَبۡصَٰرِهِمۡۚ
﴿ "Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan
penglihatan mereka" yaitu yang bersifat nyata. Ini merupakan sebuah
tindakan agar mereka takut, dan peringatan dari hukuman dunia, agar
me-reka berhati-hati lalu mengambil pelajaran dari sebagian kejahatan
dan kemunafikan mereka. ﴾
إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٞ
﴿ "Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu." Dia tidaklah lemah
terhadap apa pun, dan di antara KuasaNya adalah bahwa apabila Dia
menghendaki sesuatu, niscaya Dia lakukan, tanpa ada yang bisa
menghalangi dan tanpa ada yang bisa merintangi. Dalam ayat ini dan
ayat-ayat yang semisalnya ada sebuah jawaban terhadap golongan
al-Qadariyah yang berpendapat bah-wasanya perbuatan-perbuatan mereka
tidaklah termasuk dalam Kuasa Allah تعالى, karena perbuatan-perbuatan
mereka termasuk bagian dari hal-hal yang masuk dalam FirmanNya, ﴾
إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٞ ﴿ "Sesungguhnya Allah berkuasa
atas segala sesuatu."
{يَاأَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ
وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
(21) الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا
وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ
مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا
وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ (22)}
.
"Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah mencipta-kanmu dan orang-orang
sebelummu, agar kamu bertakwa. Dia-lah yang menjadikan bumi sebagai
hamparan bagimu dan langit se-bagai atap, dan Dia menurunkan air
(hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan segala
buah-buahan dengan hujan itu sebagai rizki untukmu; karena itu janganlah
kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui."
(Al-Baqarah: 21-22).
#
{21} هذا أمر عام لجميع الناس بأمر عام وهو
العبادة الجامعة لامتثال أوامر الله واجتناب نواهيه وتصديق خبره، فأمرهم
تعالى بما خلقهم له، قال تعالى:
{وما خلقت الجن والإنس إلا ليعبدون}؛ ثم
استدل على وجوب عبادته وحده بأنه ربكم الذي رباكم بأصناف النعم، فخلقكم بعد
العدم، وخلق الذين من قبلكم.
(21) Ini adalah perintah yang bersifat umum bagi
seluruh manusia dengan sebuah perintah yang umum, yaitu ibadah yang
mencakup menaati perintah-perintah Allah, menjauhi larangan-laranganNya,
dan mempercayai kabar-kabarNya. Allah تعالى meme-rintahkan mereka kepada
tujuan diciptakannya mereka, di mana Allah berfirman, ﴾ وَمَا خَلَقۡتُ
ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ 56 ﴿ "Dan tidaklah Aku
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu."
(Adz-Dzariyat: 56).
Kemudian Allah mengemukakan dalil yang menunjukkan kewajiban beribadah
kepadaNya semata, yaitu karena Dia-lah Rabb kalian yang telah
menganugerahkan kepada kalian berbagai macam nikmat, lalu Dia menciptakan
kamu setelah
(sebelumnya) kamu tidak ada dan Dia
juga yang menciptakan orang-orang se-belum kamu.
#
{22} وأنعم عليكم بالنعم الظاهرة والباطنة،
فجعل لكم الأرض فراشاً تستقرون عليها، وتنتفعون بالأبنية والزراعة والحراثة
والسلوك من محل إلى محل، وغير ذلك من وجوه الانتفاع بها، وجعل السماء بناء
لمسكنكم وأودع فيها من المنافع ما هو من ضروراتكم وحاجاتكم كالشمس والقمر
والنجوم {وأنزل من السماء ماء}؛
والسماء هو:
كل ما علا فوقك فهو سماء، ولهذا قال المفسرون:
المراد بالسماء ههنا السحاب، فأنزل منه تعالى ماء
{فأخرج به من الثمرات}؛ كالحبوب والثمار من
نخيل وفواكه وزروع وغيرها {رزقاً لكم}؛ به
ترتزقون وتتقوتون وتعيشون وتفكهون ،
{فلا تجعلوا لله أنداداً}؛
أي:
أشباهاً ونظراء من المخلوقين؛ فتعبدونهم كما تعبدون الله، وتحبونهم كما
تحبونه ، وهم مِثْلكم مخلوقون مرزوقون مُدبَّرون، لا يملكون مثقال ذرة في
الأرض، ولا في السماء ، ولا ينفعونكم ولا يضرون
{وأنتم تعلمون}؛ أن الله ليس له شريك، ولا
نظير لا في الخلق والرزق والتدبير، ولا في الألوهية والكمال ، فكيف تعبدون
معه آلهة أخرى مع علمكم بذلك؟ هذا من أعجب العجب وأسفه السفه. وهذه الآية
جمعت بين الأمر بعبادة الله وحده، والنهي عن عبادة ما سواه، وبيان الدليل
الباهر على وجوب عبادته وبطلان عبادة ما سواه، وهو ذكر توحيد الربوبية
المتضمن انفراده بالخلق والرزق والتدبير، فإذا كان كل أحد مقرًّا بأنه ليس
له شريك بذلك فكذلك؛ فليكن الإقرار بأن الله ليس له شريك في عبادته ، وهذا
أوضح دليل عقلي على وحدانية الباري تعالى وبطلان الشرك.
وقوله:
{لعلكم تتقون}؛ يحتمل أن المعنى أنكم إذا
عبدتم الله وحده اتقيتم بذلك سخطه وعذابه؛ لأنكم أتيتم بالسبب الدافع لذلك،
ويحتمل أن يكون المعنى أنكم إذا عبدتم الله صرتم من المتقين الموصوفين
بالتقوى، وكلا المعنيين صحيح، وهما متلازمان، فمن أتى بالعبادة كاملة؛ كان
من المتقين، ومن كان من المتقين؛ حصلت له النجاة من عذاب الله، وسخطه.
(22) Dan Dia memberikan nikmat kepada kamu dengan
nikmat-nikmat lahiriyah maupun batiniyah, Dia menjadikan untukmu dunia ini
sebagai hamparan yang menjadi tempat kamu menetap, dan kamu mengambil
manfaatnya dengan membangun rumah, pertanian, pembajakan, dan berkelana
dari suatu tempat menuju tempat lain, dan lain sebagainya dari
bentuk-bentuk pe-manfaatannya, lalu Dia menjadikan langit sebagai atap
bagi rumah tempat tinggal kalian dan menyediakan manfaat-manfaat yang
merupakan kebutuhan pokok hidup kalian dan kebutuhan dasar, seperti
matahari, bulan, dan bintang, ﴾ وَأَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءٗ
﴿ "dan Dia menurunkan air hujan dari langit." Langit adalah segala yang
ada di atas kalian, oleh karena itu para ahli tafsir berkata, "Maksud
dari langit di sini adalah awan, di mana Allah تعالى menurunkan air
hujan darinya, ﴾
فَأَخۡرَجَ بِهِۦ مِنَ ٱلثَّمَرَٰتِ
﴿ "lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan," seperti
biji-bijian dan hasil-hasil dari pohon kurma, buah-buahan, tanaman dan
lain sebagainya, ﴾
رِزۡقٗا لَّكُمۡۖ
﴿ "sebagai rizki untukmu," yang dengannya kamu mendapatkan rizki, kamu
makan, kamu hidup, dan kamu bahagia. ﴾
فَلَا تَجۡعَلُواْ لِلَّهِ أَندَادٗا
﴿ "Karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah,"
yakni yang diserupakan dan yang disepadankan dari makhluk-makhlukNya,
lalu kamu menyembahnya sebagaimana kamu me-nyembah Allah, kamu
mencintainya sebagaimana kamu mencintai Allah, padahal mereka itu sama
saja seperti kalian, mereka adalah makhluk yang diciptakan, diberi
rizki, dan diatur, di mana mereka tidak memiliki seberat biji atom pun
di bumi dan tidak pula di langit, serta mereka tidak dapat memberikan
manfaat kepadamu dan tidak juga menimpakan mudarat. ﴾
وَأَنتُمۡ تَعۡلَمُونَ
﴿ "Padahal kamu mengetahui," bahwasanya Allah tidak memiliki sekutu,
tidak pula kesamaan, tidak pada mencipta, memberi rizki, dan mengatur
semesta, tidak pula pada peribadahan dan kesempurnaan, lalu bagaimanakah
kamu menyembah tuhan-tuhan lain bersamaNya padahal kalian mengetahuinya?
Hal ini merupakan perkara yang paling mengherankan dan yang paling
bodoh. Ayat ini menyatukan antara perintah untuk beribadah hanya kepada
Allah semata dan larangan dari beribadah kepada selain Allah, dan
penjelasan akan dalil yang sangat jelas atas kewajiban beribadah
kepadaNya dan batilnya beribadah kepada selainNya, yaitu penyebutan
tauhid rububiyah yang mengandung keesaanNya dalam mencipta, memberi
rizki, dan mengatur semesta. Lalu apa-bila setiap orang menetapkan
bahwasanya tidak ada sekutu bagi Allah dalam hal itu, maka itulah yang
seharusnya, maka haruslah seperti itu juga penetapannya bahwasanya Allah
itu tidak ada se-kutu bagiNya dalam beribadah kepadaNya. Ini adalah
dalil logika yang paling terang atas keesaan Sang Pencipta, Allah تعالى
dan batil-nya kesyirikan. Dan FirmanNya, ﴾
لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ ﴿ "Agar kamu bertakwa," kemung-kinan maknanya
adalah, bahwasanya karena kamu sekalian ber-ibadah hanya kepada Allah
semata, maka dengan hal itu kalian telah menjaga diri kalian sendiri dari
murka dan azabNya, karena kalian telah melakukan sebab yang mendorong hal
tersebut. Ke-mungkinan lain maknanya adalah, bahwasanya jika kamu
menyem-bah Allah semata, niscaya kamu menjadi golongan orang-orang
bertakwa yang memiliki sifat ketakwaan. Kedua arti ini adalah benar, dan
keduanya saling berkaitan, karena barangsiapa yang melakukan ibadah secara
sempurna, niscaya ia menjadi golongan orang-orang bertakwa, dan
barangsiapa yang tergolong dalam orang-orang bertakwa, pastilah ia akan
memperoleh keselamatan dari azab dan murka Allah.
{وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا
فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ
اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (23) فَإِنْ
لَمْ تَفْعَلُوا وَلَنْ تَفْعَلُوا فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي
وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ
(24)}
.
"Dan jika kamu
(tetap) dalam keraguan tentang
al-Qur`an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami
(Muhammad), maka buatlah satu surat
(saja) yang semisal al-Qur`an itu, dan ajaklah
penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. Maka
jika kamu tidak dapat membuat
(nya), dan pasti kamu
tidak akan dapat membuat
(nya), peliharalah dirimu
dari neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, yang disediakan
bagi orang-orang kafir."
(Al-Baqarah: 23-24).
#
{23} وهذا دليل عقلي على صدق رسول الله - صلى
الله عليه وسلم - وصحة ما جاء به فقال: وإن كنتم ـ
يا معشر المعاندين للرسول الرادين دعوته الزاعمين كذبه ـ في شك، واشتباه
مما نزلنا على عبدنا، هل هو حق أو غيره؟ فههنا أمر نَصَفٌ فيه الفيصلة
بينكم وبينه، وهو:
أنه بشر مثلكم ليس من جنس آخر ، وأنتم تعرفونه منذ نشأ بينكم لا يكتب ولا
يقرأ، فأتاكم بكتاب زعم أنه من عند الله، وقلتم أنتم إنه تقوَّله وافتراه،
فإن كان الأمر كما تقولون؛ فأتوا بسورة من مثله، واستعينوا بمن تقدرون عليه
من أعوانكم وشهدائكم، فإن هذا أمر يسير عليكم، خصوصاً وأنتم أهل الفصاحة
والخطابة والعداوة العظيمة للرسول، فإن جئتم بسورة من مثله؛ فهو كما زعمتم،
وإن لم تأتوا بسورة من مثله وعجزتم غاية العجز
[ولن تأتوا بسورة من مثله، ولكنّ هذا التقييم على وجه الإنصاف والتنزل
معكم]؛ فهذا آية كبيرة ودليل واضح جلي على صدقه وصدق ما جاء به؛ فيتعين عليكم
اتباعه، واتقاء النار التي بلغت في الحرارة العظيمة والشدة، أن كان وقودها
الناس والحجارة، ليست كنار الدنيا التي إنما تُتَّقَد بالحطب، وهذه النار
الموصوفة مُعَدة ومُهَيأة للكافرين بالله ورسله؛ فاحذروا الكفر برسوله
بعدما تبين لكم أنه رسول الله.
(23) Ini merupakan dalil logika atas kebenaran
Rasulullah ﷺ dan keshahihan apa yang dibawa beliau di mana Allah
berfir-man, "Dan jika kamu tetap -wahai sekalian orang-orang yang
menentang Rasulullah ﷺ dan menolak dakwah beliau serta yang menuduhnya
berdusta- dalam keraguan, dan kebimbangan ter-hadap wahyu yang Kami
turunkan atas hamba Kami, apakah itu benar ataukah bohong belaka? Maka di
sinilah suatu perkara
(baca: tindakan) yang adil
sebagai pemutus perkara antara kalian dengannya, yaitu, bahwasanya ia
adalah seorang manusia juga seperti kalian dan bukan dari jenis makhluk
yang lain,
[4]
dan kalian mengenalnya sejak lahirnya di tengah kehidupan kalian, ia tidak
menulis dan tidak pula membaca, lalu ia datang kepada kalian dengan
membawa sebuah kitab suci yang ia katakan berasal dari sisi Allah, dan
kalian berkata bahwasanya ia membuat-buatnya dan melakukan kedustaan, maka
jika itu sebagaimana yang kalian se-butkan, maka hadirkanlah sebuah surat
saja yang semisal dengan-nya, mintalah bantuan kepada orang-orang yang
kalian anggap mampu membuatnya dari sahabat dan sejawat-sejawat kalian,
karena hal itu adalah suatu perkara yang mudah saja bagi kalian, apalagi
kalian adalah pakar-pakar bidang bahasa, pakar orator, dan permusuhan
terhadap Rasul ﷺ. Apabila kalian mampu menghadirkan satu surat yang
semi-salnya, maka perkaranya adalah seperti yang kalian sebutkan, na-mun
bila kalian tidak mampu menghadirkan satu surat pun yang semisal dan
kalian tidak mampu lagi berusaha
[dan kalian tidak akan pernah mampu menghadirkan satu surat pun yang
semisal-nya, akan tetapi tantangan ini adalah tantangan yang obyektif
dan mencoba memahami keberatan kalian], maka ayat ini merupakan ayat yang agung dan dalil yang jelas lagi
terang akan kebenarannya dan kebenaran wahyu yang dibawanya, maka wajiblah
atas kalian untuk mengikutinya, dan sebagai tindakan penjagaan diri dari
api neraka yang panasnya sangat tinggi dan membara, di mana bahan bakarnya
adalah manusia dan bebatuan, yang bukan seperti api dunia yang hanya
dibakar dengan kayu saja, api ini seperti yang telah dijelaskan, telah
disiapkan dan dipersembahkan bagi orang-orang yang kafir kepada Allah dan
Rasul-rasulNya, maka jangan-lah kalian kafir terhadap RasulNya setelah
jelas bagi kalian bahwa-sanya ia adalah Rasulullah ﷺ.
#
{24} وهذه الآية ونحوها يسمونها: آية
التحدي، وهو: تعجيز الخلق عن أن يأتوا بمثل هذا
القرآن أو يعارضوه بوجه، قال تعالى:
{قل لئن اجتمعت الإنس والجن على أن يأتوا بمثل هذا القرآن لا يأتون
بمثله ولو كان بعضهم لبعض ظهيراً}؛ وكيف يقدر المخلوق من تراب أن يكون كلامه ككلام رب الأرباب، أم كيف يقدر
الفقير الناقص من جميع الوجوه أن يأتي بكلام ككلام الكامل، الذي له الكمال
المطلق، والغنى الواسع من جميع الوجوه ؟ هذا ليس في الإمكان ولا في قدرة
الإنسان، وكل من له أدنى ذوق ومعرفة بأنواع الكلام ، إذا وزن هذا القرآن
[العظيم] بغيره من كلام البلغاء، ظهر له الفرق
العظيم. وفي قوله:
{وإن كنتم في ريب}؛ إلى آخره، دليل على أن
الذي يرجى له الهداية من الضلالة هو الشاك الحائر، الذي لم يعرف الحق من
الضلالة، فهذا الذي إذا بين له الحق حري باتباعه إن كان صادقاً في طلب
الحق، وأما المعاند الذي يعرف الحق ويتركه، فهذا لا يمكن رجوعه؛ لأنه ترك
الحق بعد ما تبين له، لم يتركه عن جهل فلا حيلة فيه، وكذلك الشاكُّ الذي
ليس بصادق في طلب الحق بل هو معرض غير مجتهد بطلبه؛ فهذا في الغالب لا
يوفق. وفي وصف الرسول بالعبودية في هذا المقام العظيم دليل على أن أعظم
أوصافه - صلى الله عليه وسلم - قيامه بالعبودية التي لا يلحقه فيها أحد من
الأولين والآخرين،
كما وصفه بالعبودية في مقام الإسراء فقال:
{سبحان الذي أسرى بعبده ليلاً}؛
وفي مقام الإنزال فقال:
{تبارك الذي نزل الفرقان على عبده ليكون للعالمين نذيراً}. وفي قوله:
{أعدت للكافرين}؛ ونحوها من الآيات دليل
لمذهب أهل السنة والجماعة أن الجنة والنار مخلوقتان، خلافاً للمعتزلة.
وفيها أيضاً:
أن الموحدين وإن ارتكبوا بعض الكبائر لا يخلدون في النار لأنه قال:
{أعدت للكافرين}؛ فلو كان عصاة الموحدين
يخلدون فيها لم تكن معدة للكافرين وحدهم،
خلافاً للخوارج والمعتزلة وفيها:
دلالة على أن العذاب مُستَحَق بأسبابه وهو الكفر وأنواع المعاصي على
اختلافها.
(24) Ayat ini dan ayat-ayat yang semisalnya
dinamakan de-ngan ayat tantangan. Maksudnya adalah membuktikan kelemahan
makhluk dalam hal menghadirkan sesuatu yang semisal dengan al-Qur`an, atau
karena mengkritiknya dari suatu sisi. Allah تعالى berfirman, ﴾ قُل لَّئِنِ
ٱجۡتَمَعَتِ ٱلۡإِنسُ وَٱلۡجِنُّ عَلَىٰٓ أَن يَأۡتُواْ بِمِثۡلِ هَٰذَا
ٱلۡقُرۡءَانِ لَا يَأۡتُونَ بِمِثۡلِهِۦ وَلَوۡ كَانَ بَعۡضُهُمۡ لِبَعۡضٖ
ظَهِيرٗا 88
﴿ "Katakanlah, 'Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk
membuat yang serupa al-Qur`an ini, niscaya mereka tidak akan dapat
membuat yang serupa dengannya, sekalipun sebagian mereka menjadi
pembantu bagi sebagian yang lain'."
(Al-Isra`: 88).
Bagaimana mungkin makhluk yang berasal dari tanah mampu agar
perkataannya sama seperti perkataan Rabb segala makhluk, atau bagaimana
mungkin seorang yang miskin lagi papa dalam segala bentuknya dapat
menghadirkan sebuah perkataan yang sama dengan perkataan Dzat yang
sempurna, yang memiliki ke-sempurnaan mutlak, Dzat yang Mahakaya lagi
luas dalam segala bentuknya? Hal ini tidaklah mungkin dan di luar
kemampuan manusia, dan setiap orang yang memiliki sekecil-kecilnya rasa
dan pengetahuan terhadap corak dan bentuk perkataan. Apabila seseorang
membanding-bandingkan al-Qur`an yang agung ini de-ngan selainnya dari
perkataan-perkataan para ahli sastra, niscaya nampaklah baginya suatu
perbedaan yang luar biasa besarnya. Dan dalam FirmanNya, ﴾
وَإِن كُنتُمۡ فِي رَيۡبٖ مِّمَّا نَزَّلۡنَا عَلَىٰ عَبۡدِنَا فَأۡتُواْ
بِسُورَةٖ مِّن مِّثۡلِهِۦ وَٱدۡعُواْ شُهَدَآءَكُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ إِن
كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ
﴿ "Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang
al-Qur`an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami
(Muhammad), maka buatlah satu surat
(saja) yang semisal al-Qur`an itu dan ajaklah
penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang memang
benar," terkandung sebuah dalil yang menunjukkan bahwasanya orang yang
diharapkan hidayah baginya dari kesesatan adalah seorang yang ragu dan
bingung, yang belum mengetahui kebenaran dari kesesatan, maka orang
seperti ini bila dijelaskan kebenaran baginya, niscaya ia segera
mengikutinya jika ia memang benar-benar mencari kebenaran. Adapun orang
yang keras kepala yang mengetahui kebenaran namun ia meninggalkannya,
maka yang seperti ini tidaklah mung-kin kembali, karena ia telah
meninggalkan kebenaran setelah jelas baginya kebenaran itu, di mana ia
tidak meninggalkannya karena sebuah kebodohan, maka tidak ada alasan
lain untuknya. Demikian juga orang yang ragu dan tidak benar-benar
mencari kebenaran, bahkan ia berleha-leha dan tidak bersungguh-sungguh
dalam men-carinya, maka yang seperti ini secara garis besar tidaklah
dibimbing ke sana. Dalam penjelasan tentang Rasulullah ﷺ sebagai hamba
Allah dalam konteks yang agung ini adalah sebuah dalil bahwasanya sifat
beliau ﷺ yang paling besar adalah realisasi beliau ﷺ dalam penghambaan
yang tidak dapat disaingi oleh siapa pun dari orang-orang terdahulu
maupun yang akan datang, sebagaimana Allah juga menjelaskan tentang
beliau dengan predikat hamba Allah dalam surat al-Isra` seraya
berfirman, ﴾
سُبۡحَٰنَ ٱلَّذِيٓ أَسۡرَىٰ بِعَبۡدِهِۦ لَيۡلٗا
﴿ "Mahasuci Allah, yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu
malam." (Al-Isra`: 1).
Dan dalam konteks menurunkan, Allah berfirman, ﴾
تَبَارَكَ ٱلَّذِي نَزَّلَ ٱلۡفُرۡقَانَ عَلَىٰ عَبۡدِهِۦ لِيَكُونَ
لِلۡعَٰلَمِينَ نَذِيرًا 1
﴿ "Mahasuci Allah yang telah menurunkan al-Furqan
(al-Qur`an) kepada hambaNya, agar dia menjadi
pemberi peringatan kepada seluruh alam."
(Al-Furqan: 1). Dan
dalam Firman Allah, ﴾
أُعِدَّتۡ لِلۡكَٰفِرِينَ
﴿ "Yang disediakan bagi orang-orang kafir," dan ayat-ayat yang
semacamnya adalah sebuah dalil bagi Ahlus Sunnah wal Jama'ah bahwasanya
surga dan neraka itu telah diciptakan, berbeda dengan al-Mu'tazilah.
Ayat ini juga mengandung isyarat bahwasanya orang-orang yang bertauhid
walaupun mereka terkadang melakukan beberapa dosa besar, namun tidak
akan kekal dalam neraka, karena Allah berfirman, ﴾
أُعِدَّتۡ لِلۡكَٰفِرِينَ ﴿ "Yang disediakan bagi orang-orang kafir,"
se-kiranya orang-orang yang melakukan maksiat dari ahli tauhid itu kekal
dalam neraka, maka neraka tidaklah disiapkan hanya untuk orang-orang kafir
semata. Ini berbeda dengan faham al-Khawarij dan al-Mu'tazilah. Demikian
juga isyarat lain tentang suatu dalil bahwa siksaan itu diperoleh dengan
adanya sebab-sebabnya yaitu kekufuran dan segala corak kemaksiatan yang
berbeda-beda.
{وَبَشِّرِ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ
جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ كُلَّمَا رُزِقُوا مِنْهَا
مِنْ ثَمَرَةٍ رِزْقًا قَالُوا هَذَا الَّذِي رُزِقْنَا مِنْ قَبْلُ
وَأُتُوا بِهِ مُتَشَابِهًا وَلَهُمْ فِيهَا أَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ
وَهُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (25)}
.
"Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang ber-iman dan berbuat
baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai
di bawahnya. Setiap mereka diberi rizki buah-buahan dalam surga-surga itu,
mereka mengatakan, 'Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu.'
Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada
istri-istri yang suci, dan mereka kekal di dalamnya."
(Al-Baqarah: 25).
#
{25} لمَّا ذكر جزاء الكافرين ذكر جزاء
المؤمنين أهل الأعمال الصالحات كما هي طريقته تعالى في كتابه يجمع بين
الترغيب والترهيب؛
ليكون العبد راغباً راهباً خائفاً راجياً فقال:
{وبشّر}؛ أي:
أيها الرسول ، ومن قام مقامك
{الذين آمنوا}؛ بقلوبهم
{وعملوا الصالحات}؛ بجوارحهم؛ فصدقوا إيمانهم
بأعمالهم الصالحة، ووُصِفت أعمال الخير بالصالحات؛ لأن بها تصلح أحوال
العبد، وأمور دينه ودنياه، وحياته الدنيوية والأخروية، ويزول بها عنه فساد
الأحوال؛ فيكون بذلك من الصالحين الذين يصلحون لمجاورة الرحمن في جنته
فبشرهم {أن لهم جنات}؛
أي:
بساتين جامعة للأشجار العجيبة والثمار الأنيقة والظل المديد والأغصان
والأفنان، وبذلك صارت جنة يجتن بها داخلها وينعم فيها ساكنها
{تجري من تحتها الأنهار}؛
أي:
أنهار الماء واللبن والعسل والخمر يفجرونها كيف شاؤوا، ويصرفونها أين
أرادوا، وتُسقَى منها تلك الأشجار؛ فتنبت أصناف الثمار
{كلما رزقوا منها من ثمرة رزقاً قالوا هذا الذي رزقنا من قبل}؛ أي: هذا من جنسه وعلى وصفه، كلها متشابهة في
الحسن واللذة ليس فيها ثمرة خاسَّةٌ، وليس لهم وقت خالٍ من اللَّذة؛ فهم
دائماً متلذذون بأُكُلِها، وقوله:
{وأتوا به متشابهاً}؛
قيل:
متشابهاً في الاسم مختلفاً في الطعم ، وقيل:
متشابهاً في اللون مختلف في الاسم، وقيل: يشبه
بعضه بعضاً في الحسن واللذة والفكاهة، ولعل هذا أحسن. ثم لما ذكر مسكنهم،
وأقواتهم من الطعام والشراب، وفواكههم ذكر أزواجهم؛ فوصفهنَّ بأكمل وصف
وأوجزه وأوضحه؛ فقال:
{ولهُم فيها أزواجٌ مُطهرةٌ}؛ فلم يقل مطهرةٌ
من العيب الفلاني؛ ليشمل جميع أنواع التطهير، فهنَّ مطهرات الأخلاق، مطهرات
الخلق، مطهرات اللسان، مطهرات الأبصار، فأخلاقهن أنهن عُرُبٌ متحببات إلى
أزواجهن بالخلق الحسن وحسن التبعل والأدب القولي والفعلي، ومطهرٌ خَلْقُهن
من الحيض والنفاس والمني والبول والغائط والمخاط والبصاق والرائحة الكريهة،
ومُطَهرات الخَلْق أيضاً بكمال الجمال؛ فليس فيهن عيب ولا دمامة خَلْق، بل
هن خيرات حسان، مطهرات اللسان والطرف، قاصرات طرفهن على أزواجهن، وقاصرات
ألسنتهن عن كل كلام قبيح. ففي هذه الآية الكريمة ذكر المبشِّر والمُبشَّر
والمُبَشَّر به والسبب الموصل لهذه البشارة؛
فالمبشر هو:
الرسول - صلى الله عليه وسلم - ومن قام مقامه من أمته،
والمبشَّر هم:
المؤمنون العاملون الصالحات، والمبشر به هي:
الجنات الموصوفات بتلك الصفات، والسبب الموصل لذلك،
هو:
الإيمان والعمل الصالح، فلا سبيل إلى الوصول إلى هذه البشارة إلا بهما،
وهذا أعظم بشارة حاصلة على يد أفضل الخلق بأفضل الأسباب، وفيه استحباب
بشارة المؤمنين وتنشيطهم على الأعمال بذكر جزائها وثمراتها؛ فإنها بذلك تخف
وتسهل، وأعظم بشرى حاصلة للإنسان توفيقه للإيمان والعمل الصالح، فذلك أول
البشارة وأصلها، ومن بعده البشرى عند الموت، ومن بعده الوصول إلى هذا
النعيم المقيم. نسأل الله من فضله.
(25) Setelah Allah menyebutkan tentang balasan
orang-orang kafir, Dia menyebutkan juga balasan orang-orang beriman yang
selalu mengerjakan amal-amal shalih. Ini adalah suatu metode Allah dalam
kitabNya, yaitu Dia menyatukan antara harapan dan ancaman, agar seorang
hamba optimis, mengharap, khawatir dan takut, lalu Allah berfirman, ﴾
وَبَشِّرِ
﴿ "Dan sampaikanlah berita gembira," yakni, wahai Rasul dan siapa pun
yang berada dalam posisimu (sebagai penyeru),
﴾
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ
﴿ "kepada mereka yang beriman" dengan hati mereka, ﴾
وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ
﴿ "dan berbuat baik" dengan anggota tubuh mereka, maka mereka
membenarkan
(baca: membuktikan benarnya) keimanan mereka
dengan tindakan nyata dari perbuatan-perbuatan baik mereka.
Perbuatan-perbuatan baik disifati dengan kata shalih karena dengan
perbuatan-perbuatan itu akan memper-baiki keadaan seorang hamba,
memperbaiki perkara agama dan dunianya, dan penghidupan dunia maupun
akhiratnya, serta menghilangkan kerusakan dirinya, yang pada akhirnya ia
menjadi golongan orang-orang yang shalih lagi baik, karena berdekatan
dengan ar-Rahman dalam surgaNya. Maka berikanlah mereka kabar gembira,
﴾
أَنَّ لَهُمۡ جَنَّٰتٖ
﴿ "bahwa bagi mereka disediakan surga-surga," yakni kebun-kebun yang
meliputi pohon-pohon yang indah, buah-buahan yang menggiurkan, naungan
yang sejuk, dahan-dahan dan ranting-ranting pohon yang rimbun. Dengan
itu semua, jadilah ia sebagai taman-taman yang di-nikmati oleh orang
yang masuk ke dalamnya dan dirasakan oleh orang-orang yang tinggal di
dalamnya, ﴾
تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُۖ
﴿ "yang mengalir sungai-sungai di bawahnya," yakni sungai-sungai air,
susu, madu dan khamar, di mana mereka mengalirkannya bagaimana-pun cara
yang mereka kehendaki dan mengalirkannya kemana pun mereka inginkan, dan
darinya pohon-pohon itu disiram, hingga tumbuhlah buah-buahan yang
bermacam-macam. ﴾
كُلَّمَا رُزِقُواْ مِنۡهَا مِن ثَمَرَةٖ رِّزۡقٗا قَالُواْ هَٰذَا ٱلَّذِي
رُزِقۡنَا مِن قَبۡلُۖ
﴿ "Setiap mereka diberi rizki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka
mengatakan, 'Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu'."
Maksudnya buah-buahan ini sama dari sisi jenis dan sifatnya, semuanya
sama rata dalam kelezatan dan keung-gulannya, tidak ada buah-buahan yang
busuk, dan mereka tidak memiliki waktu yang kosong dari kenikmatan,
mereka selalu berada dalam kenikmatan dengan buah-buahannya. Dan
FirmanNya, ﴾
وَأُتُواْ بِهِۦ مُتَشَٰبِهٗاۖ
﴿ "Mereka diberi buah-buahan yang serupa," menurut suatu pendapat,
serupa dalam namanya namun berbeda dalam rasanya. Ada juga yang
berpendapat, serupa dalam warnanya namun berbeda dalam namanya. Ada juga
yang berpen-dapat, sebagian serupa dengan sebagiannya lagi dalam
keunggulan, kelezatan, dan kenik-matannya, dan yang terakhir ini mungkin
pendapat yang terbaik.[5] Kemudian, setelah
Allah menyebutkan tentang kediaman mereka, makanan mereka dari makanan
dan minuman, dan buah-buahan mereka, Allah menyebutkan pula istri-istri
mereka, lalu Dia menjelaskan tentang sifat mereka dengan sifat yang
paling ideal, Dia meringkasnya dan membahasnya seraya berfirman,﴾
وَلَهُمۡ فِيهَآ أَزۡوَٰجٞ مُّطَهَّرَةٞۖ ﴿ "Dan untuk mereka di dalamnya
ada istri-istri yang suci," dan Allah tidak mengatakan suci dari satu aib
saja, demi mencakup segala macam kesucian, mereka itu suci akhlaknya, suci
tubuhnya, suci lisannya, suci penglihatannya, akhlak-akhlak mereka penuh
cinta yang disukai oleh suami-suami mereka dengan akhlak yang baik,
berhias diri yang paling indah dan bertata krama, baik lisan maupun
perbuatan, juga suci tubuh mereka dari haid, nifas, mani, air seni,
kotoran, lendir hidung, air ludah dan bau yang tidak sedap, dan juga suci
penampilan mereka dengan kesempurnaan kecan-tikan, di mana tidak ada aib
sama sekali pada diri mereka, tidak pula buruk rupa, akan tetapi mereka
itu baik-baik lagi cantik-cantik, suci lisan dan pandangan mereka, yang
sopan lagi menundukkan pandangan mereka terhadap suami-suami mereka, sopan
lisan mereka dalam bertutur kata yang jauh dari perkataan yang buruk.
Dalam ayat ini disebutkan yang menyampaikan kabar gem-bira, yang diberikan
kabar gembira, dan apa-apa yang menjadi kabar gembira, serta sebab-sebab
yang menyampaikan kepadanya. Yang menyampaikan kabar gembira itu adalah
Rasulullah ﷺ atau umatnya yang berada dalam posisinya, dan penerima kabar
gem-bira adalah orang-orang yang beriman yang beramal shalih, se-dangkan
hal yang menjadi kabar gembira itu adalah surga-surga yang telah
disebutkan sifat-sifatnya, dan sebab-sebab yang menyam-paikan kepadanya
adalah keimanan dan amal shalih, karena tidak ada jalan lain yang
menyampaikan kepada berita gembira itu ke-cuali dengan kedua sebab
tersebut. Ini merupakan kabar gembira terbesar yang diucapkan oleh
semulia-mulia makhluk dengan se-baik-baik faktor penyebabnya. Ayat ini
juga menunjukkan sunnah-nya memberikan kabar gembira bagi kaum Mukminin
dan mem-bangkitkan semangat mereka untuk beramal lebih giat yaitu dengan
menyebutkan balasan perbuatan mereka dan hasilnya, karena dengan hal
tersebut perbuatan akan lebih mudah dan ringan. Dan sebesar-besar berita
gembira bagi seorang manusia adalah taufik-Nya kepada keimanan dan amal
shalih, dan hal tersebut merupa-kan awal dan asal dari berita gembira, dan
yang setelahnya adalah berita gembira ketika mati, dan yang setelahnya
adalah sampai kepada kenikmatan tersebut yang abadi. Kita memohon kepada
Allah dari karuniaNya.
{إِنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَحْيِي أَنْ يَضْرِبَ مَثَلًا مَا بَعُوضَةً
فَمَا فَوْقَهَا فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ
الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا فَيَقُولُونَ
مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَذَا مَثَلًا يُضِلُّ بِهِ كَثِيرًا وَيَهْدِي
بِهِ كَثِيرًا وَمَا يُضِلُّ بِهِ إِلَّا الْفَاسِقِينَ
(26) الَّذِينَ يَنْقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِنْ
بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ
وَيُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ أُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
(27)}
"Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau
yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka
mengetahui
(yakin) bahwa pe-rumpamaan itu benar dari Tuhan
mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan, 'Apa maksud Allah menjadikan
ini untuk perumpa-maan?' Dengan perumpamaan itu banyak orang yang
disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu
(pula) banyak orang yang diberiNya petunjuk. Dan
tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik.
(Yaitu) orang-orang yang melanggar per-janjian
Allah sesudah perjanjian itu diteguhkan, dan memutuskan apa yang
diperintahkan Allah
(kepada mereka) untuk
menghubung-kannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah
orang-orang yang rugi."
(Al-Baqarah: 26-27).
#
{26} يقول تعالى:
{إن الله لا يستحيي أن يضرب مثلاً ما}؛
أيْ:
أيُّ مثل كان {بعوضة فما فوقها}؛ لاشتمال
الأمثال على الحكمة وإيضاح الحق، والله لا يستحيي من الحق، وكأنّ في هذا
جواباً لمن أنكر ضرب الأمثال في الأشياء الحقيرة، واعترض على الله في ذلك؛
فليس في ذلك محل اعتراض، بل هو من تعليم الله لعباده ورحمته بهم، فيجب أن
تتلقى بالقبول والشكر، ولهذا قال:
{فأما الذين آمنوا فيعلمون أنه الحق من ربهم}؛ فيفهمونها ويتفكرون فيها، فإن علموا ما اشتملت عليه على وجه التفصيل
ازداد بذلك علمهم وإيمانهم، وإلا علموا أنها حق، وما اشتملت عليه حق، وإن
خفي عليهم وجه الحق فيها، لعلمهم بأن الله لم يضربها عبثاً بل لحكمة بالغة
ونعمة سابغة،
{وأما الذين كفروا فيقولون ماذا أراد الله بهذا مثلاً}؛ فيعترضون ويتحيرون فيزدادون كفراً إلى كفرهم كما ازداد المؤمنون إيماناً
على إيمانهم؛ ولهذا قال:
{يضل به كثيراً ويهدي به كثيراً}؛ فهذه حال
المؤمنين والكافرين عند نزول الآيات القرآنية،
قال تعالى:
{وإذا ما أنزلت سورة فمنهم من يقول أيكم زادته هذه إيماناً، فأما الذين
آمنوا فزادتهم إيماناً وهم يستبشرون. وأما الذين في قلوبهم مرض فزادتهم
رجساً إلى رجسهم وماتوا وهم كافرون}؛ فلا أعظم نعمة على العباد من نزول الآيات القرآنية، ومع هذا تكون لقوم
محنة وحيرة وضلالة وزيادة شر إلى شرهم، ولقوم منحة ورحمة وزيادة خير إلى
خيرهم، فسبحان من فاوت بين عباده، وانفرد بالهداية والإضلال. ثم ذكر حكمته
وعدله في إضلاله من يضل ؛ فقال:
{وما يضل به إلا الفاسقين}؛
أي:
الخارجين عن طاعة الله المعاندين لرسل الله الذين صار الفسق وصفهم؛ فلا
يبغون به بدلاً، فاقتضت حكمته تعالى إضلالهم؛ لعدم صلاحيتهم للهدى، كما
اقتضى فضله وحكمته هداية من اتصف بالإيمان وتحلى بالأعمال الصالحة.
والفسق نوعان:
نوع مخرج من الدين وهو الفسق المقتضي للخروج من الإيمان كالمذكور في هذه
الآية ونحوها،
ونوع غير مخرج من الإيمان كما في قوله تعالى:
{يا أيها الذين آمنوا إن جاءكم فاسق بنبأ فتبينوا ... }؛ الآية.
(26) Allah تعالى berfirman, ﴾ إِنَّ ٱللَّهَ لَا
يَسۡتَحۡيِۦٓ أَن يَضۡرِبَ مَثَلٗا مَّا
﴿ "Sesung-guhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan," maksudnya
perum-pamaan apa pun itu, ﴾
بَعُوضَةٗ فَمَا فَوۡقَهَاۚ
﴿ "berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu," karena perumpamaan
meliputi kebijaksanaan dan penjelasan akan kebenaran, sedang Allah
tidaklah segan mengung-kapkan kebenaran. Dalam hal ini seakan-akan ada
sebuah jawaban bagi orang yang mengingkari pemakaian perumpamaan dalam
hal-hal yang remeh dan memprotes Allah dalam hal tersebut, pa-dahal
dalam hal itu tidak ada yang patut diprotes, bahkan hal itu adalah suatu
pengajaran Allah تعالى kepada hamba-hambaNya serta kasih sayangNya
kepada mereka, maka wajiblah diterima dengan terbuka dan penuh
kesyukuran. Oleh karena itu Allah berfirman, ﴾
فَأَمَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ فَيَعۡلَمُونَ أَنَّهُ ٱلۡحَقُّ مِن
رَّبِّهِمۡۖ
﴿ "Adapun orang-orang yang ber-iman, maka mereka mengetahui
(yakin) bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan
mereka," mereka memahami dan memikirkannya, lalu apabila mereka
mengetahui apa yang meliputi hal tersebut dalam perinciannya, niscaya
bertambahlah ilmu dan keimanan mereka dengan hal itu, namun bila tidak,
niscaya mereka mengetahui bah-wasanya hal itu adalah suatu kebenaran dan
apa pun yang dikan-dungnya adalah kebenaran, walaupun kandungan
kebenarannya itu tidak dapat mereka mengerti, karena pengetahuan mereka
bahwasanya Allah tidaklah membuat perumpamaan itu dengan sia-sia, akan
tetapi karena sebuah hikmah yang tinggi dan nikmat yang dalam. ﴾
وَأَمَّا ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ فَيَقُولُونَ مَاذَآ أَرَادَ ٱللَّهُ بِهَٰذَا
مَثَلٗاۘ
﴿ "Tetapi mereka yang kafir mengatakan, 'Apa maksud Allah menjadikan
ini untuk perum-pamaan?'" Yakni, mereka menyanggah dan bingung sehingga
ber-tambahlah kekufuran kepada kekufuran yang telah ada pada me-reka,
sebagaimana bertambahnya keimanan bagi kaum Mukminin kepada keimanan
mereka. Oleh karena itulah Allah berfirman, ﴾
يُضِلُّ بِهِۦ كَثِيرٗا وَيَهۡدِي بِهِۦ كَثِيرٗاۚ
﴿ "Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan
dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang
diberiNya petunjuk." Demikianlah kondisi kaum Mukminin dan kaum kafir
ketika turunnya ayat-ayat al-Qur`an. Allah تعالى berfirman, ﴾
وَإِذَا مَآ أُنزِلَتۡ سُورَةٞ فَمِنۡهُم مَّن يَقُولُ أَيُّكُمۡ زَادَتۡهُ
هَٰذِهِۦٓ إِيمَٰنٗاۚ فَأَمَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ فَزَادَتۡهُمۡ إِيمَٰنٗا
وَهُمۡ يَسۡتَبۡشِرُونَ 124 وَأَمَّا ٱلَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٞ
فَزَادَتۡهُمۡ رِجۡسًا إِلَىٰ رِجۡسِهِمۡ وَمَاتُواْ وَهُمۡ كَٰفِرُونَ 125
﴿ "Dan apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka
(orang-orang munafik) ada yang berkata,
'Siapakah di antara kamu yang bertam-bah imannya dengan
(turunnya) surat ini?' Adapun orang-orang yang
beriman, maka surat ini menambah imannya, dan mereka merasa gembira. Dan
adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan
surat itu bertambahlah kekafiran mereka, di samping kekafiran-nya
(yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan
kafir."
(At-Taubah: 124-125).
Maka tidak ada kenikmatan yang lebih besar bagi hamba dari turunnya
ayat-ayat al-Qur`an. Walaupun demikian, hal ini bagi suatu kaum menjadi
sebuah ujian, kebingungan, kesesatan, dan bertambahnya keburukan kepada
keburukan yang telah ada pada mereka, sedang bagi kaum yang lain menjadi
ujian, rahmat, dan bertambahnya kebaikan kepada kebaikan yang telah ada
pada mereka. Maka Mahasuci Dzat yang telah membeda-bedakan antara
hamba-hambaNya dan keesaanNya dalam memberikan petunjuk dan kesesatan.
Kemudian Allah menyebutkan hikmah di balik penyesatan yang dilakukan
olehNya kepada seseorang yang tersesat, seraya berfirman, ﴾
وَمَا يُضِلُّ بِهِۦٓ إِلَّا ٱلۡفَٰسِقِينَ
﴿ "Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik,"
yaitu orang-orang yang berpaling dari ketaatan kepada Allah dan yang
menentang Rasul-rasul Allah yang akhirnya kefasikan itu menjadi sifat
paten mereka, dan mereka sendiri tidak ingin merubahnya, maka
berjalanlah hikmah Allah bagi mereka dalam menyesatkan mereka, karena
mereka tidaklah pantas mendapatkan petunjuk, sebagaimana berjalannya
hikmah dan keutamaanNya dalam memberikan petunjuk kepada orang yang
memiliki sifat keimanan dan menghiasi diri mereka dengan amalan-amalan
shalih. Kefasikan itu ada dua macam: Yang
pertama adalah kefasikan yang mengeluarkan seseorang dari Islam yaitu
kefasikan yang mengakibatkan keluar dari keimanan seperti yang
disebutkan dalam ayat ini dan yang semacamnya, sedangkan yang kedua
adalah kefasikan yang tidak mengeluarkan dari keimanan, seperti dalam
Firman Allah تعالى, ﴾
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِن جَآءَكُمۡ فَاسِقُۢ بِنَبَإٖ
فَتَبَيَّنُوٓاْ ﴿ "Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu
orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti."
(Al-Hujurat: 6).
Kemudian Allah menjelaskan sifat-sifat kaum fasik dalam FirmanNya,
#
{27}
{الذين ينقضون عهد الله من بعد ميثاقه}؛ وهذا
يعم العهد الذي بينهم وبين ربهم ، والذي بينهم وبين الخلق ، الذي أكده
عليهم بالمواثيق الثقيلة والإلزامات، فلا يبالون بتلك المواثيق، بل
ينقضونها، ويتركون أوامره، ويرتكبون نواهيه، وينقضون العهود التي بينهم
وبين الخلق
{ويقطعون ما أمر الله به أن يوصل}؛ وهذا يدخل
فيه أشياء كثيرة، فإن الله أمرنا أن نصل ما بيننا وبينه بالإيمان به
والقيام بعبوديته، وما بيننا وبين رسوله بالإيمان به ومحبته وتعزيره
والقيام بحقوقه، وما بيننا وبين الوالدين والأقارب والأصحاب وسائر الخلق
بالقيام بحقوقهم التي أمر الله أن نصلها، فأما المؤمنون فوصلوا ما أمر الله
به أن يوصل من هذه الحقوق، وقاموا بها أتم القيام؛ وأما الفاسقون فقطعوها
ونبذوها وراء ظهورهم معتاضين عنها بالفسق والقطيعة والعمل بالمعاصي وهو
الإفساد في الأرض، {فأولئك}؛
أي:
من هذه صفته {هم الخاسرون}؛ في الدنيا
والآخرة، فحصر الخسارة فيهم؛ لأن خسرانهم عام في كل أحوالهم ليس لهم نوع من
الربح، لأن كل عمل صالح شرطه الإيمان، فمن لا إيمان له؛ لا عمل له،
وهذا الخسار هو:
خسار الكفر، وأما الخسار الذي قد يكون كفراً وقد يكون معصية وقد يكون
تفريطاً في ترك مستحب، المذكور في قوله تعالى:
{إن الإنسان لفي خسر}؛ فهذا عام لكل مخلوق
إلا من اتصف بالإيمان والعمل الصالح والتواصي بالحق والتواصي بالصبر،
وحقيقته فوات الخير الذي كان العبد بصدد تحصيله وهو تحت إمكانه.
(27) ﴾ ٱلَّذِينَ يَنقُضُونَ عَهۡدَ ٱللَّهِ مِنۢ
بَعۡدِ مِيثَٰقِهِۦ
﴿ "Yaitu orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian
itu diteguhkan." Hal ini bersifat umum yang meliputi perjanjian antara
mereka dengan Rabb mereka, atau juga perjanjian yang terjadi antara
mereka dengan sesama makhluk, yang dikukuhkan atas mereka dengan
ikatan-ikatan yang erat dan komitmen-komitmen, namun mereka tidak peduli
terhadap ikatan-ikatan tersebut bahkan mereka membatal-kannya dan mereka
meninggalkan perintah-perintahNya, melaku-kan larangan-laranganNya, dan
mereka juga membatalkan janji-janji antara mereka dengan sesama makhluk,
﴾
وَيَقۡطَعُونَ مَآ أَمَرَ ٱللَّهُ بِهِۦٓ أَن يُوصَلَ
﴿ "dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah
(kepada mereka) untuk menghubungkannya." Banyak
hal yang termasuk ke dalam ayat ini, dan Allah تعالى telah memerintahkan
kepada kita untuk menghubungkan antara kita dengan DiriNya yaitu dengan
keimanan kepadaNya, melak-sanakan ibadah hanya semata kepadaNya, atau
antara kita dengan RasulNya yaitu dengan beriman kepada beliau,
mencintai beliau, menghormati beliau, menunaikan segala hak-hak beliau,
atau di antara kita dengan kedua orang tua, karib kerabat, teman sahabat
dan seluruh makhluk yaitu dengan menunaikan hak-hak mereka yang mana
Allah telah memerintahkan untuk bersilaturahim. Orang-orang Mukmin, maka
mereka akan menyambung silaturahim yang telah Allah perintahkan untuk
disambung dari hak-hak tersebut, dan mereka menunaikannya dengan
sebaik-baik pelaksanaan, sedangkan orang-orang fasik, maka mereka
memutus-kannya dan membuangnya dari diri mereka dan menggantikannya
dengan kefasikan, memutus hubungan, dan melakukan kemak-siatan, yaitu
berbuat kerusakan di muka bumi. ﴾
أُوْلَٰٓئِكَ
﴿ "Mereka itulah," yakni orang-orang yang memiliki sifat seperti itu
adalah, ﴾
هُمُ ٱلۡخَٰسِرُونَ
﴿ "orang-orang yang merugi" di dunia dan akhirat. Allah membatasi
kerugian itu hanya bagi mereka, karena kerugian me-reka itu bersifat
umum dalam segala kondisi mereka yang tidak ada sama sekali percikan
dari keuntungan, karena setiap amalan shalih syaratnya adalah keimanan,
maka barangsiapa yang tidak memiliki keimanan, niscaya ia tidak memiliki
nilai amal, dan ke-rugian ini adalah kerugian kekufuran. Adapun kerugian
yang ter-kadang menjadi kekufuran dan terkadang menjadi kemaksiatan dan
terkadang menjadi suatu tindakan kelalaian dalam meninggalkan
kesunnahan, yang disebutkan dalam FirmanNya تعالى, ﴾
إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لَفِي خُسۡرٍ 2 ﴿ "Sesungguhnya manusia itu benar-benar
dalam kerugian."
(Al-Ashr: 2), maka ini
bersifat umum untuk seluruh makhluk, kecuali orang-orang yang bersifat
dengan keimanan, amalan shalih, saling nasihat menasihati kepada kebenaran
dan saling nasihat menasihati dengan kesabaran; maka pada hakikatnya
adalah hilangnya kebaikan yang mana seorang hamba itu bertujuan
memperolehnya dan itu masih dalam kemampuannya.
Kemudian Allah تعالى berfirman,
{كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ
ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
(28)}
.
"Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah
menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkanNya kembali,
kemudian kepadaNya-lah kamu dikembalikan?"
(Al-Baqarah: 28).
#
{28} هذا استفهام بمعنى التعجب والتوبيخ
والإنكار؛ أي: كيف يحصل منكم الكفر بالله الذي
خلقكم من العدم، وأنعم عليكم بأصناف النعم، ثم يميتكم عند استكمال آجالكم،
ويجازيكم في القبور، ثم يحييكم بعد البعث والنشور، ثم إليه ترجعون فيجازيكم
الجزاء الأوفى، فإذا كنتم في تصرفه وتدبيره وبره وتحت أوامره الدينية، وبعد
ذلك تحت دينه الجزائي أَفَيَليق بكم أن تكفروا به؟ وهل هذا إلا جهل عظيم
وسفه كبير ؟ بل الذي يليق بكم أن تتقوه وتشكروه، وتؤمنوا به ، وتخافوا
عذابه، وترجوا ثوابه.
(28) Ini adalah sebuah pertanyaan yang bermakna
keheranan dan sekaligus celaan serta pengingkaran, yakni bagaimana bisa
terjadi kekufuran dari kalian kepada Allah yang telah menciptakan kalian
dari tidak ada, lalu memberikan nikmatNya kepada kalian dengan berbagai
macam nikmat, kemudian Dia mematikan kalian bila telah sampai ajal kalian
lalu Dia membalas kalian dalam kubur, kemudian Dia membangkitkan kalian
kembali setelah Hari Kebang-kitan dan berdiri di padang mahsyar, kemudian
kepadaNya-lah kalian akan kembali, maka Dia akan memberikan balasan kepada
kalian dengan balasan yang sepadan, dan bila kalian berada dalam
tindak-tandukNya, pengaturanNya, kebaikanNya dan dalam kerangka
perintah-perintahNya yang bersifat agama, kemudian setelah itu dalam
kerangka pembalasanNya; maka apakah pantas bagi kalian kufur kepadaNya?
Dan bukankah hal ini hanyalah suatu kebodohan dan kedunguan yang besar?
Akan tetapi yang sepantasnya bagi kalian adalah agar kalian bertakwa
kepadaNya, mensyukuriNya, beriman kepadaNya, takut akan azabNya, dan
mengharap balasan baikNya.
{هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا}
.
"Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia
bermaksud
(menciptakan) langit, lalu dijadi-kanNya tujuh
langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu."
(Al-Baqarah: 29).
#
{29} أي: خلق لكم برًّا بكم ورحمة جميع ما
على الأرض للانتفاع والاستمتاع والاعتبار. وفي هذه الآية الكريمة دليل على
أن الأصل في الأشياء الإباحة والطهارة؛ لأنها سيقت في معرض الامتنان، يخرج
بذلك الخبائث فإن تحريمها أيضاً يؤخذ من فحوى الآية، وبيان المقصود منها،
وأنه خلقها لنفعنا، فما فيه ضرر؛ فهو خارج من ذلك، ومن تمام نعمته منعنا من
الخبائث تنزيهاً لنا؛ وقوله:
{ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ
وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (29)}. «استوى»: ترد في القرآن على ثلاثة معانٍ: فتارة
لا تُعدَّى بالحرف فيكون معناها: الكمال والتمام،
كما في قوله عن موسى:
{ولما بلغ أشده واستوى}؛ وتارة تكون بمعنى
علا وارتفع، وذلك إذا عديت «بعلى» كقوله تعالى:
{الرحمن على العرش استوى} ؛
{لتستووا على ظهوره}؛ وتارة تكون بمعنى قصد
كما إذا عُدِيت «بإلى» كما في هذه الآية،
أي:
لما خلق تعالى الأرض قصد إلى خلق السماوات فسواهن سبع سماوات فخلقها
وأحكمها وأتقنها وهو بكل شيء عليم، فيعلم ما يلج في الأرض وما يخرج منها،
وما ينزل من السماء وما يعرج فيها، ويعلم ما تسرون وما تعلنون، يعلم السر
وأخفى.
وكثيراً ما يقرن بين خلقه وإثبات علمه كما في هذه الآية وكما في قوله
تعالى:
{ألا يعلم من خلق وهو اللطيف الخبير}؛ لأن
خلقه للمخلوقات أدل دليل على علمه وحكمته وقدرته.
(29) Maksudnya, Dia menciptakan segala sesuatu di
muka bumi ini sebagai suatu kebaikan dan kasih sayang untukmu agar dapat
diambil manfaatnya, dinikmati, dan dijadikan pelajaran. Ayat yang mulia
ini merupakan sebuah dalil yang menunjuk-kan bahwasanya segala sesuatu itu
pada dasarnya adalah mubah dan suci, karena disebutkan dalam kerangka
suatu anugerah, dengan nash tersebut, maka hal-hal yang kotor tidak
termasuk di dalamnya, dan sesungguhnya keharaman hal-hal yang kotor itu
pun telah diambil dari pemahaman utama ayat ini
(fahwa al-ayat), penjelasan akan maksudnya dan
bahwasanya Allah menciptakan-nya untuk kemaslahatan kita. Maka apa pun
yang ada bahayanya dalam hal itu, maka tidak termasuk di dalamnya, dan
sebagai pe-nyempurnaan nikmatNya, Dia melarang kita dari hal-hal yang
kotor demi untuk membersihkan kita. Dan FirmanNya, ﴾ ثُمَّ ٱسۡتَوَىٰٓ
إِلَى ٱلسَّمَآءِ فَسَوَّىٰهُنَّ سَبۡعَ سَمَٰوَٰتٖۚ وَهُوَ بِكُلِّ شَيۡءٍ
عَلِيمٞ 29
﴿ "Dan Dia bermaksud (menciptakan) langit, lalu
dijadikanNya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu."
(Al-Baqarah: 29). Kata
اِسْتَوَى yang disebutkan dalam al-Qur`an hadir dengan tiga makna:
Terkadang tidak dijadikan kata kerja muta'addi
(transitif yang membutuhkan obyek)
dengan huruf, maka berarti kesempur-naan dan kepurnaan, sebagaimana
FirmanNya tentang Musa عليه السلام, ﴾
وَلَمَّا بَلَغَ أَشُدَّهُۥ وَٱسۡتَوَىٰٓ
﴿ "Dan setelah Musa cukup umur dan sempurna akalnya."
(Al-Qa-shash: 14).
Terkadang juga bermakna عَلَا وَارْتَفَعَ
(tinggi dan jauh di atas), hal ini bila kata
kerja ini dijadikan kata kerja muta'addi dengan عَلَى seperti Firman
Allah (yaitu), ﴾
ٱلرَّحۡمَٰنُ عَلَى ٱلۡعَرۡشِ ٱسۡتَوَىٰ 5
﴿ "Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam
(tinggi) di atas 'Arasy."
(Thaha: 5). Dan juga
(FirmanNya), ﴾
لِتَسۡتَوُۥاْ عَلَىٰ ظُهُورِهِۦ
﴿ "Supaya kamu duduk di atas punggungnya."
(Az-Zukhruf: 13). Dan
juga terkadang berarti, bermaksud, sebagaimana bila dijadikan kata kerja
muta'addi (transitif) dengan إِلَى yaitu kepada,
sebagaimana yang ada pada ayat ini. Maksudnya, ketika Allah تعالى telah
menciptakan bumi, Dia bermaksud menciptakan langit dan dijadikannya
tujuh langit, maka Dia menciptakannya, menyeim-bangkannya dan
mengukuhkannya, dan Allah Mahatahu akan segala sesuatu, Dia mengetahui
apa yang masuk dalam bumi dan apa yang keluar darinya, mengetahui apa
yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya, dan Dia mengetahui
juga apa yang kalian sembunyikan dan apa yang kalian perlihatkan, dan
Dia mengetahui yang rahasia dan yang tersembunyi. Sangat sering sekali
Allah menyandingkan penciptaanNya terhadap sesuatu dengan penetapan akan
ilmuNya, sebagaimana dalam ayat ini dan juga dalam Firman Allah تعالى,
﴾
أَلَا يَعۡلَمُ مَنۡ خَلَقَ وَهُوَ ٱللَّطِيفُ ٱلۡخَبِيرُ 14 ﴿ "Apakah Allah
Yang menciptakan itu tidak mengetahui
(yang kamu lahirkan atau rahasiakan); sedangkan
Dia Mahahalus lagi Maha Menge-tahui."
(Al-Mulk: 14). Karena
penciptaan Allah terhadap makhluk-makhluk adalah dalil yang paling jelas
akan pengetahuan, hikmah, dan kekuasaan-Nya.
{وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ
خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ
الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي
أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ (30) وَعَلَّمَ
آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ
فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلَاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
(31) قَالُوا سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا
إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ
(32) قَالَ يَاآدَمُ أَنْبِئْهُمْ
بِأَسْمَائِهِمْ فَلَمَّا أَنْبَأَهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ قَالَ أَلَمْ
أَقُلْ لَكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنْتُمْ تَكْتُمُونَ
(33) وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا
لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ
الْكَافِرِينَ (34)}
.
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat, 'Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.' Mereka berkata, 'Mengapa
Engkau hendak menjadikan
(kha-lifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
de-ngan memuji dan menyucikanMu?' Tuhan berfirman, 'Sesungguhnya Aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.' Dan Dia menga-jarkan kepada Adam
nama-nama
(benda-benda), seluruhnya, ke-mudian
mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman, 'Sebutkanlah kepadaKu
nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar!'
Mereka menjawab, 'Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari
apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkau-lah Yang
Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.' Allah berfirman, 'Hai Adam,
beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini.' Maka setelah
diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman,
'Bukankah sudah Aku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui
rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang
kamu sem-bunyikan?' Dan
(ingatlah) ketika Kami
berfirman kepada para malaikat, 'Sujudlah kamu kepada Adam,' maka sujudlah
mereka kecuali iblis; dia enggan dan takabur, dan dia termasuk golongan
orang-orang yang kafir."
(Al-Baqarah: 30-34).
#
{30} هذا شروع في ابتداء خلق آدم عليه السلام
أبي البشر وفضلهِ، وأن الله تعالى حين أراد خلقه أخبر الملائكة بذلك، وأن
الله مستخلفه في الأرض،
فقالت الملائكة عليهم السلام:
أتجعل فيها من يفسد فيها بالمعاصي ويسفك الدماء، وهذا تخصيص بعد تعميم؛
لبيان شدة مفسدة القتل، وهذا بحسب ظنهم أن الخليفةَ المَجْعُول في الأرض
سيحْدُثُ منه ذلك، فنزهوا الباري عن ذلك وعظموه،
وأخبروا أنهم قائمون بعبادة الله على وجه خالٍ من المفسدة فقالوا:
{ونحن نسبح بحمدك}؛
أي:
ننزهك التنزيه اللائق بحمدك وجلالك
{ونقدس لك}؛ يحتمل أن معناها ونقدسك؛ فتكون
اللام مفيدة للتخصيص والإخلاص، ويحتمل أن يكون:
ونقدس لك أنفسنا؛ أي: نطهرها بالأخلاق الجميلة؛
كمحبة الله، وخشيته، وتعظيمه، ونطهرها من الأخلاق الرذيلة
{قال}؛
الله للملائكة:
{إني أعلم}؛ من هذا الخليفة
{ما لا تعلمون}؛ لأن كلامكم بحسب ما ظننتم،
وأنا عالم بالظواهر والسرائر، وأعلم أن الخير الحاصل بخلق هذا الخليفة
أضعاف أضعاف ما في ضمن ذلك من الشر، فلو لم يكن في ذلك، إلا أن الله تعالى
أراد أن يجتبي منهم الأنبياء والصديقين والشهداء والصالحين، ولتظهر آياته
للخلق ، ويحصل من العبوديات التي لم تكن تحصل بدون خلق هذا الخليفة كالجهاد
وغيره، وليظهر ما كمن في غرائز المكلفين من الخير والشر بالامتحان، وليتبين
عدوه من وليه وحزبه من حربه، وليظهر ما كَمُن في نفس إبليس من الشر الذي
انطوى عليه واتصف به، فهذه حكم عظيمة يكفي بعضها في ذلك.
(30) Ini adalah permulaan penciptaan Nabi Adam
عليه السلام, bapak moyang manusia dan keutamaan beliau, dan bahwasanya
Allah تعالى ketika ingin menciptakannya, Allah mengabarkan kepada para
malaikat tentang hal tersebut, dan bahwasanya Allah تعالى menjadikannya
sebagai khalifah di bumi, lalu para malaikat عليه السلامberkata, "Mengapa
Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu
orang yang akan membuat kerusakan padanya dengan kemak-siatan-kemaksiatan
dan menumpahkan darah?" Hal ini merupakan uraian secara khusus setelah
disebutkan secara umum demi men-jelaskan besarnya kerusakan akibat
pembunuhan itu. Dan hal itu adalah sebatas dugaan para malaikat,
bahwasanya khalifah yang akan diciptakan di bumi itu akan melakukan
hal-hal yang mereka sebutkan, lalu mereka menyucikan Sang Pencipta dari
hal itu semua dan mengagungkanNya, kemudian mereka mengungkapkan
bah-wasanya mereka dalam setiap kondisi selalu beribadah kepadaNya tanpa
berbuat kerusakan, maka mereka berkata, ﴾ وَنَحۡنُ نُسَبِّحُ بِحَمۡدِكَ
﴿ "Padahal kami senantiasa bertasbih dengan memujiMu," maksudnya, kami
menyucikanMu dengan segala kesucian yang sesuai dengan segala pujian dan
keagunganMu, ﴾
وَنُقَدِّسُ لَكَۖ
﴿ "dan menyucikanMu." Kemungkinan artinya adalah menyucikanMu, jadi
huruf lam me-ngandung maksud pengkhususan dan keikhlasan, atau mungkin
juga dapat berarti kami menyucikan diri kami karenaMu yaitu
membersihkannya dengan cara menghiasinya dengan akhlak-akhlak yang
mulia, seperti mencintai Allah, takut kepadaNya, dan mengagungkanNya,
dan membersihkannya dari akhlak-akhlak yang hina. Selanjutnya ﴾
قَالَ
﴿ "Dia berkata," yakni, Allah berkata kepada malaikat, ﴾
إِنِّيٓ أَعۡلَمُ
﴿ "Sesungguhnya Aku mengetahui," dari khalifah ini, ﴾
مَا لَا تَعۡلَمُونَ ﴿ "apa yang kamu tidak ketahui," karena perkataan kamu
adalah menurut apa yang kamu sangkakan, sedangkan Aku mengetahui yang
nampak maupun yang tersembunyi, dan Aku mengetahui bahwasanya kebaikan
yang diperoleh dari penciptaan khalifah ini adalah lebih besar berlipat
ganda sekalipun termasuk di dalamnya ada pula keburukan-keburukan. Dan
sekiranya saja dalam hal itu tidak ada kebaikan kecuali bahwa Allah hendak
memilih di antara mereka para Nabi, orang-orang shiddiq, para syuhada, dan
orang-orang yang shalih, juga agar ayat-ayat Allah nampak jelas bagi
makhluk, lalu penyembahan kepada Allah menjadi ada yang tidak mungkin ada
tanpa penciptaan khalifah tersebut seperti berjihad atau lain-lainnya, dan
agar nampak se-suatu yang dirahasiakan oleh insting orang-orang yang
mukallaf, berupa kebaikan maupun kejahatan dengan ujian, dan agar jelas
antara musuhNya dari waliNya dan golonganNya dari yang meme-rangiNya, dan
agar nampak pula apa yang tersirat oleh jiwa iblis dari kejahatan yang
terpatri padanya dan menjadi karakternya, niscaya itu semua sudah cukup
sebagai hikmah-hikmah yang agung yang tidak perlu mencari hikmah
selainnya.
Kemudian ketika perkataan para malaikat menunjukkan keutamaan mereka
atas khalifah yang akan diciptakan oleh Allah di muka bumi, maka Allah
hendak menjelaskan kepada mereka tentang keutamaan Nabi Adam عليه السلام
yang membuat mereka menge-tahui keutamaan Allah, kesempurnaan hikmah, dan
ilmuNya.
#
{31} فَعَلَّمَ
{آدم الأسماء كلَّها}؛
أي:
أسماء الأشياء ومن هو مسمى بها، فعلمه الاسم والمُسمَّى؛
أي:
الألفاظ والمعاني حتى المصغر من الأسماء والمكبر؛ كالقصعة والقُصيْعَة
{ثم عرضهم}؛ أي: عرض
المسمَّيَات {على الملائكة}؛ امتحاناً لهم هل
يعرفونها أم لا
{فقال أنبئوني بأسماء هؤلاء إن كنتم صادقين}؛
في قولكم وظنكم أنكم أفضل من هذا الخليفة.
(31) Lalu Dia mengajarkan ﴾ ءَادَمَ ٱلۡأَسۡمَآءَ
كُلَّهَا
﴿ "kepada Adam nama-nama
(benda-benda) seluruhnya," yakni nama-nama
sesuatu dan apa pun yang bernama dengan nama itu, maka Allah
mengajar-kan kepadanya nama dan yang dinamakan, yakni kata-kata dan
makna-maknanya hingga kata-kata yang dikecilkan dan yang dibe-sarkan,
seperti اَلْقَصْعَةُ yaitu mangkuk besar dan اَلْقُصَيْعَةُ yaitu
mangkok kecil. ﴾
ثُمَّ عَرَضَهُمۡ
﴿ "Kemudian mengemukakannya." Yakni Allah menge-mukakan hal-hal yang
bernama-nama tersebut, ﴾
عَلَى ٱلۡمَلَٰٓئِكَةِ
﴿ "kepada para malaikat" sebagai ujian bagi mereka, apakah mereka
mengeta-hui hal-hal yang bernama itu ataukah tidak, ﴾
فَقَالَ أَنۢبِـُٔونِي بِأَسۡمَآءِ هَٰٓؤُلَآءِ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ ﴿
"Lalu berfirman, "Sebutkanlah kepadaKu nama benda-benda itu jika kamu
memang benar orang-orang yang benar" dalam perkataan dan dugaan kalian
bahwasanya kalian lebih utama daripada kha-lifah tersebut.
#
{32}
{قالوا سبحانك}؛ أي ننزهك من الاعتراض منَّا
عليك، ومخالفة أمرك {لا علم لنا}؛ بوجه من
الوجوه، {إلا ما علمتنا}؛ إياه فضلاً منك
وجوداً {إنك أنت العليم الحكيم}؛ العليم الذي
أحاط علماً بكل شيء، فلا يغيب عنه ولا يعزب مثقال ذرة في السماوات والأرض
ولا أصغر من ذلك ولا أكبر، الحكيم:
من له الحكمة التامة التي لا يخرج عنها مخلوق ولا يشذ عنها مأمور، فما خلق
شيئاً إلا لحكمة، ولا أمر بشيء إلا لحكمة، والحكمة وضع الشيء في موضعه
اللائق به. فأقروا واعترفوا بعلم الله وحكمته وقصورهم عن معرفة أدنى شيء،
واعترافهم بفضل الله عليهم وتعليمه إياهم ما لا يعلمون.
(32) ﴾ قَالُواْ سُبۡحَٰنَكَ
﴿ "Mereka menjawab, 'Mahasuci Engkau'." Maksudnya, kami menyucikanMu
dari sanggahan kami terhadap-Mu dan penentangan kami atas perintahMu,
﴾
لَا عِلۡمَ لَنَآ
﴿ "tidak ada yang kami ketahui" dengan segala bentuknya, ﴾
إِلَّا مَا عَلَّمۡتَنَآۖ
﴿ "selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami" tentangnya
sebagai suatu anugerah dariMu dan kemuliaan, ﴾
إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡعَلِيمُ ٱلۡحَكِيمُ ﴿ "sesungguhnya Engkau-lah Yang Maha
Mengetahui lagi Mahabijaksana," Yang Maha Mengetahui adalah yang
mengetahui sesuatu dalam segala aspek-nya, tidak ada yang tertutup olehnya
dan tidak terlupakan seberat biji dzarrah pun di langit maupun di bumi dan
tidak yang kecil maupun yang besar, dan yang Mahabijaksana adalah Dzat
yang memiliki kebijaksanaan yang sempurna, yang tidak ada seorang makhluk
pun yang keluar darinya dan tidak seorang pun yang diperintahkan
menyimpang darinya, karena Dia tidaklah mencipta-kan sesuatu kecuali ada
hikmah di baliknya, dan tidak pula Dia memerintahkan kepada sesuatu
kecuali menyimpan hikmah padanya, dan hikmah itu sendiri adalah meletakkan
sesuatu pada tempatnya yang sesuai. Lalu mereka sadar dan mengakui ilmu
Allah dan hikmahNya, dan ketidakmampuan mereka dalam mengetahui sekecil
apa pun, serta pengakuan mereka terhadap keutamaan Allah atas mereka dan
pengajaranNya kepada mereka apa-apa yang tidak mereka ketahui.
#
{33} فحينئذ قال الله:
{يا آدم أنبئهم بأسمائهم}؛
أي:
أسماء المسميات التي عرضها الله على الملائكة؛ فعجزوا عنها
{فلما أنبأهم بأسمائهم}؛ تبين للملائكة فضل
آدم عليهم، وحكمة الباري وعلمه في استخلاف هذا الخليفة
{قال ألم أقل لكم إني أعلم غيب السموات والأرض}
وهو ما غاب عنا فلم نشاهده، فإذا كان عالماً بالغيب، فالشهادة من باب أولى
{وأعلم ما تبدون}؛
أي:
تظهرون {وما كنتم تكتمون}.
(33) Saat itulah Allah berfirman, ﴾ يَٰٓـَٔادَمُ
أَنۢبِئۡهُم بِأَسۡمَآئِهِمۡۖ
﴿ "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini," yakni
nama-nama benda yang dikemukakan oleh Allah kepada para malaikat yang
tidak mampu mereka ketahui, ﴾
فَلَمَّآ أَنۢبَأَهُم بِأَسۡمَآئِهِمۡ
﴿ "maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu,"
jelaslah bagi mereka keutamaan Adam عليه السلام atas mereka, dan hikmah
Allah Yang Maha Pencipta dan ilmuNya dalam menetapkannya sebagai
khalifah, ﴾
قَالَ أَلَمۡ أَقُل لَّكُمۡ إِنِّيٓ أَعۡلَمُ غَيۡبَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ
وَٱلۡأَرۡضِ
﴿ "Allah berfirman, 'Bukan-kah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa
sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi," yakni apa yang
tersembunyi darinya dan tidak kita lihat, sehingga apabila Dia
mengetahui yang ghaib, maka alam nyata tentu lebih utama, ﴾
وَأَعۡلَمُ مَا تُبۡدُونَ
﴿ "dan Aku juga menge-tahui apa yang kamu lahirkan," maksudnya, apa
yang kamu nampak-kan, ﴾
وَمَا كُنتُمۡ تَكۡتُمُونَ ﴿ "dan apa yang kamu sembunyikan."
#
{34} ثم أمرهم تعالى بالسجود لآدم إكراماً له
وتعظيماً وعبودية لله تعالى؛ فامتثلوا أمر الله، وبادروا كلهم بالسجود،
{إلا إبليس أبى} امتنع عن السجود، واستكبر عن
أمر الله، وعلى آدم قال:
{أأسجد لمن خلقت طيناً} وهذا الإباء منه،
والاستكبار نتيجة الكفر الذي هو منطوٍ عليه، فتبينت حينئذ عداوته لله ولآدم
وكفره واستكباره. وفي هذه الآيات من العِبَر والآيات إثبات الكلام لله
تعالى، وأنه لم يزل متكلماً يقول ما شاء، ويتكلم بما شاء وأنه عليم حكيم،
وفيه أن العبد إذا خفيت عليه حكمة الله في بعض المخلوقات، والمأمورات؛
فالواجب عليه التسليم واتهامُ عقله والإقرار لله بالحكمة؛ وفيه اعتناء الله
بشأن الملائكة وإحسانه بهم بتعليمهم ما جهلوا، وتنبيههم على ما لم
يعلموه. وفيه فضيلة العلم من وجوه: منها: أن الله
تعرف لملائكته بعلمه وحكمته. ومنها: أن الله عرفهم
فضل آدم بالعلم، وأنه أفضل صفة تكون في العبد.
ومنها:
أن الله أمرهم بالسجود لآدم إكراماً له لمَّا بانَ فضل علمه.
ومنها:
أن الامتحان للغير إذا عجزوا عما امتحنوا به ثم عرفه صاحب الفضيلة فهو أكمل
مما عرفه ابتداء. ومنها:
الاعتبار بحال أبوي الإنس والجن وبيان فضل آدم وأفضال الله عليه وعداوة
إبليس له، إلى غير ذلك من العبر.
(34) Kemudian Allah تعالى memerintahkan kepada
mereka untuk bersujud kepada Adam عليه السلام sebagai suatu penghormatan
terhadapnya, dan sebagai pengagungan dan penghambaan kepada Allah تعالى.
Maka mereka semua menaati perintah Allah tersebut dan mereka semuanya
segera bersujud, ﴾ إِلَّآ إِبۡلِيسَ أَبَىٰ
﴿ "kecuali iblis; dia enggan" dia tidak mau bersujud dan dia takabur
terhadap perintah Allah dan terhadap Adam عليه السلام seraya berkata,
﴾
ءَأَسۡجُدُ لِمَنۡ خَلَقۡتَ طِينٗا 61 ﴿ "Apakah aku akan sujud kepada orang
yang Engkau ciptakan dari tanah?"
(Al-Isra`: 61). Keengganan
ini berasal darinya, dan kesombongan yang dihasilkan dari kekufuran yang
merupakan perkara cakupannya, sehingga akhirnya jelaslah saat itu
permusuhan iblis terhadap Allah dan Nabi Adam serta kekufuran dan
kesombongannya. Dalam ayat ini terkandung banyak sekali pelajaran yang
dapat diambil dan tanda-tanda Kekuasaan Allah,
di antaranya:
Penetapan sifat berfirman
(berbicara) bagi Allah تعالى serta bahwasanya
Allah senantiasa berfirman sekehendakNya dan bahwasanya Allah se-nantiasa
bersifat berfirman dengan apa yang dikehendakiNya dan berbicara dengan apa
yang Dia kehendaki, dan bahwasanya Dia Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.
Dalam ayat ini juga terkandung dalil bahwasanya seorang hamba bila tidak
mengetahui tentang hikmah Allah yang terkan-dung di balik beberapa
makhluk, dan perintah-perintah, maka wajiblah atasnya menerimanya saja dan
menuduh akalnya yang lemah serta menetapkan bahwasanya Allah memiliki
hikmah di balik itu semua. Dalam ayat ini juga ada dalil tentang perhatian
Allah terhadap urusan para malaikat dan kebaikan Allah kepada mereka
dengan mengajarkan kepada mereka apa yang mereka tidak tahu, serta
peringatanNya kepada mereka akan hal-hal yang tidak mereka ketahui.
Dalam ayat ini terkandung pernyataan akan keutamaan ilmu dari beberapa
segi:
F Bahwasanya Allah mengenalkan kepada para malaikatNya tentang ilmu dan
hikmahNya. F Bahwasanya Allah mengemukakan kepada mereka akan keuta-maan
Nabi Adam karena ilmu, dan bahwasanya ilmu itu adalah perkara yang paling
baik bagi seorang hamba. F Bahwasanya Allah memerintahkan kepada para
malaikat untuk bersujud kepada Adam sebagai penghormatan terhadapnya
ketika jelas keutamaan ilmunya. F Bahwasanya ujian bagi orang lain, bila
mereka tidak mampu melakukan ujian itu kemudian Allah تعالى memberitahukan
jawabannya, maka hal tersebut adalah lebih utama daripada mengetahui ujian
itu sejak semula. F Mengambil pelajaran dari kondisi kedua bapak moyang
ma-nusia dan jin, dan penjelasan akan keutamaan Adam serta karunia-karunia
Allah terhadapnya serta permusuhan iblis kepadanya, dan
pelajaran-pelajaran lainnya.
{وَقُلْنَا يَاآدَمُ اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلَا
مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَا وَلَا تَقْرَبَا هَذِهِ الشَّجَرَةَ
فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ
(35) فَأَزَلَّهُمَا الشَّيْطَانُ عَنْهَا
فَأَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِ وَقُلْنَا اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ
لِبَعْضٍ عَدُوٌّ وَلَكُمْ فِي الْأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَى
حِينٍ (36)}
.
"Dan Kami berfirman, 'Hai Adam, diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini,
dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang
kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu
termasuk orang-orang yang zhalim.' Lalu keduanya digelincirkan oleh setan
dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula, dan Kami berfir-man,
'Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu
ada tempat kediaman di bumi, dan kesenang-an hidup sampai waktu yang
ditentukan'."
(Al-Baqarah: 35-36).
#
{35} لما خلق الله آدم وفضَّله، أتمَّ نعمته
عليه بأن خلق منه زوجة؛ ليسكن إليها ويستأنس بها، وأمرهما بسكنى الجنة
والأكل منها رغداً؛ أي: واسعاً هنيئاً
{حيث شئتما}؛ أي: من
أصناف الثمار والفواكه، وقال الله له:
{إن لك أن لا تجوع فيها ولا تعرى، وأنك لا تظمأ فيها ولا تضحى}، {ولا تقربا هذه الشجرة}؛ نوع من أنواع شجر
الجنة الله أعلم بها، وإنما نهاهما عنها امتحاناً وابتلاء أو لحكمة غير
معلومة لنا، {فتكونا من الظالمين}؛ دل على أن
النهي للتحريم؛ لأنه رتب الظلم عليه ؛ فلم يزل عدوهما يوسوس لهما ويزين
لهما تناول ما نُهيا عنه حتى أزلهما أي حملهما على الزلل بتزيينه
{وقاسمهما}؛ بالله
{إني لكما لمن الناصحين}.
(35) Setelah Allah menciptakan Adam lalu
memuliakan-nya, Dia menyempurnakan nikmat baginya dengan menjadikan
seorang istri, agar dia merasa tenang dan terhibur dengannya, dan Allah
memerintahkan kepada keduanya untuk menetap di surga dan memakan makanan
yang berlimpah di sana, yaitu dengan puas lagi nikmat, ﴾ حَيۡثُ شِئۡتُمَا
﴿ "di mana saja kamu sukai," yakni dari berbagai buah-buahan. Dan Allah
berfirman, ﴾
إِنَّ لَكَ أَلَّا تَجُوعَ فِيهَا وَلَا تَعۡرَىٰ 118 وَأَنَّكَ لَا
تَظۡمَؤُاْ فِيهَا وَلَا تَضۡحَىٰ 119
﴿ "Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan
telanjang. Dan sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak
(pula) akan ditimpa panas matahari di dalamnya."
(Thaha: 118-119). ﴾
وَلَا تَقۡرَبَا هَٰذِهِ ٱلشَّجَرَةَ
﴿ "Dan janganlah kamu dekati pohon ini," yaitu sebuah pohon dari
pohon-pohon surga yang mana hanya Allah saja yang mengetahuinya. Allah
melarang mereka berdua men-dekatinya adalah sebagai suatu ujian dan
cobaan atau untuk suatu hikmah yang tersembunyi yang tidak kita ketahui,
﴾
فَتَكُونَا مِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ
﴿ "yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zhalim." Ini
menunjukkan bahwasanya larangan itu adalah dengan maksud pengharaman,
karena Allah menetapkan kezhaliman atasnya
(bila dilanggar), dan musuh mereka senantiasa
menggoda dan mem-bujuk mereka berdua agar memakan pohon yang dilarang
untuk mereka hingga dia dapat menggelincirkan keduanya atau men-jatuhkan
keduanya dalam suatu kesalahan dengan membuatnya indah.
(Dalam ayat lain), ﴾
وَقَاسَمَهُمَآ
﴿ "Dan setan bersumpah kepada keduanya," dengan Nama Allah, ﴾
إِنِّي لَكُمَا لَمِنَ ٱلنَّٰصِحِينَ 21 ﴿ "sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang memberi nasihat kepada kamu berdua."
(Al-A'raf: 21).
#
{36} فاغترا به وأطاعاه؛ فأخرجهما مما كانا
فيه من النعيم، والرغد، وأُهْبِطوا إلى دار التعب والنصب والمجاهدة
{بعضكم لبعض عدو}؛
أي:
آدم وذريته أعداء لإبليس وذريته. ومن المعلوم أن العدو يَجِدُّ ويجتهد في
ضرر عدوه وإيصال الشر إليه بكل طريق وحرمانه الخير بكل طريق،
ففي ضمن هذا تحذير بني آدم من الشيطان كما قال تعالى:
{إنّ الشيطان لكم عدو فاتخذوه عدواً إنما يدعو حزبه ليكونوا من أصحاب
السعير}
{أفتتخذونه وذريته أولياء من دوني وهم لكم عدو بئس للظالمين
بدلاً}
ثم ذكر منتهى الإهباط فقال:
{ولكم في الأرض مستقر}؛
أي:
مسكن وقرار {ومتاعٌ إلى حين}؛ انقضاء آجالكم
ثم تنتقلون منها للدار التي خُلقتم لها وخلقت لكم، ففيها أن مدة هذه الحياة
مؤقتة عارضة ليست مسكناً حقيقياً، وإنما هي معبر يُتزوَّد منها لتلك الدار،
ولا تُعمَّر للاستقرار.
(36) Akhirnya mereka berdua terpedaya dan menaati
setan, maka Allah mengeluarkan mereka berdua dari kondisi semula yang
penuh kenikmatan dan makanan yang banyak, dan mereka berdua diturunkan ke
negeri yang penuh kelelahan, kerja keras, dan perjuangan; ﴾ بَعۡضُكُمۡ
لِبَعۡضٍ عَدُوّٞۖ
﴿ "sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain," maksudnya Adam dan
keturunannya sebagai musuh bagi iblis dan keturunannya. Telah diketahui
bahwasanya seorang musuh selalu berusaha dan berjuang untuk membahayakan
musuhnya dan menjahatinya dengan segala cara, serta menghalanginya dari
kebaikan dengan segala cara pula, termasuk dalam kandungan hal ini
adalah peri-ngatan kepada anak cucu Adam dari godaan setan, sebagaimana
Firman Allah, ﴾
إِنَّ ٱلشَّيۡطَٰنَ لَكُمۡ عَدُوّٞ فَٱتَّخِذُوهُ عَدُوًّاۚ إِنَّمَا
يَدۡعُواْ حِزۡبَهُۥ لِيَكُونُواْ مِنۡ أَصۡحَٰبِ ٱلسَّعِيرِ 6
﴿ "Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah dia
musuh(mu), karena sesungguhnya setan-setan itu
hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang
menyala-nyala." (Fathir: 6).
(Juga Firman Allah تعالى), ﴾
أَفَتَتَّخِذُونَهُۥ وَذُرِّيَّتَهُۥٓ أَوۡلِيَآءَ مِن دُونِي وَهُمۡ لَكُمۡ
عَدُوُّۢۚ بِئۡسَ لِلظَّٰلِمِينَ بَدَلٗا 50
﴿ "Patutkah kamu mengambilnya dan keturunannya sebagai pemim-pin selain
Aku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai
pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang
zhalim." (Al-Kahfi: 50).
Kemudian Allah menyebutkan puncak maksud dari "me-nurunkan" seraya
berfirman, ﴾
وَلَكُمۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ مُسۡتَقَرّٞ
﴿ "Dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi," maksudnya tempat tinggal
dan tempat menetap, ﴾
وَمَتَٰعٌ إِلَىٰ حِينٖ ﴿ "dan kesenangan hidup sampai waktu yang
diten-tukan," maksudnya waktu habisnya ajal kalian kemudian kalian pindah
darinya menuju kepada negeri yang kalian diciptakan untuknya dan dia
diciptakan untuk kalian. Di dalam ayat tersebut terkandung dalil yang
menunjukkan bahwa kehidupan ini hanya sementara, yang berlalu, yang bukan
tempat tinggal yang sebenar-nya, namun hanya sebagai tempat lewat agar
mengambil bekal padanya untuk negeri tujuan tersebut, dan tidak dihuni
untuk menetap.
[{فَتَلَقَّى آدَمُ مِنْ رَبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ إِنَّهُ
هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ (37)}].
"Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhan-nya, maka Allah
menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha
Penyayang."
(Al-Baqarah: 37).
#
{37}
{فتلقّى آدم}؛ أي:
تلقف وتلقن وألهمه الله
{من ربه كلمات}؛
وهي قوله:
{ربنا ظلمنا أنفسنا ... }؛ الآية؛ فاعترف
بذنبه، وسأل الله مغفرته {فتاب}؛ الله،
{عليه}؛ ورحمه
{إنه هو التواب}؛ لمن تاب إليه وأناب.
وتوبته نوعان:
توفيقه أولاً. ثم قبوله للتوبة إذا اجتمعت شروطها ثانياً.
{الرحيم}؛ بعباده، ومن رحمته بهم أن وفقهم
للتوبة وعفا عنهم وصفح.
(37) ﴾ فَتَلَقَّىٰٓ ءَادَمُ
﴿ "Kemudian Adam menerima," maksudnya, mengambil dan menerima serta
Allah mengilhamkan kepadanya, ﴾
مِن رَّبِّهِۦ كَلِمَٰتٖ
﴿ "beberapa kalimat dari Tuhannya," yaitu FirmanNya, ﴾
رَبَّنَا ظَلَمۡنَآ أَنفُسَنَا وَإِن لَّمۡ تَغۡفِرۡ لَنَا وَتَرۡحَمۡنَا
لَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلۡخَٰسِرِينَ 23
﴿ "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika
Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, nis-caya
pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi."
(Al-A'raf: 23). Nabi
Adam عليه السلام mengakui kesalahannya, lalu memohon ampunan kepada
Allah, ﴾
فَتَابَ عَلَيۡهِۚ
﴿ "maka Allah menerima taubatnya" dan merahmatinya, ﴾
إِنَّهُۥ هُوَ ٱلتَّوَّابُ
﴿ "sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat" bagi orang yang bertaubat
dan kembali kepadaNya. Penerimaan taubat oleh Allah ada dua macam, yaitu
pertama, taufik kepadanya, kedua, penerimaanNya terhadap taubat
hamba-Nya apabila syarat-syarat taubatnya telah sempurna. ﴾
ٱلرَّحِيمُ ﴿ "Lagi Maha Penyayang" kepada hamba-hambaNya, dan di antara
kasih sayangNya kepada mereka adalah taufikNya bagi mereka untuk bertaubat
dan maaf serta ampunan Allah bagi mereka.
{قُلْنَا اهْبِطُوا مِنْهَا جَمِيعًا فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي
هُدًى فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ
يَحْزَنُونَ (38) وَالَّذِينَ كَفَرُوا
وَكَذَّبُوا بِآيَاتِنَا أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا
خَالِدُونَ (39)}
.
"Kami berfirman, 'Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika
datang petunjukKu kepadamu, maka barangsiapa yang mengikuti petunjukKu,
niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak
(pula) mereka bersedih hati.' Adapun orang-orang
yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka;
mereka kekal di dalamnya."
(Al-Baqarah: 38-39).
#
{38} كرر الإهباط؛ ليرتب عليه ما ذكر،
وهو قوله:
{فإما يأتينكم مني هدى}؛
أي:
أيُّ وقت وزمان جاءكم مني يا معشرَ الثقلين هدى؛
أي:
رسول وكتاب يهديكم لما يقربكم مني، ويدنيكم من رضائي فمن تبع هداي منكم،
بأن آمن برسلي، وكتبي واهتدى بهم، وذلك بتصديق جميع أخبار الرسل والكتب
والامتثال للأمر والاجتناب للنهي،
{فلا خوف عليهم ولا هم يحزنون}؛ وفي الآية
الأخرى،
{فمن اتبع هداي فلا يضل ولا يشقى}.
فرتب على اتباع هداه أربعة أشياء:
نفي الخوف والحزن والفرق بينهما: أن المكروه إن كان قد مضى أحدث الحزن وإن
كان منتظراً أحدث الخوف، فنفاهما عمن اتبع الهدى وإذا انتفيا حصل ضدهما وهو
الأمن التام.
(38) Allah mengulangi kata menurunkan agar
tersambung jelas dengan apa yang disebutkan berikutnya yaitu FirmanNya, ﴾
فَإِمَّا يَأۡتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدٗى
﴿ "Kemudian jika datang petunjukKu kepadamu," yakni di waktu dan zaman
apa pun petunjukKu datang kepadamu wahai sekalian makhluk, berupa
seorang Rasul dan sebuah kitab suci yang menunjukkan kalian kepada
perkara yang mendekatkan kalian kepadaKu dan kepada ridhaKu; maka
barangsiapa di antara kalian yang mengikuti petunjukKu, yaitu dengan
beriman kepada RasulKu dan kitabKu lalu mengambil petunjuk dari mereka,
dan hal tersebut direalisasikan dengan membenarkan segala kabar-kabar
para Rasul dan kitab-kitab, dan menunaikan perintah-perin-tah dan
menjauhi larangan-larangan (di dalamnya),﴾
فَلَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ
﴿ "niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak pula mereka
bersedih hati." Dan dalam ayat yang lain, ﴾
فَمَنِ ٱتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشۡقَىٰ 123 ﴿ "Maka
barangsiapa yang mengikuti petunjukKu, maka ia tidak akan sesat dan tidak
akan celaka."
(Thaha: 123). Allah mengimplikasikan
bagi orang yang mengikuti petun-
jukNya empat perkara:
Menghilangkan "kekhawatiran" dan "kesedihan," dan perbe-daan antara
keduanya adalah bahwasanya suatu hal yang dibenci apabila telah berlalu,
mengakibatkan kesedihan namun apabila hal itu adalah sesuatu yang
ditunggu, maka mengakibatkan kekha-watiran, oleh karena itu Allah
menghilangkan kedua hal itu dari orang yang mengikuti petunjuk, lalu
apabila kedua hal tersebut telah hilang, niscaya terjadilah yang kebalikan
dari keduanya yaitu rasa aman yang sempurna.
#
{39} وكذلك: نفي الضلال والشقاء عمن اتبع
هداه، وإذا انتفيا ثبت ضدهما، وهو الهدى والسعادة، فمن اتبع هداه حصل له
الأمن والسعادة الدنيوية والأخروية والهدى وانتفى عنه كل مكروه من الخوف
والحزن والضلال والشقاء؛ فحصل له المرغوب واندفع عنه المرهوب، وهذا عكس من
لم يتبع هداه فكفر به وكذب بآياته؛ فأولئك أصحاب النار،
أي:
الملازمون لها ملازمة الصاحب لصاحبه، والغريم لغريمه
{هم فيها خالدون} لا يخرجون منها ولا يفتر
عنهم العذاب ولا هم ينصرون. وفي هذه الآيات، وما أشبهها انقسام الخلق من
الجن والإنس إلى أهل السعادة، وأهل الشقاوة، وفيها صفات الفريقين والأعمال
الموجبة لذلك، وأن الجن كالإنس في الثواب والعقاب، كما أنهم مثلهم في الأمر
والنهي.
(39) Demikian juga menghilangkan "kesesatan" dan
"ke-sengsaraan" dari orang yang mengikuti petunjukNya. Dan apabila kedua
hal itu juga telah hilang, niscaya tetaplah hal yang menjadi kebalikan
keduanya yaitu hidayah dan kebahagiaan. Barangsiapa yang mengikuti
petunjukNya, niscaya dia akan memperoleh rasa aman dan kebahagiaan dunia
maupun akhirat dan juga hidayah, dan hilanglah darinya segala hal yang
dibenci berupa kekhawatiran, kesedihan, dan kesesatan, serta kesengsaraan,
dan dia memperoleh hal yang diharap-harapkan dan lenyaplah hal yang
ditakuti. Hal ini akan terbalik bagi orang yang tidak mengikuti
petunjukNya lalu ia kufur kepadaNya dan mendustakan ayat-ayatNya; mereka
itulah penghuni neraka, maksudnya, orang-orang yang senantiasa di neraka
sebagaimana kebersamaan seorang teman dengan te-mannya atau seorang yang
berhutang terhadap pemberi hutang. ﴾ هُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ ﴿ "Mereka
kekal di dalamnya," mereka tidak akan keluar darinya, dan azab tidak akan
berhenti menyiksa mereka, dan me-reka sama sekali tidak akan ditolong.
Dalam ayat ini dan ayat-ayat yang semisalnya terkandung dalil tentang
pengelompokan makhluk dari jin dan manusia ke-pada kelompok bahagia dan
kelompok sengsara. Juga terkandung penjelasan tentang sifat-sifat kedua
kelompok tersebut serta per-buatan-perbuatan yang mengakibatkan kepada
kedua kelompok tersebut, dan bahwasanya jin itu seperti manusia dalam hal
pahala dan hukuman sebagaimana mereka juga sama dengan manusia da-lam hal
(kewajiban menjalankan) perintah dan
(menjauhi) larangan.
Kemudian Allah تعالى mulai mengingatkan Bani Israil akan nikmat-nikmatNya
terhadap mereka dan anugerah-anugerahNya atas mereka seraya berfirman,
{يَابَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُوا نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ
عَلَيْكُمْ وَأَوْفُوا بِعَهْدِي أُوفِ بِعَهْدِكُمْ وَإِيَّايَ
فَارْهَبُونِ (40) وَآمِنُوا بِمَا أَنْزَلْتُ
مُصَدِّقًا لِمَا مَعَكُمْ وَلَا تَكُونُوا أَوَّلَ كَافِرٍ بِهِ وَلَا
تَشْتَرُوا بِآيَاتِي ثَمَنًا قَلِيلًا وَإِيَّايَ فَاتَّقُونِ
(41) وَلَا تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ
وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
(42) وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ
وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ (43)}
.
"Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmatKu yang telah Aku anugerahkan
kepadamu, dan penuhilah janjimu kepadaKu, niscaya Aku penuhi janjiKu
kepadamu; dan hanya kepadaKu-lah kamu harus takut
(tunduk). Dan berimanlah kamu kepada
(al-Qur`an) yang telah Aku turunkan, yang
membenarkan
(Taurat) yang ada padamu, dan
janganlah kamu menjadi orang yang pertama kafir kepadanya, dan janganlah
kamu menukarkan ayat-ayatKu dengan harga yang rendah, dan hanya
kepadaKu-lah kamu harus bertak-wa. Dan janganlah kamu campur adukkan yang
haq dengan yang batil dan janganlah kamu sembunyikan yang haq itu, sedang
kamu mengetahui. Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukuk-lah
beserta orang-orang yang rukuk."
(Al-Baqarah: 40-43).
#
{40}
{يا بني إسرائيل}؛
المراد بإسرائيل:
يعقوب عليه السلام، والخطاب مع فِرَق بني إسرائيل، الذين بالمدينة وما
حولها ويدخل فيهم من أتى بعدهم،
فأمرهم بأمر عام فقال:
{اذكروا نعمتي التي أنعمت عليكم}؛ وهو يشمل
سائر النعم التي سيذكر في هذه السورة بعضها، والمراد بذكرها بالقلب
اعترافاً، وباللسان ثناءً، وبالجوارح باستعمالها فيما يحبه ويرضيه
{وأوفوا بعهدي}؛ وهو ما عهده إليهم من
الإيمان به، وبرسله، وإقامة شرعه
{أوف بعهدكم}؛ وهو المجازاة على ذلك،
والمراد بذلك ما ذكره الله في قوله:
{ولقد أخذ الله ميثاق بني إسرائيل وبعثنا منهم اثني عشر نقيباً وقال
الله إني معكم لئن أقمتم الصلاة وآتيتم الزكاة وآمنتم برسلي}؛ إلى قوله:
{فقد ضل سواء السبيل}؛ ثم أمرهم بالسبب
الحامل لهم على الوفاء بعهده، وهو الرهبة منه تعالى، وخشيته وحده، فإن من
خشيه أوجبت له خشيته امتثال أمره، واجتناب نهيه،
ثم أمرهم بالأمر الخاص الذي لا يتم إيمانهم ولا يصح إلا به فقال:
(40) ﴾ يَٰبَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ
﴿ "Hai Bani Israil." Yang dimaksud dengan Israil adalah Nabi Ya'qub
عليه السلام, titah (khitbah) ini ditujukan
kepada kelompok-kelompok dari Bani Israil, yang berada di Madinah dan
sekitarnya, termasuk di dalamnya orang-orang yang datang sete-lahnya.
Allah memerintahkan kepada mereka dengan suatu perin-tah yang bersifat
umum seraya berfirman, ﴾
ٱذۡكُرُواْ نِعۡمَتِيَ ٱلَّتِيٓ أَنۡعَمۡتُ عَلَيۡكُمۡ
﴿ "Ingatlah akan nikmatKu yang telah Aku anugerahkan kepadamu," yang
termasuk di dalamnya seluruh nikmat-nikmat yang akan disebut-kan dalam
surat ini sebagiannya, dan yang dimaksudkan dengan mengingatnya dengan
hati adalah adanya pengakuan, dan dengan lisan adanya pujian, dan dengan
anggota tubuh adalah dengan menggunakannya kepada hal-hal yang disukai
oleh Allah dan di-ridhaiNya, ﴾
وَأَوۡفُواْ بِعَهۡدِيٓ
﴿ "dan penuhilah janjimu kepadaKu," maksudnya, apa-apa yang
diamanatkanNya kepada mereka, berupa amanat iman kepadaNya, kepada
Rasul-rasulNya dan menegakkan sya-riatNya, ﴾
أُوفِ بِعَهۡدِكُمۡ
﴿ "niscaya Aku penuhi janjiKu kepadamu," mak-sudnya Allah memberikan
ganjaran akan hal tersebut, dan yang dimaksud dengan hal itu adalah apa
yang disebutkan oleh Allah dalam FirmanNya, ﴾
وَلَقَدۡ أَخَذَ ٱللَّهُ مِيثَٰقَ بَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ وَبَعَثۡنَا مِنۡهُمُ
ٱثۡنَيۡ عَشَرَ نَقِيبٗاۖ وَقَالَ ٱللَّهُ إِنِّي مَعَكُمۡۖ لَئِنۡ
أَقَمۡتُمُ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَيۡتُمُ ٱلزَّكَوٰةَ وَءَامَنتُم بِرُسُلِي
وَعَزَّرۡتُمُوهُمۡ وَأَقۡرَضۡتُمُ ٱللَّهَ قَرۡضًا حَسَنٗا لَّأُكَفِّرَنَّ
عَنكُمۡ سَيِّـَٔاتِكُمۡ وَلَأُدۡخِلَنَّكُمۡ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا
ٱلۡأَنۡهَٰرُۚ فَمَن كَفَرَ بَعۡدَ ذَٰلِكَ مِنكُمۡ فَقَدۡ ضَلَّ سَوَآءَ
ٱلسَّبِيلِ 12 ﴿ "Dan sungguh Allah telah mengambil perjanjian
(dari) Bani Israil dan telah Kami angkat di antara
mereka dua belas orang pemimpin, dan Allah berfirman, 'Sesungguhnya Aku
beserta kamu, sesungguhnya jika kamu mendirikan Shalat dan menunaikan
Zakat serta beriman kepada rasul-rasulKu, dan kamu bantu mereka dan kamu
pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, sesungguhnya Aku akan menghapus
dosa-dosamu. Dan sesungguhnya kamu akan Kumasukkan ke dalam surga yang
me-ngalir di dalamnya sungai-sungai. Maka barangsiapa yang kafir di antara
kamu sesudah itu, sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus'."
(Al-Ma`idah: 12). Kemudian
Allah memerintahkan mereka untuk melakukan sebab yang dapat mendorong
mereka untuk menunaikan janjinya yaitu rahbah
(takut akan pembalasan) dariNya dan khasyyah
(takut disebabkan ma'rifat tentang keagungan)Nya
تعالى semata, karena sesungguhnya orang yang khasyyah kepadaNya pastilah
khasyyah itu akan mendorongnya untuk menaati perintahNya dan menjauhi
laranganNya. Kemudian Allah memerintahkan kepada mereka dengan suatu
perintah yang bersifat khusus yang mana keimanan mereka tidak akan
sempurna dan tidak akan benar kecuali dengan-nya seraya berfirman,
#
{41}
{وآمنوا بما أنزلت}؛
وهو:
القرآن الذي أنزله على عبده ورسوله محمد - صلى الله عليه وسلم -، فأمرهم
بالإيمان به واتباعه، ويستلزم ذلك، الإيمان بمن أنزل عليه، وذكر الداعي
لإيمانهم، فقال:
{مصدقاً لما معكم}؛
أي:
موافقاً له لا مخالفاً ولا مناقضاً، فإذا كان موافقاً لما معكم من الكتب
غير مخالف لها فلا مانع لكم من الإيمان به؛ لأنه جاء بما جاءت به المرسلون،
فأنتم أولى من آمن به وصدق به؛ لكونكم أهل الكتب والعلم.
وأيضاً فإن في قوله:
{مصدقاً لما معكم}؛ إشارة إلى أنكم إن لم
تؤمنوا به عاد ذلك عليكم بتكذيب ما معكم؛ لأن ما جاء به هو الذي جاء به
موسى وعيسى وغيرهما من الأنبياء، فتكذيبكم له تكذيب لما معكم. وأيضاً فإن
في الكتب التي بأيديكم صفة هذا النبي الذي جاء بهذا القرآن، والبشارة به،
فإن لم تؤمنوا به؛ كذبتم ببعض ما أنزل إليكم، ومن كذب ببعض ما أنزل إليه؛
فقد كذب بجميعه، كما أن من كفر برسولٍ؛ فقد كذب الرسل جميعهم، فلما أمرهم
بالإيمان به نهاهم،
وحذرهم عن ضده وهو الكفر به فقال:
{ولا تكونوا أول كافر به}؛
أي:
بالرسول والقرآن، وفي قوله:
{أول كافر به}؛ أبلغ من قوله ولا تكفروا به؛
لأنهم إذا كانوا أول كافر به كان فيه مبادرتهم إلى الكفر
[به] عكس ما ينبغي منهم، وصار عليهم إثمهم وإثم من
اقتدى بهم من بعدهم.
ثم ذكر المانع لهم من الإيمان وهو اختيار العرض الأدنى على السعادة
الأبدية فقال:
{ولا تشتروا بآياتي ثمناً قليلاً}؛ وهو ما
يحصل لهم من المناصب والمآكل التي يتوهمون انقطاعها إن آمنوا بالله ورسوله،
فاشتروها بآيات الله واستحبوها وآثروها
{وإياي}؛ أي: لا
غيري، {فاتقون}؛ فإنكم إذا اتقيتم الله وحده
أوجبت لكم تقواه تقديم الإيمان بآياته على الثمن القليل، كما أنكم إذا
اخترتم الثمن القليل؛ فهو دليل على ترحل التقوى من قلوبكم،
ثم قال:
(41) ﴾ وَءَامِنُواْ بِمَآ أَنزَلۡتُ
﴿ "Dan berimanlah kamu kepada apa yang telah Aku turunkan," maksudnya
al-Qur`an, yang Allah turunkan kepada hamba dan RasulNya, Muhammad ﷺ.
Allah memerintah-kan mereka untuk beriman kepadanya dan mengikutinya,
hal ini mengharuskan keimanan kepada seseorang yang kitab tersebut
diturunkan kepadanya, dan Allah menyebutkan pendorong dalam keimanan
mereka, seraya berfirman, ﴾
مُصَدِّقٗا لِّمَا مَعَكُمۡ
﴿ "Yang membe-narkan apa yang ada padamu
(Taurat)," maksudnya, kitab yang sesuai dengan
kitab yang berada di sisi kalian, tidak berbeda dan tidak pula
bertentangan, lalu apabila ia sesuai dengan apa yang ada pada kalian
yang tidak berbeda dengannya, maka tidaklah ada peng-halang bagi kalian
untuk beriman kepadanya, karena ia membawa ajaran yang dibawa oleh para
rasul, dan kalian lebih patut beriman kepadanya dan mempercayainya,
karena kalian adalah ahli kitab dan ahli ilmu. Kemudian dalam Firman
Allah تعالى, ﴾
مُصَدِّقٗا لِّمَا مَعَكُمۡ
﴿ "Yang mem-benarkan (Taurat) yang ada padamu,"
terkandung isyarat bahwa bila kalian tidak beriman kepadanya, maka itu
akan kembali kepada kalian sendiri dengan pendustaan kalian terhadap apa
yang ada pada kalian, karena ajaran yang dibawa kitab tersebut adalah
sama dengan ajaran yang dibawa oleh Nabi Musa عليه السلام, Nabi Isa عليه
السلام dan lain-lainnya dari para Nabi. Maka pendustaan kalian
terhadapnya adalah pendustaan kalian terhadap apa yang ada pada kalian.
Yang demikian itu ditambah lagi dengan kenyataan bahwa dalam kitab yang
ada pada kalian ada berita tentang Nabi yang membawa al-Qur`an tersebut,
dan telah disampaikan sebagai kabar gembira
(kepada kalian), dan apabila kalian tidak
beriman kepa-danya niscaya kalian telah mendustai sebagian yang telah
turun kepada kalian, padahal orang yang mendustai sebagian yang
ditu-runkan kepadanya, maka dia telah mendustai seluruhnya, sebagai-mana
orang yang mendustai seorang Rasul, maka dia telah men-dustai para Rasul
seluruhnya. Dan ketika Allah memerintahkan kepada mereka untuk beriman
kepadanya, Allah melarang dan mengingatkan mereka dari kebalikannya
yaitu kafir terhadapnya, Allah berfirman, ﴾
وَلَا تَكُونُوٓاْ أَوَّلَ كَافِرِۭ بِهِۦۖ
﴿ "Dan janganlah kamu menjadi orang yang pertama kafir kepadanya,"
maksudnya kafir kepada Rasul dan al-Qur`an. Dalam FirmanNya, ﴾
أَوَّلَ كَافِرِۭ بِهِۦۖ
﴿ "Orang yang pertama kafir kepadanya" adalah statemen yang lebih kuat
daripada kalau mengatakan, "dan janganlah kalian kafir kepadanya."
Karena apa-bila mereka yang pertama kafir kepadanya, maka itu
menunjukkan bahwa mereka bersegera kepada kekafiran, suatu tindakan
terbalik dari yang seharusnya mereka lakukan, sehingga dosa-dosa mereka
dan dosa orang-orang setelahnya yang mengikuti mereka dibeban-kan kepada
mereka. Kemudian Allah menyebutkan tentang penghalang bagi mereka dari
keimanan mereka tersebut yaitu memilih penawaran yang paling rendah
daripada kebahagiaan yang abadi, seraya ber-firman, ﴾
وَلَا تَشۡتَرُواْ بِـَٔايَٰتِي ثَمَنٗا قَلِيلٗا
﴿ "Dan janganlah kamu menukarkan ayat-ayatKu dengan harga yang rendah,"
maksudnya, kedudukan dan penghidupan yang mereka peroleh di mana mereka
mengira itu semua akan lenyap jika mereka beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya, maka mereka menukarkan hal itu dengan ayat-ayat Allah, mereka
menyukainya dan mendahulukannya, ﴾
وَإِيَّٰيَ
﴿ "dan hanya kepada Aku-lah" maksudnya tidak kepada selainKu, ﴾
فَٱتَّقُونِ ﴿ "kamu harus bertakwa," karena bila kalian bertakwa kepada
Allah semata, niscaya ketakwaan kalian itu mendorong kalian untuk
mendahu-lukan keimanan kepada ayat-ayatNya daripada penawaran yang rendah
itu, sebagaimana juga bila kalian memilih penawaran yang rendah itu, maka
hal itu adalah bukti petunjuk akan hilangnya ketakwaan dalam hati kalian.
Kemudian Allah berfirman,
#
{42}
{ولا تلبسوا}؛ أي:
تخلطوا
{الحق بالباطل وتكتموا الحق}؛ فنهاهم عن
شيئين، عن خلط الحق بالباطل وكتمان الحق؛ لأن المقصود من أهل الكتب والعلم
تمييز الحق [من الباطل] وإظهار الحق، ليهتدي بذلك
المهتدون، ويرجع الضالون وتقوم الحجة على المعاندين؛ لأن الله فصل آياته
وأوضح بيناته؛ ليميز الحق من الباطل، ولتستبين سبيل المهتدين من سبيل
المجرمين، فمن عمل بهذا من أهل العلم؛ فهو من خلفاء الرسل وهداة الأمم، ومن
لَبَّس الحق بالباطل فلم يميز هذا من هذا مع علمه بذلك، وكتم الحق الذي
يعلمه وأُمِرَ بإظهاره؛ فهو من دعاة جهنم؛ لأن الناس لا يقتدون في أمر
دينهم بغير علمائهم، فاختاروا لأنفسكم إحدى الحالتين.
(42) ﴾ وَلَا تَلۡبِسُواْ
﴿ "Dan janganlah kamu campur adukkan," yakni, mengacak-acak ﴾
ٱلۡحَقَّ بِٱلۡبَٰطِلِ وَتَكۡتُمُواْ ٱلۡحَقَّ ﴿ "yang haq dengan yang batil
dan janganlah kamu sembunyikan yang haq itu." Di sini Allah mela-rang
mereka dari dua hal, pertama, mencampur antara yang haq dengan yang batil
dan kedua, menyembunyikan yang haq, karena yang diinginkan dari ahli kitab
dan ahli ilmu adalah membedakan antara yang haq dari yang batil dan
menampakkan yang haq itu, agar orang-orang yang ingin mendapatkan petunjuk
darinya dapat mengambil petunjuk darinya, orang-orang yang sesat dapat
kem-bali sadar, dan tegaknya dalil atas orang-orang yang mengingkari-nya,
karena Allah تعالى telah menjelaskan ayat-ayatNya dan mene-rangkan
keterangan-keteranganNya untuk membedakan yang haq dari yang batil dan
agar jelas jalan orang-orang yang mengambil petunjuk dari jalan
orang-orang yang mengingkari. Dan siapa yang mengamalkannya, maka dia
tergolong dari para khalifah Rasul dan pemberi petunjuk bagi umat, dan
barangsiapa mencampur adukkan yang haq dengan yang batil dan ia tidak
membedakan antara yang ini dari yang itu, padahal ia tahu akan hal itu
lalu ia menyembunyikan yang haq yang ia tahu padahal ia diperintahkan
untuk menampakkannya, maka ia tergolong di antara para penyeru kepada
Neraka Jahanam, karena manusia tidaklah akan mencontoh siapa pun dalam
urusan agama mereka kecuali kepada para ulama mereka. Nah, pilihlah bagi
diri kalian salah satu dari kedua kondisi tersebut.
#
{43} ثم قال:
{وأقيموا الصلاة}؛
أي:
ظاهراً وباطناً {وآتوا الزكاة}؛ مستحقيها،
{واركعوا مع الراكعين}؛
أي:
صلوا مع المصلين، فإنكم إذا فعلتم ذلك مع الإيمان برسل الله وآيات الله،
فقد جمعتم بين الأعمال الظاهرة والباطنة، وبين الإخلاص للمعبود والإحسان
إلى عبيده، وبين العبادات القلبية والبدنية والمالية،
وقوله:
{واركعوا مع الراكعين}؛
أي:
صلوا مع المصلين، ففيه، الأمر بالجماعة للصلاة، ووجوبها، وفيه، أن الركوع
ركن من أركان الصلاة، لأنه عبر عن الصلاة بالركوع، والتعبير عن العبادة
بجزئها يدل على فرضيته فيها.
(43) Kemudian Allah berfirman, ﴾ وَأَقِيمُواْ
ٱلصَّلَوٰةَ
﴿ "Dan dirikan-lah shalat," yakni, secara lahir maupun batin, ﴾
وَءَاتُواْ ٱلزَّكَوٰةَ
﴿ "dan tunai-kanlah zakat" terhadap orang-orang yang berhak
menerimanya, ﴾
وَٱرۡكَعُواْ مَعَ ٱلرَّٰكِعِينَ
﴿ "dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk," mak-sudnya shalatlah
beserta orang-orang yang shalat, karena bila kalian melakukan hal itu
dengan keimanan kepada Rasul-rasul Allah dan ayat-ayatNya, maka
sesungguhnya kalian telah menyatukan antara perbuatan-perbuatan yang
lahir dan yang batin, dan antara keikhlasan kepada Allah dan berbuat
baik kepada hamba-hamba-Nya, dan antara ibadah-ibadah hati dengan ibadah
tubuh dan ibadah harta. Dan FirmanNya, ﴾
وَٱرۡكَعُواْ مَعَ ٱلرَّٰكِعِينَ ﴿ "Dan rukuklah beserta orang-orang yang
rukuk," maksudnya, shalatlah bersama orang-orang yang shalat. Di sini ada
suatu perintah untuk shalat berjamaah dan juga menunjukkan hukum wajibnya,
dan bahwasanya rukuk itu merupakan rukun di antara rukun-rukun shalat,
karena Allah menyebutkan shalat dengan kata rukuk, sedangkan
mengungkap-kan suatu ibadah dengan kata yang merupakan bagian darinya
adalah menunjukkan kepada wajibnya hal itu padanya.
[{أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ
وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
(44)}].
"Mengapa kamu suruh orang lain
(mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan
diri
(kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca
al-Kitab
(Taurat). Maka tidakkah kamu berpikir?"
(Al-Baqarah: 44).
#
{44}
{أتأمرون الناس بالبر}؛
أي:
بالإيمان والخير،
{وتنسون أنفسكم}؛
أي:
تتركونها عن أمرها بذلك والحال،
{وأنتم تتلون الكتاب أفلا تعقلون}؛ وسُمِّي
العقل عقلاً؛ لأنه يعقل به ما ينفعه من الخير، وينعقل به عما يضره، وذلك أن
العقل يحث صاحبه أن يكون أول فاعل لما يأمر به، وأول تارك لما ينهى عنه،
فمن أمر غيره بالخير ولم يفعله أو نهاه عن الشر فلم يتركه دل على عدم عقله
وجهله، خصوصاً إذا كان عالماً بذلك، قد قامت عليه الحجة، وهذه الآية وإن
كانت نزلت في سبب بني إسرائيل،
فهي عامة لكل أحد لقوله تعالى:
{يا أيها الذين آمنوا لم تقولون ما لا تفعلون كبر مقتاً عند الله أن
تقولوا ما لا تفعلون}؛ وليس في الآية أن الإنسان إذا لم يقم بما أُمِر به أنه يترك الأمر
بالمعروف، والنهي عن المنكر؛ لأنها دلت على التوبيخ بالنسبة إلى
الواجبَيْنِ،
وإلا فمن المعلوم أن على الإنسان واجبين:
أمر غيره ونهيه، وأمر نفسه ونهيها، فترك أحدهما لا يكون رخصة في ترك الآخر،
فإن الكمال أن يقوم الإنسان بالواجبَيْنِ، والنقص الكامل أن يتركهما، وأما
قيامه بأحدهما دون الآخر فليس في رتبة الأول وهو دون الأخير، وأيضاً فإن
النفوس مجبولة على عدم الانقياد لمن يخالف قولَه فعلُه، فاقتداؤهم بالأفعال
أبلغ من اقتدائهم بالأقوال المجردة.
(44) ﴾ أَتَأۡمُرُونَ ٱلنَّاسَ بِٱلۡبِرِّ
﴿ "Mengapa kamu suruh orang lain mengerja-kan kebajikan," yakni dengan
keimanan dan kebaikan, ﴾
وَتَنسَوۡنَ أَنفُسَكُمۡ
﴿ "sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu
sendiri," maksudnya ka-lian meninggalkannya padahal kalian
memerintahkannya kepada orang lain, padahal ﴾
وَأَنتُمۡ تَتۡلُونَ ٱلۡكِتَٰبَۚ أَفَلَا تَعۡقِلُونَ
﴿ "kamu membaca al-Kitab (Taurat)? Maka
tidakkah kamu berpikir?" Dinamakan akal itu sebagai akal karena ia
dipakai untuk berpikir kepada kebaikan yang ber-manfaat untuknya, dan
sadar dengannya dari hal-hal yang me-mudaratkan dirinya, dan hal
tersebut dibuktikan bahwa akal meng-anjurkan kepada pemiliknya untuk
menjadi orang yang pertama melakukan apa yang diperintahkan dan orang
yang pertama me-ninggalkan apa yang dilarang. Maka barangsiapa yang
memerin-tahkan orang lain kepada kebaikan lalu dia tidak melakukannya
atau melarang dari kemungkaran namun dia tidak meninggalkan-nya, maka
hal itu menunjukkan tidak adanya akal padanya dan kebodohannya,
khususnya bila dia telah mengetahui akan hal itu, dan hujjah benar-benar
telah tegak atasnya. Dan ayat ini walaupun turun terhadap Bani Israil
namun ia bersifat umum kepada setiap orang, karena Allah تعالى
berfirman, ﴾
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفۡعَلُونَ 2
كَبُرَ مَقۡتًا عِندَ ٱللَّهِ أَن تَقُولُواْ مَا لَا تَفۡعَلُونَ 3 ﴿ "Wahai
orang-orang yang beriman, kenapa kamu mengatakan se-suatu yang tidak kamu
kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa
yang tidak kamu kerjakan."
(Ash-Shaff: 2). Dalam ayat
ini tidak ada suatu indikasi pun yang menun-jukkan bahwasanya seseorang
bila tidak melakukan apa yang diperintahkan kepadanya, maka dia boleh
meninggalkan ajakan kepada kebaikan dan melarang dari yang mungkar, karena
ayat itu menunjukkan suatu kecaman berkaitan dengan kedua kewajiban
tersebut. Bila tidak seperti itu, maka suatu hal yang telah diketahui
bahwasanya setiap manusia memiliki dua kewajiban yaitu meme-rintah orang
lain dan melarangnya, dan memerintah dirinya sendiri dan melarangnya. Maka
meninggalkan salah satu dari kedua ke-wajiban itu bukanlah suatu
keringanan untuk meninggalkan yang lainnya, karena idealnya adalah
seseorang mampu melakukan kedua kewajiban itu dan demikian juga sangat aib
sekali bila sese-orang meninggalkan keduanya. Adapun jika dia melakukan
salah satu dari kedua kewajiban itu tanpa lainnya, maka dia tidaklah dalam
posisi yang ideal dan tidak pula pada posisi sangat aib. Lebih dari itu,
diri manusia memang diciptakan dengan kecenderungan tidak respek untuk
tunduk kepada orang yang perbuatannya ber-tentangan dengan perkataannya,
maka peniruan mereka dengan perbuatan adalah lebih kuat daripada peniruan
mereka dengan sekedar perkataan saja.
{وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ
إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ (45) الَّذِينَ
يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلَاقُو رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ
رَاجِعُونَ (46) يَابَنِي إِسْرَائِيلَ
اذْكُرُوا نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَنِّي
فَضَّلْتُكُمْ عَلَى الْعَالَمِينَ
(47) وَاتَّقُوا يَوْمًا لَا تَجْزِي نَفْسٌ
عَنْ نَفْسٍ شَيْئًا وَلَا يُقْبَلُ مِنْهَا شَفَاعَةٌ وَلَا يُؤْخَذُ
مِنْهَا عَدْلٌ وَلَا هُمْ يُنْصَرُونَ
(48)}
.
"Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan se-sungguhnya yang
demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',
(yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka
akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepadaNya. Hai Bani
Israil, ingatlah akan nikmatKu yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan
(ingatlah pula) bahwasanya Aku telah melebihkan
kamu atas segala umat. Dan jagalah dirimu dari
(azab) Hari
(Kiamat, yang pada hari itu) seseorang tidak dapat
membela orang lain, walau sedikitpun; dan
(begitu pula) tidak diterima syafa'at dan tebusan
dari padanya, dan tidaklah mereka akan ditolong."
(Al-Baqarah: 45-48).
#
{45} أمرهم الله أن يستعينوا في أمورهم كلها
بالصبر بجميع أنواعه، وهو الصبر على طاعة الله حتى يؤديها، والصبر عن معصية
الله حتى يتركها، والصبر على أقدار الله المؤلمة فلا يتسخطها، فبالصبر وحبس
النفس على ما أمر الله بالصبر عليه معونة عظيمة على كل أمر من الأمور، ومن
يتصبر يصبره الله، وكذلك الصلاة التي هي ميزان الإيمان، وتنهى عن الفحشاء
والمنكر يستعان بها على كل أمر من الأمور،
{وإنها}؛ أي:
الصلاة، {لكبيرة}؛
أي:
شاقة {إلا على الخاشعين}؛ فإنها سهلة عليهم
خفيفة؛ لأن الخشوع وخشيةَ الله ورجاءَ ما عنده يوجب له فعلها منشرحاً صدره
لترقبه للثواب وخشيته من العقاب، بخلاف من لم يكن كذلك، فإنه لا داعي له
يدعوه إليها، وإذا فعلها صارت من أثقل الأشياء عليه.
والخشوع:
هو خضوع القلب وطمأنينته وسكونه لله تعالى وانكساره بين يديه ذلًّا
وافتقاراً وإيماناً به وبلقائه، ولهذا قال:
(45) Allah memerintahkan kepada mereka untuk
meminta pertolongan dalam
(menyelesaikan) segala
urusan mereka dengan kesabaran dalam segala bentuknya, yaitu sabar dalam
ketaatan kepada Allah hingga dia mampu menunaikannya, sabar dari
ke-maksiatan hingga dia menghindarinya, dan sabar dalam mengha-dapi
takdir-takdir Allah yang menyakitkan agar dia tidak menge-camnya. Dengan
kesabaran dan menahan diri terhadap segala yang diperintahkan oleh Allah
untuk bersabar atasnya adalah sebuah pertolongan yang besar dalam setiap
perkara dari perkara-perkara yang ada, dan barangsiapa yang bersabar,
niscaya Allah akan mem-buatnya menjadi sabar. Demikian juga shalat yang
merupakan timbangan dari keimanan dan dapat mencegah dari perbuatan keji
dan mungkar, dapat dijadikan penolong dalam segala perkara ke-hidupan. ﴾
وَإِنَّهَا
﴿ "Dan sesungguhnya yang demikian itu," yaitu shalat, ﴾
لَكَبِيرَةٌ
﴿ "sungguh berat," maksudnya sulit, ﴾
إِلَّا عَلَى ٱلۡخَٰشِعِينَ ﴿ "kecuali bagi orang-orang yang khusyu'."
Shalat itu adalah mudah bagi mereka dan sangat ringan, karena kekhusyu'an,
takut kepada Allah, dan mengharap apa yang ada di sisiNya mengharuskan
adanya realisasi perbuatan itu dengan dada yang lapang demi mencari
ganjaran dan takut dari hukuman. Berbeda dengan orang yang tidak
demi-kian, karena tidak ada pendorong baginya yang mengajaknya kepada hal
tersebut, dan bila pun dia melakukannya, maka hal itu menjadi suatu
perkara yang paling berat yang dia rasakan. Khusyu' adalah ketundukan
hati, ketenteraman dan kete-nangannya karena Allah تعالى, serta
kepasrahannya di hadapan Allah dengan segala bentuk menghinakan diri, rasa
butuh, dan iman kepadaNya dan kepada pertemuan denganNya. Oleh karena itu
Allah berfirman,
#
{46}
{الذين يظنون}؛ أي يستيقنون
{أنهم ملاقو ربهم}؛ فيجازيهم بأعمالهم،
{وأنهم إليه راجعون}؛ فهذا الذي خفف عليهم
العبادات وأوجب لهم التسلي في المصيبات ونفس عنهم الكربات وزجرهم عن فعل
السيئات، فهؤلاء لهم النعيمُ المقيمُ في الغرفاتِ العالياتِ، وأما من لم
يؤمن بلقاء ربه كانت الصلاة وغيرها من العبادات من أشق شيء عليه.
(46) ﴾ ٱلَّذِينَ يَظُنُّونَ
﴿ "Yaitu orang-orang yang meyakini," yakni yang yakin serta percaya,
﴾
أَنَّهُم مُّلَٰقُواْ رَبِّهِمۡ
﴿ "bahwa mereka akan menemui Rabbnya," lalu Dia akan membalas
perbuatan-perbuatan mereka, ﴾
وَأَنَّهُمۡ إِلَيۡهِ رَٰجِعُونَ ﴿ "dan bahwa mereka akan kembali
kepadaNya." Inilah yang meringankan mereka dalam beribadah, yang
mewajibkan bagi mereka untuk berhibur diri dalam segala musibah, berlapang
dada dalam segala kesulitan, dan mencegah mereka dari berbuat keburukan.
Maka mereka itulah orang-orang yang mendapatkan kenikmatan yang abadi
dalam ruangan-ruangan yang tinggi. Ada-pun orang yang tidak beriman kepada
pertemuan dengan Rabbnya, maka shalat dan ibadah-ibadah lainnya adalah
suatu hal yang paling sulit bagi mereka.
#
{47} ثم: كرر على بني إسرائيل التذكير بنعمته
وعظاً لهم وتحذيراً وحثًّا.
(47) Kemudian Allah mengulangi peringatanNya
kepada Bani Israil tentang nikmat-nikmatNya sebagai suatu nasihat,
pe-ringatan, dan anjuran bagi mereka.
#
{48} وخوفهم بيوم القيامة الذي:
{لا تجزي}؛ فيه أي لا تغني
{نفس}؛ ولو كانت من الأنفس الكريمة كالأنبياء
والصالحين، {عن نفس}؛ ولو كانت من العشيرة
الأقربين، {شيئاً}؛ لا كبيراً ولا صغيراً
وإنما ينفع الإنسانَ عملُه الذي قدمه
{ولا يقبل منها}؛
أي:
النفس، {شفاعة}؛ لأحد بدون إذن الله ورضاه عن
المشفوع له، ولا يرضى من العمل إلا ما أُريد به وجهه وكان على السبيل
والسنة، {ولا يؤخذ منها عدل}؛ أي فداء ولو أن
لكل نفس ظلمت ما في الأرض جميعاً ومثله معه لافتدوا به من عذاب الله ولا
يقبل منهم ذلك، {ولا هم ينصرون}؛
أي:
يدفع عنهم المكروه، فنفى الانتفاعَ من الخلق بوجه من الوجوه،
فقوله:
{لا تَجْزِي نفس عن نفس شيئاً} هذا في تحصيل
المنافع، {ولا هم ينصرون} هذا في دفع المضار،
فهذا النفي للأمر المستقبل به النافع،
{ولا يقبل منها شفاعة ولا يؤخذ منها عدل}
هذا نفي للنفع الذي يطلب ممن يملكه بعوض، كالعدل أو بغيره كالشفاعة؛ فهذا
يوجب للعبد أن ينقطع قلبه من التعلق بالمخلوقين لعلمه أنهم لا يملكون له
مثقال ذرة من النفع، وأن يعلقه بالله الذي يجلب المنافع ويدفع المضار
فيعبده وحده لا شريك له، ويستعينه على عبادته.
(48) Dan Allah mempertakutkan mereka dengan Hari
Kiamat, yang ﴾ لَّا تَجۡزِي
﴿ "tidak dapat membela" pada hari itu, maksud-nya, tidaklah, ﴾
نَفۡسٌ
﴿ "seseorang" bisa menolong walaupun dia ada-lah seorang yang mulia
seperti para Nabi dan orang-orang shalih, bagi ﴾
عَن نَّفۡسٖ
﴿ "orang lain" walaupun keluarga paling terdekat seka-lipun, ﴾
شَيۡـٔٗا
﴿ "walau sedikit pun," tidak besar dan tidak pula kecil. Akan tetapi
seorang manusia hanya dapat memanfaatkan per-buatan-perbuatan yang telah
dia kerjakan, ﴾
وَلَا يُقۡبَلُ مِنۡهَا
﴿ "dan begitu pula tidak diterima darinya," yaitu dari seseorang,
﴾
شَفَٰعَةٞ
﴿ "syafa'at" bagi seseorang pun tanpa ada izin dari Allah dan
keridhaanNya terhadap orang yang diberi syafa'at, dan tidaklah Allah
meridhai suatu amal perbuatan kecuali dilakukan karena hanya mengharap
ridhaNya dan perbuatan itu sesuai dengan jalan dan sunnah. ﴾
وَلَا يُؤۡخَذُ مِنۡهَا عَدۡلٞ
﴿ "Dan tebusan darinya tidak diambil," yakni pembayaran tebusan. Dan
kalau setiap diri yang zhalim itu mempunyai segala yang ada di bumi ini
dan ditambah yang seperti itu lagi, niscaya mereka tidak akan bisa
menebus diri mereka dengannya dari azab Allah. Allah tidaklah menerima
itu dari mereka, ﴾
وَلَا هُمۡ يُنصَرُونَ
﴿ "dan tidaklah mereka akan ditolong," maksudnya, mereka tidak akan
dibela dari ancaman hal-hal yang dibenci, maka Allah menghilangkan
segala bentuk bantuan dari makhluk dalam bentuk apa pun. FirmanNya,
﴾
لَّا تَجۡزِي نَفۡسٌ عَن نَّفۡسٖ شَيۡـٔٗا
﴿ "Seseorang tidak dapat membela orang lain, walau sedikit pun," adalah
dalam mendapatkan manfaat, ﴾
وَلَا هُمۡ يُنصَرُونَ
﴿ "dan tidaklah mereka akan ditolong," adalah dalam meng-hilangkan
kemudaratan. Maka peniadaan ini adalah untuk perkara masa yang akan
datang[6] bagi orang bersangkutan. ﴾
وَلَا يُقۡبَلُ مِنۡهَا شَفَٰعَةٞ وَلَا يُؤۡخَذُ مِنۡهَا عَدۡلٞ ﴿ "Dan
(begitu pula) tidak diterima syafa'at dan tebusan
dari padanya." Ini adalah peniadaan akan manfaat yang diminta kepada orang
yang memilikinya dengan suatu kompensasi, seperti dengan tebusan atau
selainnya seperti syafa'at. Berdasarkan semua ini wajiblah atas seorang
hamba untuk memutuskan ketergan-tungan hatinya kepada makhluk karena
mengetahui bahwasanya makhluk itu tidaklah memiliki manfaat walaupun
seberat biji dzarrah, dan agar dia hanya menggantungkan dirinya kepada
Allah saja dalam mendapatkan manfaat-manfaat dan menolak mudarat-mudarat,
sehingga dia menyembahNya semata, yang tidak ada sekutu bagiNya dan
memohon pertolongan hanya kepadaNya dalam beribadah kepadaNya.
{وَإِذْ نَجَّيْنَاكُمْ مِنْ آلِ فِرْعَوْنَ يَسُومُونَكُمْ سُوءَ
الْعَذَابِ يُذَبِّحُونَ أَبْنَاءَكُمْ وَيَسْتَحْيُونَ نِسَاءَكُمْ
وَفِي ذَلِكُمْ بَلَاءٌ مِنْ رَبِّكُمْ عَظِيمٌ
(49) وَإِذْ فَرَقْنَا بِكُمُ الْبَحْرَ
فَأَنْجَيْنَاكُمْ وَأَغْرَقْنَا آلَ فِرْعَوْنَ وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ
(50) وَإِذْ وَاعَدْنَا مُوسَى أَرْبَعِينَ
لَيْلَةً ثُمَّ اتَّخَذْتُمُ الْعِجْلَ مِنْ بَعْدِهِ وَأَنْتُمْ
ظَالِمُونَ (51) ثُمَّ عَفَوْنَا عَنْكُمْ مِنْ
بَعْدِ ذَلِكَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
(52) وَإِذْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ
وَالْفُرْقَانَ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
(53) وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ يَاقَوْمِ
إِنَّكُمْ ظَلَمْتُمْ أَنْفُسَكُمْ بِاتِّخَاذِكُمُ الْعِجْلَ فَتُوبُوا
إِلَى بَارِئِكُمْ فَاقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ
عِنْدَ بَارِئِكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ
الرَّحِيمُ (54) وَإِذْ قُلْتُمْ يَامُوسَى لَنْ
نُؤْمِنَ لَكَ حَتَّى نَرَى اللَّهَ جَهْرَةً فَأَخَذَتْكُمُ
الصَّاعِقَةُ وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ (55) ثُمَّ
بَعَثْنَاكُمْ مِنْ بَعْدِ مَوْتِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
(56) وَظَلَّلْنَا عَلَيْكُمُ الْغَمَامَ
وَأَنْزَلْنَا عَلَيْكُمُ الْمَنَّ وَالسَّلْوَى كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ
مَا رَزَقْنَاكُمْ وَمَا ظَلَمُونَا وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ
يَظْلِمُونَ (57)}
.
"Dan
(ingatlah) ketika Kami selamatkan kamu dari
(Fir'aun) dan pengikut-pengikutnya; mereka
menimpakan kepadamu siksaan yang seberat-beratnya, mereka menyembelih
anak-anakmu yang laki-laki dan membiarkan hidup anak-anakmu yang
perempuan. Dan pada yang demikian itu terdapat cobaan-cobaan yang besar
dari Tuhanmu. Dan
(ingatlah), ketika Kami belah
laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan
(Fir'aun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu
sendiri menyaksikan. Dan
(ingatlah), ketika Kami
berjanji kepada Musa
(memberikan Taurat, sesudah) empat puluh malam,
lalu kamu menjadikan anak lembu
(sembahan) sepeninggalnya dan kamu adalah
orang-orang yang zhalim. Kemudian sesudah itu Kami maafkan kesalahanmu,
agar kamu bersyukur. Dan
(ingatlah), ketika Kami
berikan kepada Musa al-Kitab
(Taurat) dan
keterangan yang membedakan antara yang benar dan yang salah, agar kamu
mendapat petunjuk. Dan
(ingatlah), ketika Musa
berkata kepada kaumnya, 'Hai kaumku, sesungguhnya kamu telah menganiaya
dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu
(sembahanmu), maka bertaubatlah kepada Tuhan yang
menjadikan kamu, dan bunuhlah dirimu. Hal itu lebih baik bagimu di sisi
Tuhan yang menjadikan kamu; maka Allah akan menerima taubatmu.
Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.' Dan
(ingatlah), ketika kamu berkata, 'Hai Musa, kami
tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang,'
karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya. Setelah
itu Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati, supaya kamu bersyu-kur. Dan
Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu manna dan salwa.
Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu; dan
tidaklah mereka menganiaya Kami; akan tetapi merekalah yang menganiaya
diri mereka sendiri."
(Al-Baqarah: 49-57).
#
{49 ـ 54} هذا: شروع في تعداد نعمه على بني
إسرائيل على وجه التفصيل فقال:
{وإذ نجيناكم من آل فرعون}؛
أي:
من فرعون وملئه وجنوده وكانوا قبل ذلك،
{يسومونكم}؛ أي:
يولونهم ويستعملونهم
{سوء العذاب}؛ أي:
أشده بأن كانوا، {يذبحون أبناءكم}؛ خشية
نموكم، {ويستحيون نساءكم}؛
أي:
فلا يقتلونهن فأنتم بين قتيل ومُذلَّل بالأعمال الشاقة مستحيَى على وجه
المنة عليه والاستعلاء عليه فهذا غاية الإهانة، فَمَنَّ الله عليهم بالنجاة
التامة، وإغراق عدوهم، وهم ينظرون لتَقَرَّ أعينهم
{وفي ذلكم}؛ أي:
الإنجاء {بلاء}؛ أي:
إحسان {من ربكم عظيم}؛ فهذا مما يوجب عليكم
الشكر والقيام بأوامره. ثم ذكر منته عليهم بوعده لموسى أربعين ليلة؛ لينزل
عليهم التوراة المتضمنة للنعم العظيمة والمصالح العميمة، ثم إنهم لم يصبروا
قبل استكمال الميعاد حتى عبدوا العجل من بعده؛ أي ذهابه
{وأنتم ظالمون}؛ عالمون بظلمكم، قد قامت
عليكم الحجة، فهو أعظم جرماً، وأكبر إثماً. ثم إنه أمركم بالتوبة على لسان
نبيه موسى بأن يقتل بعضكم بعضاً؛ فعفا الله عنكم بسبب ذلك
{لعلكم تشكرون}؛ الله.
(49-54) Ini adalah awal dari penyebutan satu
persatu nikmat-nikmatNya terhadap Bani Israil dengan suatu perincian.
Allah berfirman, ﴾ وَإِذۡ نَجَّيۡنَٰكُم مِّنۡ ءَالِ فِرۡعَوۡنَ
﴿ "Dan ingatlah ketika Kami menyelamatkan kamu dari Fir'aun,"
maksudnya, dari Fir'aun, pe-ngikut-pengikutnya dan bala tentaranya,
sedangkan sebelum itu, ﴾
يَسُومُونَكُمۡ
﴿ "mereka menimpakan kepadamu," maksudnya menyiksa Bani Israil dan
menimpakan kepada mereka, ﴾
سُوٓءَ ٱلۡعَذَابِ
﴿ "siksaan yang seberat-beratnya," yaitu siksaan paling keras dengan
cara ﴾
يُذَبِّحُونَ أَبۡنَآءَكُمۡ
﴿ "mereka menyembelih anak-anak kamu yang laki-laki," karena khawatir
akan kebangkitan kalian, ﴾
وَيَسۡتَحۡيُونَ نِسَآءَكُمۡۚ
﴿ "dan membiarkan hidup anak-anak kamu yang perempuan." Maksudnya
mereka tidak membunuhnya, maka kamu sekalian dalam kondisi antara
terbu-nuh dan terhina dengan pekerjaan-pekerjaan yang berat, yaitu
dibiarkan hidup karena suatu pemberian dan kesombongannya, dan inilah
puncak dari keterhinaan. Akhirnya Allah memberikan karunia kepada mereka
dengan keselamatan yang sempurna dan menenggelamkan musuh-musuh mereka
sedang mereka melihat hal itu dengan nyata, agar hati mereka tenteram.
﴾
وَفِي ذَٰلِكُم
﴿ "Dan pada yang demikian itu," yaitu pemberian keselamatan, ﴾
بَلَآءٞ
﴿ "ada ujian-ujian," yaitu perbuatan baik ﴾
مِّن رَّبِّكُمۡ عَظِيمٞ
﴿ "yang besar dari Tuhanmu," di mana hal yang seperti ini mengharuskan
kalian untuk bersyukur dan mengerjakan perintah-perintahNya. Kemudian
Allah menyebutkan karuniaNya yang lain kepada mereka dengan janjiNya
kepada Nabi Musa عليه السلام selama empat puluh hari, untuk menurunkan
bagi mereka Taurat yang termasuk suatu karunia yang besar dan
kemaslahatan yang menyeluruh. Tapi mereka tidak bersabar sebelum masa
janji tersebut selesai, hingga akhirnya mereka menyembah anak hewan
setelah itu, yaitu setelah kepergian Nabi Musa, ﴾
وَأَنتُمۡ ظَٰلِمُونَ
﴿ "dan kamu adalah orang-orang yang zhalim," kalian mengetahui
kezhaliman kalian, di mana hujjah telah tegak atas kalian, maka itu
merupakan kejahatan dan dosa yang paling besar. Lalu Allah memerintahkan
kepada kalian untuk bertaubat lewat lisan NabiNya, Musa عليه السلام,
yaitu dengan cara sebagian kalian membunuh sebagian lainnya, hingga
Allah memaafkan kalian oleh sebab itu, ﴾
لَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُونَ ﴿ "agar kamu bersyukur" kepada Allah.
#
{55}
{وإذ قلتم يا موسى لن نؤمن لك حتى نرى الله جهرة}؛ وهذا غاية الجرأة على الله وعلى رسوله،
{فأخذتكم الصاعقة}؛ إما الموت أو الغشية
العظيمة {وأنتم تنظرون}؛ وقوع ذلك كل ينظر
إلى صاحبه.
(55) ﴾ وَإِذۡ قُلۡتُمۡ يَٰمُوسَىٰ لَن نُّؤۡمِنَ
لَكَ حَتَّىٰ نَرَى ٱللَّهَ جَهۡرَةٗ
﴿ "Dan (ingatlah), ketika kamu berkata, 'Hai
Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan
terang'." Ini merupakan puncak kelan-cangan terhadap Allah تعالى dan
terhadap RasulNya, ﴾
فَأَخَذَتۡكُمُ ٱلصَّٰعِقَةُ
﴿ "karena itu kamu disambar petir," baik meninggal atau pingsan yang
parah, ﴾
وَأَنتُمۡ تَنظُرُونَ ﴿ "sedang kamu menyaksikan" terjadinya hal itu, di
mana setiap mereka menyaksikan yang lainnya.
#
{56}
{ثم بعثناكم من بعد موتكم لعلكم تشكرون}؛
ثم ذكر نعمته عليهم في التِيه والبرية الخالية من الظلال وسعة الأرزاق
فقال:
(56) ﴾ ثُمَّ بَعَثۡنَٰكُم مِّنۢ بَعۡدِ مَوۡتِكُمۡ
لَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُونَ ﴿ "Setelah itu Kami bang-kitkan kamu sesudah kamu
mati, supaya kamu bersyukur." Kemudian Allah menyebutkan tentang nikmatNya
kepada mereka pada padang sahara dan daratan yang kosong di mana mereka
tersesat tetapi rizki melimpah seraya berfirman,
#
{57}
{وظللنا عليكم الغمام وأنزلنا عليكم المنّ}؛ وهو: اسم جامع لكل رزق
[حسن] يحصل بلا تعب، ومنه الزنجبيل والكمأة،
والخبز، وغير ذلك، {والسلوى}؛
طائر صغير يقال له:
السماني طيب اللحم؛ فكان ينزل عليهم من المنِّ والسلوى ما يكفيهم ويقيتهم
{كلوا من طيبات ما رزقناكم}؛
أي:
رزقاً لا يحصل نظيره لأهل المدن المترفهين، فلم يشكروا هذه النعمة ،
واستمروا على قساوة القلوب وكثرة الذنوب
{وما ظلمونا}؛ يعني بتلك الأفعال المخالفة
لأوامرنا، لأن الله لا تضره معصية العاصين كما لا تنفعه طاعات الطائعين
{ولكن كانوا أنفسهم يظلمون}؛ فيعود ضرره
عليهم.
(57) ﴾ وَظَلَّلۡنَا عَلَيۡكُمُ ٱلۡغَمَامَ
وَأَنزَلۡنَا عَلَيۡكُمُ ٱلۡمَنَّ
﴿ "Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu manna,"
yaitu sebuah kata yang mencakup setiap rizki atau kebaikan yang
dihasilkan tanpa keringat, di antaranya, jahe, cendawan dan roti, dan
sebagainya, ﴾
وَٱلسَّلۡوَىٰۖ
﴿ "dan salwa," berupa burung kecil yang disebut "as-Samany," suatu nama
burung yang dagingnya sangat lezat, dan kepada mereka diturunkan hal-hal
tersebut, berupa Manna dan Salwa yang mencukupi kebutuhan mereka dan
menjadi makanan pokok mereka. ﴾
كُلُواْ مِن طَيِّبَٰتِ مَا رَزَقۡنَٰكُمۡۚ
﴿ "Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan
kepadamu," yaitu rizki yang tidak ada ban-dingannya bagi penduduk kota
yang telah hidup mewah. Namun mereka tidak mensyukuri nikmat tersebut
dan mereka selalu ber-ada dalam kekerasan hati dan kemaksiatan mereka
yang banyak, ﴾
وَمَا ظَلَمُونَا
﴿ "dan tidaklah mereka menganiaya Kami," maksudnya tidak-lah mereka
menganiaya Kami dengan perbuatan yang bertentangan dengan apa yang telah
Kami perintahkan, karena Allah تعالى tidak-lah mendapatkan mudarat dari
kemaksiatan pelaku maksiat seba-gaimana juga tidak bermanfaatnya
ketaatan seseorang yang mela-kukan ketaatan kepadaNya, ﴾
وَلَٰكِن كَانُوٓاْ أَنفُسَهُمۡ يَظۡلِمُونَ ﴿ "akan tetapi mere-kalah yang
menganiaya diri mereka sendiri," maka kemudaratannya kembali kepada mereka
sendiri.
{وَإِذْ قُلْنَا ادْخُلُوا هَذِهِ الْقَرْيَةَ فَكُلُوا مِنْهَا حَيْثُ
شِئْتُمْ رَغَدًا وَادْخُلُوا الْبَابَ سُجَّدًا وَقُولُوا حِطَّةٌ
نَغْفِرْ لَكُمْ خَطَايَاكُمْ وَسَنَزِيدُ الْمُحْسِنِينَ
(58) فَبَدَّلَ الَّذِينَ ظَلَمُوا قَوْلًا
غَيْرَ الَّذِي قِيلَ لَهُمْ فَأَنْزَلْنَا عَلَى الَّذِينَ ظَلَمُوا
رِجْزًا مِنَ السَّمَاءِ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ
(59)}
.
"Dan
(ingatlah), ketika Kami berfirman, 'Masuklah
kamu ke negeri ini
(Baitul Maqdis), dan makanlah
dari hasil buminya, yang banyak lagi enak di mana saja kamu suka, dan
masukilah pintu gerbangnya sambil bersujud, dan katakanlah, 'Bebaskanlah
kami dari dosa,' niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahanmu, dan kelak Kami
akan menambah
(pemberian Kami) kepada orang-orang
yang berbuat baik.' Lalu orang-orang yang zhalim mengganti perintah dengan
(mengerjakan) yang tidak diperintahkan kepada
mereka. Sebab itu Kami timpakan atas orang-orang yang zhalim itu hukuman
dari langit, karena mereka berbuat fasik."
(Al-Baqa-rah: 58-59).
#
{58} وهذا أيضاً من نعمته عليهم بعد معصيتهم
إياه، فأمرهم بدخول قرية تكون لهم عزًّا ووطناً ومسكناً، ويحصل لهم فيها
الرزقُ الرغدُ، وأن يكون دخولهم على وجه خاضعين لله فيه بالفعل، وهو دخول
الباب سجداً، أي: خاضعين ذليلين،
وبالقول وهو أن يقولوا:
{حطة}؛ أي:
أن يحط عنهم خطاياهم بسؤالهم إياه مغفرته،
{نغفر لكم خطاياكم}؛ بسؤالكم المغفرة
{وسنزيد المحسنين}؛
بأعمالهم أي:
جزاء عاجلاً وآجلاً.
(58) Ini juga termasuk di antara nikmat Allah
terhadap mereka setelah kemaksiatan mereka kepadaNya, lalu Allah
meme-rintahkan kepada mereka untuk memasuki suatu kampung yang menjadi
sebuah negeri dan tempat menetap, serta kemuliaan bagi mereka
(kala itu), dan mereka akan memperoleh rizki yang
melim-pah, dan agar jalan mereka memasukinya harus dengan rasa tunduk
patuh kepada Allah dengan perbuatan, yaitu memasuki pintu ger-bang sambil
bersujud, artinya tunduk dan patuh, dan juga dengan perkataan yaitu agar
mereka berkata, ﴾ حِطَّةٞ
﴿ "Bebaskanlah kami dari dosa," yakni menghapus dosa dan kesalahan
mereka dengan per-mohonan mereka atas ampunanNya kepadaNya, ﴾
نَّغۡفِرۡ لَكُمۡ خَطَٰيَٰكُمۡۚ
﴿ "niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahanmu" dengan adanya permo-honan
kalian atas ampunanNya, ﴾
وَسَنَزِيدُ ٱلۡمُحۡسِنِينَ ﴿ "dan kelak Kami akan menambah pemberian Kami
kepada orang-orang yang berbuat baik," dengan perbuatan-perbuatan mereka,
yaitu balasan yang segera maupun yang tertunda.
#
{59}
{فبدل الذين ظلموا}؛ منهم، ولم يقل فبدلوا؛
لأنهم لم يكونوا كلهم بدلوا
{قولاً غير الذي قيل لهم}؛
فقالوا:
بدل حطة، حبة في حنطة، استهانة بأمر الله، واستهزاء وإذا بدلوا القول مع
خفته فتبديلهم للفعل من باب أولى وأحرى، ولهذا دخلوا يزحفون على
أدبارهم،
ولما كان هذا الطغيان أكبر سببٍ لوقوع عقوبة الله بهم قال:
{فأنزلنا على الذين ظلموا}؛ منهم
{رجزاً}؛ أي: عذاباً
{من السماء}؛ بسبب فسقهم وبغيهم.
(59) ﴾ فَبَدَّلَ ٱلَّذِينَ ظَلَمُواْ
﴿ "Lalu orang-orang yang zhalim meng-ganti," yakni yang zhalim di
antara mereka. Allah tidak berkata lalu mereka mengganti, karena tidak
semua dari mereka itu mengganti ﴾
قَوۡلًا غَيۡرَ ٱلَّذِي قِيلَ لَهُمۡ
﴿ "perintah dengan (mengerjakan) yang tidak
diperin-tahkan kepada mereka," dan mereka berkata, gantikanlah kata
حِطَّةٌ (bebaskanlah kami dari dosa) dengan kata
حِنْطَةٌ
(yang berarti se-buah biji dari gandum)
dengan maksud penghinaan atas perintah Allah dan olok-olokan. Ketika
mereka mengganti perkataan itu padahal sangatlah ringan, maka
penggantian mereka terhadap perbuatan adalah lebih patut dan utama. Oleh
karena itu mereka memasukinya dengan merangkak dengan pantat mereka, dan
ketika kezhaliman ini merupakan penyebab terbesar akan azab Allah
terhadap mereka, Allah berfirman, ﴾
فَأَنزَلۡنَا عَلَى ٱلَّذِينَ ظَلَمُواْ
﴿ "Sebab itu Kami timpakan atas orang-orang yang zhalim itu," di antara
mereka ﴾
رِجۡزٗا
﴿ "hukuman," yaitu azab ﴾ مِّنَ
ٱلسَّمَآءِ ﴿ "dari langit," disebabkan karena kefasikan dan kezhaliman
mereka.
{وَإِذِ اسْتَسْقَى مُوسَى لِقَوْمِهِ فَقُلْنَا اضْرِبْ بِعَصَاكَ
الْحَجَرَ فَانْفَجَرَتْ مِنْهُ اثْنَتَا عَشْرَةَ عَيْنًا قَدْ عَلِمَ
كُلُّ أُنَاسٍ مَشْرَبَهُمْ كُلُوا وَاشْرَبُوا مِنْ رِزْقِ اللَّهِ
وَلَا تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِينَ
(60)}
.
"Dan
(ingatlah) ketika Musa memohon air untuk
kaumnya, lalu Kami berfirman, 'Pukullah batu itu dengan tongkatmu.' Lalu
memancarlah dari padanya dua belas mata air. Sungguh tiap-tiap suku telah
mengetahui tempat minumnya
(masing-masing). Makan
dan minumlah rizki
(yang diberikan) Allah, dan
janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan."
(Al-Baqa-rah: 60).
#
{60}
{استسقى}؛ أي:
طلب لهم ماء يشربون منه
{فقلنا اضرب بعصاك الحجر}؛ إما حجر مخصوص
معلوم عنده، وإما اسم جنس؛
{فانفجرت منه اثنتا عشرة عيناً}؛ وقبائل بني
إسرائيل اثنتا عشرة قبيلة، {قد علم كل أناس}؛
منهم {مشربهم}؛ أي:
محلهم الذي يشربون عليه من هذه الأعين، فلا يزاحم بعضهم بعضاً بل يشربونه
متهنئين لا متكدرين، ولهذا قال:
{كلوا واشربوا من رزق الله}؛
أي:
الذي آتاكم من غير سعي ولا تعب
{ولا تعثوا في الأرض}؛
أي:
تخربوا على وجه الإفساد.
(60) ﴾ ٱسۡتَسۡقَىٰ
﴿ "Memohon air," yakni meminta air buat mereka untuk mereka minum,
﴾
فَقُلۡنَا ٱضۡرِب بِّعَصَاكَ ٱلۡحَجَرَۖ
﴿ "lalu Kami berfirman, 'Pukullah batu itu dengan tongkatmu'," baik
sebuah batu yang khusus yang hanya diketahui oleh Allah atau sebuah nama
jenis (yang berarti batu apa saja), ﴾
فَٱنفَجَرَتۡ مِنۡهُ ٱثۡنَتَا عَشۡرَةَ عَيۡنٗاۖ
﴿ "lalu memancarlah dari padanya dua belas mata air," dan suku dari
Bani Israil ada dua belas suku, ﴾
قَدۡ عَلِمَ كُلُّ أُنَاسٖ
﴿ "sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui" di antara mereka, ﴾
مَّشۡرَبَهُمۡۖ
﴿ "tempat minumnya (masing-masing)," yaitu
tempat mereka yang menjadi tempat minum mereka dari mata air tersebut,
sehingga sebagian mereka tidak (perlu) mendesak
seba-gian lainnya, akan tetapi agar mereka minum dengan tenang dan tidak
tergesa-gesa. Oleh karena itu Allah berfirman,﴾
كُلُواْ وَٱشۡرَبُواْ مِن رِّزۡقِ ٱللَّهِ
﴿ "Makan dan minumlah rizki
(yang diberikan) Allah," yaitu yang telah
dihadirkan buat kalian tanpa usaha dan keringat, ﴾
وَلَا تَعۡثَوۡاْ فِي ٱلۡأَرۡضِ ﴿ "dan janganlah kamu berkeliaran di muka
bumi," maksudnya, merubuhkan dengan tujuan merusak.
{وَإِذْ قُلْتُمْ يَامُوسَى لَنْ نَصْبِرَ عَلَى طَعَامٍ وَاحِدٍ
فَادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُخْرِجْ لَنَا مِمَّا تُنْبِتُ الْأَرْضُ مِنْ
بَقْلِهَا وَقِثَّائِهَا وَفُومِهَا وَعَدَسِهَا وَبَصَلِهَا قَالَ
أَتَسْتَبْدِلُونَ الَّذِي هُوَ أَدْنَى بِالَّذِي هُوَ خَيْرٌ اهْبِطُوا
مِصْرًا فَإِنَّ لَكُمْ مَا سَأَلْتُمْ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ
وَالْمَسْكَنَةُ وَبَاءُوا بِغَضَبٍ مِنَ اللَّهِ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ
كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّينَ
بِغَيْرِ الْحَقِّ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ
(61)}
.
"Dan
(ingatlah), ketika kamu berkata, 'Hai Musa,
kami tidak bisa sabar
(tahan) dengan satu macam
makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, agar Dia
mengeluar-kan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, berupa
sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan bawang
merahnya.' Musa berkata, 'Apakah kamu meminta yang rendah sebagai
pengganti yang lebih baik? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu
memperoleh apa yang kamu minta.' Lalu ditim-pakanlah kepada mereka nista
dan kehinaan, serta mereka men-dapat kemurkaan dari Allah. Hal itu
(terjadi) karena mereka selalu mengingkari
ayat-ayat Allah dan membunuh para Nabi tanpa hak
(alasan yang benar). Demikian itu
(terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan
melampaui batas."
(Al-Baqarah: 61).
#
{61} أي: واذكروا
{إذ قلتم} لموسى على وجه التملل لنعم الله،
والاحتقار لها {لن نصبر على طعام واحد}؛
أي:
جنس من الطعام وإن كان كما تقدم أنواعاً لكنها لا تتغير
{فادع لنا ربك يخرج لنا مما تنبت الأرض من بقلها}؛ أي: نباتها الذي ليس بشجر يقوم على ساقه
{وقثائها}؛ وهو الخيار
{وفومها}؛ أي: ثومها
والعدس والبصل معروف، قال لهم موسى:
{أتستبدلون الذي هو أدنى}؛ وهو الأطعمة
المذكورة {بالذي هو خير}؛ وهو المن والسلوى،
فهذا غير لائق بكم، فإن هذه الأطعمة التي طلبتم، أي مِصْرٍ هبطتموه
وجدتموها، وأما طعامكم الذي منَّ الله به عليكم فهو خير الأطعمة وأشرفها
فكيف تطلبون به بدلاً؟ ولما كان الذي جرى منهم فيه أكبر دليل على قلة
صبرهم،
واحتقارهم لأوامر الله ونعمه جازاهم من جنس عملهم فقال:
{وضربت عليهم الذلة}؛ التي تُشاهدَ على ظاهر
أبدانهم {والمسكنة}؛ بقلوبهم فلم تكن أنفسهم
عزيزة، ولا لهم همم عالية بل أنفسهم أنفس مهينة، وهممهم أردأ الهمم
{وباؤوا بغضب من الله}؛
أي:
لم تكن غنيمتهم التي رجعوا بها، وفازوا إلا أن رجعوا بسخطه عليهم؛ فبئس
الغنيمة غنيمتهم، وبئس الحالة حالتهم
{ذلك}؛ الذي استحقوا به غضبه
{بأنهم كانوا يكفرون بآيات الله}؛ الدالات
على الحق الموضحة لهم، فلما كفروا بها عاقبهم بغضبه عليهم وبما كانوا
{يقتلون النبيين بغير الحق}؛
وقوله:
{بغير الحق} زيادة شناعة، وإلا فمن المعلوم
أن قتل النبيين لا يكون بحق، لكن لئلا يظن جهلهم وعدم علمهم
{ذلك بما عصوا}؛ بأن ارتكبوا معاصي الله
{وكانوا يعتدون}؛ على عباد الله؛ فإن المعاصي
يجر بعضها بعضاً، فالغفلة ينشأ عنها الذنب الصغير، ثم ينشأ عنه الذنب
الكبير، ثم ينشأ عنها أنواع البدع والكفر وغير ذلك، فنسأل الله العافية من
كل بلاء. واعلم أن الخطاب في هذه الآيات لأمة بني إسرائيل الذين كانوا
موجودين وقت نزول القرآن، وهذه الأفعال المذكورة خوطبوا بها وهي فعل
أسلافهم، ونسبت لهم لفوائد عديدة. منها: أنهم
كانوا يتمدحون، ويزكون أنفسهم، ويزعمون فضلهم على محمد ومن آمن به؛ فبين
الله من أحوال سلفهم التي قد تقررت عندهم ما يبين به لكل واحد منهم أنهم
ليسوا من أهل الصبر، ومكارم الأخلاق، ومعالي الأعمال،
فإذا كانت هذه حالة سلفهم ـ مع أن المظنة أنهم أولى وأرفع حالة ممن بعدهم
ـ فكيف الظن بالمخاطبين! ومنها:
أن نعمة الله على المتقدمين منهم نعمة واصلة إلى المتأخرين، والنعمة على
الآباء نعمة على الأبناء، فخوطبوا بها، لأنها نعم تشملهم وتعمهم.
ومنها:
أن الخطاب لهم بأفعال غيرهم مما يدل على أن الأمة المجتمعة على دين تتكافل
وتتساعد على مصالحها، حتى كأنَّ متقدمهم ومتأخرهم في وقت واحد، وكأن
الحادثَ من بعضهم حادثٌ من الجميع؛ لأن ما يعمله بعضهم من الخير يعود
بمصلحة الجميع، وما يعمله من الشر يعود بضرر الجميع.
ومنها:
أن أفعالهم أكثرها لم ينكروها، والراضي بالمعصية شريك للعاصي، إلى غير ذلك
من الحكم التي لا يعلمها إلا الله.
(61) Maksudnya, dan ingatlah kalian
(wahai Bani Israil), ﴾ إِذۡ قُلۡتُمۡ
﴿ "ketika kamu berkata" kepada Nabi Musa عليه السلام tentang pera-saan
bosan mereka terhadap nikmat-nikmat Allah dan penghinaan mereka
terhadapnya, ﴾
لَن نَّصۡبِرَ عَلَىٰ طَعَامٖ وَٰحِدٖ
﴿ "Kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu
macam makanan saja," maksudnya satu jenis makanan saja walaupun
sebenarnya seperti yang telah lewat bahwa maka-nannya bermacam-macam
namun tidak berubah, ﴾
فَٱدۡعُ لَنَا رَبَّكَ يُخۡرِجۡ لَنَا مِمَّا تُنۢبِتُ ٱلۡأَرۡضُ مِنۢ
بَقۡلِهَا
﴿ "sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Tuhan-mu, agar Dia
mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, berupa
sayur-mayurnya," maksudnya tumbuh-tumbuhannya yang bukan pepohonan yang
tegak di atas kakinya, ﴾
وَقِثَّآئِهَا
﴿ "ketimun-nya," yaitu buah mentimun, ﴾
وَفُومِهَا
﴿ "dan bawangnya," yaitu bawang, baik putih maupun merah yang telah
diketahui. Maka Musa ber-kata kepada mereka, ﴾
أَتَسۡتَبۡدِلُونَ ٱلَّذِي هُوَ أَدۡنَىٰ
﴿ "Apakah kamu meminta yang rendah," yaitu makanan yang disebutkan,
﴾
بِٱلَّذِي هُوَ خَيۡرٌۚ
﴿ "sebagai pengganti yang lebih baik?" Yaitu Manna dan Salwa? Karena
yang ini tidaklah cocok dengan kalian, makanan yang kalian minta itu
terdapat pada suatu kota yang kalian temui dan kalian dapatkan, adapun
makanan yang telah Allah anugerahkan kepada kalian merupakan sebaik-baik
makanan dan semulia-mulianya, maka bagaimana kalian bisa meminta
penggantinya? Dan ketika apa yang terjadi pada mereka itu adalah sebuah
isyarat terbesar tentang sedikitnya kesabaran mereka dan penghi-naan
mereka terhadap perintah-perintah Allah dan nikmat-nikmat-Nya, maka
Allah membalas mereka sesuai dengan perbuatan me-reka seraya berfirman,
﴾
وَضُرِبَتۡ عَلَيۡهِمُ ٱلذِّلَّةُ
﴿ "Lalu ditimpakanlah kepada mereka nista," yang terlihat pada
tubuh-tubuh mereka, ﴾
وَٱلۡمَسۡكَنَةُ
﴿ "dan kehinaan" pada hati mereka, hingga diri mereka tidak lagi mulia
dan tidak pula memiliki cita-cita yang tinggi, akan tetapi jiwa mereka
adalah jiwa yang terhina dan cita-cita mereka adalah cita-cita yang
paling buruk, ﴾
وَبَآءُو بِغَضَبٖ مِّنَ ٱللَّهِۚ
﴿ "serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah," maksudnya, bukan hasil
baik dan kemenangan yang mereka bawa pulang, tetapi mereka pulang dengan
menda-patkan kemurkaan Allah atas mereka, maka sangat jeleklah hasil
mereka itu, dan sangat jeleklah kondisi mereka itu. ﴾
ذَٰلِكَ
﴿ "Hal itu terjadi," maksudnya, yang membuat murka Allah atas mereka,
adalah ﴾
كَانُواْ يَكۡفُرُونَ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ
﴿ "karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah" yang menunjukkan
kepada kebenaran dan yang men-jelaskannya kepada mereka, dan ketika
mereka mengingkarinya, maka Allah menghukum mereka dengan kemurkaanNya
atas mereka, dan juga disebabkan karena mereka ﴾
وَيَقۡتُلُونَ ٱلنَّبِيِّـۧنَ بِغَيۡرِ ٱلۡحَقِّۚ
﴿ "membunuh para Nabi tanpa hak
(alasan yang benar)." FirmanNya, ﴾
بِغَيۡرِ ٱلۡحَقِّۚ
﴿ "tanpa hak (alasan yang benar)" merupakan
tambahan cela-an, dan bila tidak demikian pun, maka sudah dimaklumi
bahwa membunuh para Nabi tidak akan terjadi dengan suatu kebenaran, akan
tetapi hal itu agar kebodohan dan ketidaktahuan mereka tidak
menduga-duga. ﴾
ذَٰلِكَ بِمَا عَصَواْ
﴿ "Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu
berbuat durhaka," dengan berbuat kemaksiatan kepada Allah, ﴾
وَّكَانُواْ يَعۡتَدُونَ ﴿ "dan mereka melampaui batas" terhadap
hamba-hamba Allah, karena kemaksiatan itu sebagiannya akan menarik
sebagian yang lain, kelalaian dapat menimbulkan dosa kecil kemu-dian
tumbuh darinya dosa yang besar kemudian tumbuh lagi dari-nya berbagai
macam bid'ah, kekufuran, dan lain-lainnya. Maka kita memohon kepada Allah
keselamatan dari setiap malapetaka. Ketahuilah, bahwasanya titah dalam
ayat-ayat ini ditujukan kepada umat Bani Israil yang ada saat turunnya
al-Qur`an, dan perbuatan-perbuatan yang disebutkan di atas juga dijelaskan
kepada mereka karena ia adalah perbuatan-perbuatan para pendahulu mereka,
dan disandarkan kepada mereka juga, untuk faidah dan manfaatnya yang
beragam.
Di antaranya:
Bahwasanya mereka meminta untuk dipuji dan disucikan serta mengira bahwa
mereka lebih utama atas Nabi Muhammad ﷺ dan orang-orang yang beriman
kepada beliau ﷺ, kemudian Allah menjelaskan kepada mereka tentang kondisi
para pendahulu mereka yang telah jelas bagi mereka untuk menjelaskan
kepada setiap orang dari mereka bahwasanya mereka itu bukan orang-orang
yang sabar, tidak berakhlak mulia, dan tidak beramal shalih, maka apabila
para pendahulu mereka saja kondisinya se-perti itu -padahal kesan yang ada
bahwa para pendahulu itu lebih utama dan lebih mulia kondisinya daripada
orang-orang yang se-telah mereka- lalu bagaimanakah persepsi untuk Bani
Israil yang mana pesan ayat ini dialamatkan kepada mereka
(sejak ayat ini turun hingga sekarang)? Di antara
faidahnya, bahwasanya nikmat Allah atas orang-orang terdahulu di antara
mereka adalah nikmat yang berkesinam-bungan hingga generasi yang datang
kemudian, nikmat atas para orang tua adalah nikmat atas anak-anak, maka
pesan ayat ini di-arahkan kepada mereka
(yang hidup di zaman Nabi hingga seka-rang),
karena hal itu adalah nikmat-nikmat yang mencakup dan meliputi mereka
juga. Di antaranya adalah, bahwasanya pesan ini untuk mereka dengan
perbuatan-perbuatan selain mereka, di mana hal ini me-nunjukkan bahwa
suatu umat yang berkumpul dalam suatu agama akan saling menanggung dan
saling membantu dalam kemaslahat-an mereka semua, hingga seolah-olah para
pendahulu mereka dan orang-orang yang datang belakangan berada dalam satu
waktu, dan seolah-olah kejadian dari sebagian mereka itu adalah kejadian
dari semuanya; karena kebaikan yang dilakukan oleh sebagian mereka akan
kembali dengan semua kemaslahatan dan kejahatan yang dilakukan oleh
sebagian mereka akan kembali dengan semua kemudaratannya. Dan di antaranya
adalah, bahwasanya perbuatan-perbuatan mereka kebanyakan tidak mereka
ingkari, maka orang yang ridha terhadap suatu kemaksiatan adalah penolong
bagi pelaku kemak-siatan itu, dan lain sebagainya dari hikmah-hikmah yang
tidak kita ketahui, kecuali Allah saja
(yang mengetahuinya).
Kemudian Allah تعالى berfirman sebagai pemutus perkara antara
kelompok-kelompok yang telah diberi kitab suci,
{إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَى
وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَعَمِلَ
صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ
وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (62)}
.
"Sesungguhnya orang-orang Mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani
dan orang-orang Shabi`in; siapa saja di antara mereka yang benar-benar
beriman kepada Allah dan Hari Kemudian serta beramal shalih, mereka akan
menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka,
dan tidak
(pula) mereka bersedih hati."
(Al-Baqarah: 62).
#
{62} وهذا الحكم على أهل الكتاب خاصة،
لأن الصابئين الصحيح:
أنهم من جملة فرق النصارى، فأخبر الله أن المؤمنين من هذه الأمة واليهود
والنصارى والصابئين من آمن بالله [منهم] واليوم
الآخر وصدقوا رسلهم، فإن لهم الأجر العظيم، والأمن، ولا خوف عليهم ولا هم
يحزنون، وأما من كفر منهم بالله ورسله واليوم الآخر، فهو بضد هذه الحال؛
فعليه الخوف والحزن. والصحيح: أن هذا الحكم بين
هذه الطوائف من حيث هم لا بالنسبة إلى الإيمان بمحمد، فإن هذا إخبار عنهم
قبل بعثة محمد، وإن هذا مضمون أحوالهم، وهذه طريقة القرآن إذا وقع في بعض
النفوس ـ عند سياق الآيات ـ بعض الأوهام، فلا بد أن تجد ما يزيل ذلك الوهم؛
لأنه تنزيل من يعلم الأشياء قبل وجودها، ومن رحمته وسعت كل شيء، وذلك ـ
والله أعلم ـ أنه لما ذكر بني إسرائيل وذمهم وذكر معاصيَهم وقبائحهم ربما
وقع في بعض النفوس أنهم كلهم يشملهم الذم، فأراد الباري تعالى أن يبين من
لا يلحقه الذم منهم بوصفه، ولما كان أيضاً ذكر بني إسرائيل خاصة يوهم
الاختصاص بهم، ذكر تعالى حكماً عامًّا يشمل الطوائف كلها؛ ليتضح الحق ويزول
التوهم والإشكال، فسبحان من أودع في كتابه ما يبهر عقول العالمين.
(62) Hukum ini khusus untuk ahli kitab, karena
pada haki-katnya orang-orang shabi`in yang sebenarnya termasuk dari
kelom-pok-kelompok Nasrani. Allah mengabarkan bahwasanya kaum Mukminin
dari umat ini, Yahudi, Nasrani dan orang-orang shabi`in yang beriman
kepada Allah di antara mereka, juga kepada Hari Akhir, dan mempercayai
Rasul-rasul mereka; maka bagi mereka ganjaran yang besar, rasa aman dan
tidak ada kekhawatiran atas mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.
Adapun orang yang kafir di antara mereka kepada Allah, Rasul-rasulNya dan
Hari Akhir, tentu berbeda dengan kondisi yang pertama, maka dia di-timpa
rasa kekhawatiran dan kesedihan. Yang benar adalah bahwasanya hukum ini
adalah antara kelompok-kelompok tersebut menurut latar belakang mereka,
dan bukan menurut keimanan kepada Nabi Muhammad ﷺ. Ini adalah kabar
tentang mereka sebelum diutusnya Nabi Muhammad ﷺ, dan ini adalah kandungan
dari kondisi mereka, dan inilah metode al-Qur`an apabila terjadi pada
beberapa orang -menurut konteks ayat- beberapa kesamaran, maka sudah
seharusnya ada hal yang mampu menghilangkan kesamaran tersebut darinya,
karena al-Qur`an itu diturunkan oleh Tuhan Yang mengetahui sesuatu sebelum
terjadi, dan rahmatNya mencakup segala sesuatu, hal itu -Allah lebih
mengetahui- bahwasanya ketika Allah menyebutkan Bani Israil lalu mencela
mereka, dan Dia mengungkapkan kemak-siatan-kemaksiatan dan
kejahatan-kejahatan mereka akan terjadi kesamaran pada jiwa beberapa orang
yang semuanya termasuk dalam celaan tersebut, maka Allah sang Pencipta
menghendaki untuk menjelaskan orang-orang yang tidak termasuk dalam celaan
tersebut di antara mereka dengan menyebutkan sifatnya, dan juga ketika
Allah menyebutkan Bani Israil secara khusus, maka hal itu membuat
kesamaran akan kekhususan mereka, lalu Allah menye-butkan suatu hukum yang
bersifat umum yang mencakup seluruh kelompok-kelompok, agar jelaslah
kebenaran itu dan hilanglah kesamaran dan kemusykilan tersebut. Mahasuci
Allah yang mene-tapkan dalam kitabNya hal-hal yang membuat akal-akal
makhluk terpana.
Kemudian Allah تعالى menyebutkan kembali hinaan terhadap Bani Israil
karena apa yang telah dilakukan oleh para pendahulu mereka,
{وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَكُمْ وَرَفَعْنَا فَوْقَكُمُ الطُّورَ خُذُوا
مَا آتَيْنَاكُمْ بِقُوَّةٍ وَاذْكُرُوا مَا فِيهِ لَعَلَّكُمْ
تَتَّقُونَ (63) ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ مِنْ
بَعْدِ ذَلِكَ فَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ
لَكُنْتُمْ مِنَ الْخَاسِرِينَ (64)}
"Dan
(ingatlah), ketika Kami mengambil janji
darimu dan Kami angkatkan gunung
(Thursina) di
atasmu
(seraya Kami ber-firman), 'Peganglah
teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan ingatlah selalu apa yang
ada di dalamnya, agar kamu bertak-wa.' Kemudian kamu berpaling setelah
(adanya perjanjian) itu, maka kalau tidak ada
karunia Allah dan rahmatNya atasmu, nis-caya kamu tergolong orang-orang
yang rugi."
(Al-Baqarah: 63-64).
#
{63} أي: واذكروا،
{إذ أخذنا ميثاقكم}؛ وهو العهد الثقيل المؤكد
بالتخويف لهم برفع الطور فوقهم وقيل لهم،
{خذوا ما آتيناكم}؛ من التوراة
{بقوة}؛ أي بجد واجتهاد، وصبر على أوامر الله
{واذكروا ما فيه}؛
أي:
ما في كتابكم بأن تتلوه وتتعلموه
{لعلكم تتقون}؛ عذاب الله وسخطه، أو لتكونوا
من أهل التقوى.
(63) Maksudnya, dan ingatlah kalian, ﴾ وَإِذۡ
أَخَذۡنَا مِيثَٰقَكُمۡ
﴿ "ketika Kami mengambil janji darimu," yakni janji yang kuat lagi
kokoh de-ngan menakut-nakuti mereka dengan mengangkat gunung di atas
mereka, dan dikatakan kepada mereka, ﴾
خُذُواْ مَآ ءَاتَيۡنَٰكُم
﴿ "peganglah apa yang Kami berikan kepadamu" dari Taurat ﴾
بِقُوَّةٖ
﴿ "dengan teguh," yaitu dengan semangat dan usaha yang kuat serta
kesabaran atas perintah-perintah Allah, ﴾
وَٱذۡكُرُواْ مَا فِيهِ
﴿ "dan ingatlah selalu apa yang ada di dalamnya," yaitu apa yang ada di
dalam kitab suci kalian de-ngan cara membaca dan mempelajarinya, ﴾
لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ ﴿ "agar kamu bertakwa" pada azab Allah dan murkaNya
atau agar kalian menjadi golongan orang-orang yang bertakwa.
#
{64} فبعد هذا التأكيد البليغ
{توليتم}؛ وأعرضتم وكان ذلك موجباً لأن يحل
بكم أعظم العقوبات ولكن
{لولا فضل الله عليكم ورحمته لكنتم من الخاسرين}.
(64) Dan setelah penegasan yang kuat ini, ﴾
تَوَلَّيۡتُم
﴿ "kemudian kamu berpaling" dan kalian meninggalkan hal itu, padahal ia
meng-akibatkan kalian tertimpa hukuman yang paling berat, akan tetapi
﴾
فَلَوۡلَا فَضۡلُ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ وَرَحۡمَتُهُۥ لَكُنتُم مِّنَ
ٱلۡخَٰسِرِينَ ﴿ "kalau tidak ada karunia Allah dan rahmatNya atasmu,
niscaya kamu tergolong orang-orang yang rugi."
{وَلَقَدْ عَلِمْتُمُ الَّذِينَ اعْتَدَوْا مِنْكُمْ فِي السَّبْتِ
فَقُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ
(65) فَجَعَلْنَاهَا نَكَالًا لِمَا بَيْنَ
يَدَيْهَا وَمَا خَلْفَهَا وَمَوْعِظَةً لِلْمُتَّقِينَ
(66)}
.
"Dan sungguh telah kamu ketahui orang-orang yang melang-gar di antaramu
pada hari Sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka, 'Jadilah kamu kera
yang hina.' Maka Kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi
orang-orang di masa itu, dan bagi mereka yang datang kemudian, serta
menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa."
(Al-Baqarah: 65-66).
#
{65} أي: ولقد تقرر عندكم حالةُ،
{الذين اعتدوا منكم في السبت}؛
وهم الذين ذكر الله قصتهم مبسوطة في سورة الأعراف في قوله:
{واسألهم عن القرية التي كانت حاضرة البحر إذ يعدون في السبت ...
}
الآيات؛ فأوجب لهم هذا الذنب العظيم أن غضب الله عليهم، وجعلهم
{قردة خاسئين}؛ حقيرين ذليلين،
وجعل الله هذه العقوبة:
(65) Maksudnya, sungguh telah jelas bagi kalian
sebuah kondisi, ﴾ ٱلَّذِينَ ٱعۡتَدَوۡاْ مِنكُمۡ فِي ٱلسَّبۡتِ
﴿ "orang-orang yang melanggar di antara-mu pada hari Sabtu," dan mereka
itulah yang disebutkan oleh Allah tentang kisah mereka secara terbuka
dalam surat al-A'raf dalam FirmanNya, ﴾
وَسۡـَٔلۡهُمۡ عَنِ ٱلۡقَرۡيَةِ ٱلَّتِي كَانَتۡ حَاضِرَةَ ٱلۡبَحۡرِ إِذۡ
يَعۡدُونَ فِي ٱلسَّبۡتِ
﴿ "Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di
dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu."
(Al-A'raf: 163). Lalu
dosa besar itu berkonsekuensi mendatangkan murka Allah atas mereka dan
Allah menjadikan mereka, ﴾
قِرَدَةً خَٰسِـِٔينَ ﴿ "kera yang hina" dina dan tercela, dan Allah
menjadikan hukuman ini,
#
{66}
{نكالاً لما بين يديها}؛
أي:
لمن حضرها من الأمم، وبلغه خبرها ممن هو في وقتهم
{وما خلفها}؛ أي:
من بعدها فتقوم على العباد حجة الله، وليرتدعوا عن معاصيه، ولكنها لا تكون
موعظة نافعة إلا للمتقين، وأما من عداهم فلا ينتفعون بالآيات.
(66) ﴾ نَكَٰلٗا لِّمَا بَيۡنَ يَدَيۡهَا
﴿ "peringatan bagi orang-orang di masa itu," yaitu bagi orang yang ada
di antara umat-umat itu, dan sampai kabar tentang mereka kepadanya di
antara orang yang ada pada masa itu, ﴾
وَمَا خَلۡفَهَا ﴿ "dan bagi mereka yang datang kemudian," mak-sudnya,
orang yang setelahnya, hingga tegaklah hujjah Allah atas hamba-hambaNya,
dan agar mereka menghindari kemaksiatan kepadaNya, akan tetapi hal ini
bukanlah merupakan suatu nasihat yang berguna kecuali bagi orang-orang
yang bertakwa. Adapun orang-orang yang selain mereka, maka mereka tidak
mengambil manfaat dari ayat-ayat tersebut.
{وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ
تَذْبَحُوا بَقَرَةً قَالُوا أَتَتَّخِذُنَا هُزُوًا قَالَ أَعُوذُ
بِاللَّهِ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْجَاهِلِينَ
(67) قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّنْ
لَنَا مَا هِيَ قَالَ إِنَّهُ يَقُولُ إِنَّهَا بَقَرَةٌ لَا فَارِضٌ
وَلَا بِكْرٌ عَوَانٌ بَيْنَ ذَلِكَ فَافْعَلُوا مَا تُؤْمَرُونَ
(68) قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّنْ
لَنَا مَا لَوْنُهَا قَالَ إِنَّهُ يَقُولُ إِنَّهَا بَقَرَةٌ صَفْرَاءُ
فَاقِعٌ لَوْنُهَا تَسُرُّ النَّاظِرِينَ
(69) قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّنْ
لَنَا مَا هِيَ إِنَّ الْبَقَرَ تَشَابَهَ عَلَيْنَا وَإِنَّا إِنْ شَاءَ
اللَّهُ لَمُهْتَدُونَ (70) قَالَ إِنَّهُ
يَقُولُ إِنَّهَا بَقَرَةٌ لَا ذَلُولٌ تُثِيرُ الْأَرْضَ وَلَا تَسْقِي
الْحَرْثَ مُسَلَّمَةٌ لَا شِيَةَ فِيهَا قَالُوا الْآنَ جِئْتَ
بِالْحَقِّ فَذَبَحُوهَا وَمَا كَادُوا يَفْعَلُونَ
(71) وَإِذْ قَتَلْتُمْ نَفْسًا فَادَّارَأْتُمْ
فِيهَا وَاللَّهُ مُخْرِجٌ مَا كُنْتُمْ تَكْتُمُونَ
(72) فَقُلْنَا اضْرِبُوهُ بِبَعْضِهَا كَذَلِكَ
يُحْيِ اللَّهُ الْمَوْتَى وَيُرِيكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
(73) ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُمْ مِنْ بَعْدِ
ذَلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً وَإِنَّ مِنَ
الْحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ الْأَنْهَارُ وَإِنَّ مِنْهَا
لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَاءُ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا
يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا
تَعْمَلُونَ (74)}
.
"Dan
(ingatlah), ketika Musa berkata kepada
kaumnya, 'Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi
betina.' Mereka berkata, 'Apakah kamu hendak menjadikan kami bahan
ejekan?' Musa menjawab, 'Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi
salah seorang dari orang-orang yang jahil.' Mereka menjawab, 'Mohonkanlah
kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia menerangkan kepada kami, sapi betina
apakah itu.' Musa menjawab, 'Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi
betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan
antara itu; maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu.' Mereka
berkata, 'Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan
kepada kami apa warnanya.' Musa menjawab, 'Sesungguhnya Allah berfirman
bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang kuning tua
warnanya, lagi menyenang-kan orang-orang yang memandangnya.' Mereka
berkata, 'Mohon-kanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan
kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sesungguhnya sapi
itu
(masih) samar bagi kami dan sesungguhnya kami
insya Allah akan mendapat petunjuk
(untuk memperoleh sapi itu).' Musa berkata,
'Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina
yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk
mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya.' Mereka berkata,
'Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya.'
Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksana-kan
perintah itu. Dan
(ingatlah), ketika kamu membunuh
seorang manusia lalu kamu saling tuduh menuduh tentang itu. Dan Allah
hendak menyingkapkan apa yang selama ini kamu sembunyikan. Lalu Kami
berfirman, 'Pukullah mayat itu dengan sebagian ang-gota sapi betina itu!'
Demikianlah Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati, dan
memperlihatkan padamu tanda-tanda kekuasaanNya agar kamu mengerti.
Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, atau lebih keras
lagi. Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir
sungai-sungai dari padanya dan di antaranya sungguh ada yang terbelah lalu
keluarlah mata air dari padanya dan di antaranya sungguh ada yang meluncur
jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-sekali tidak lengah
dari apa yang kamu kerjakan."
(Al-Baqarah: 67-74).
#
{67} أي: واذكروا ما جرى لكم مع موسى حين
قتلتم قتيلاً؛ فادّارَأْتم فيه، أي: تدافعتم
واختلفتم في قاتله حتى تفاقم الأمر بينكم، وكاد ـ لولا تبيين الله لكم ـ
يحدث بينكم شر كبير،
فقال لكم موسى في تبيين القاتل:
اذبحوا بقرة، وكان من الواجب المبادرة إلى امتثال أمره وعدم الاعتراض
عليه، ولكنهم أبوا إلا الاعتراض فقالوا:
{أتتخذنا هزواً}؛
فقال نبي الله:
{أعوذ بالله أن أكون من الجاهلين}؛ فإن
الجاهل هو الذي يتكلم بالكلام الذي لا فائدة فيه وهو الذي يستهزئ بالناس،
وأما العاقل فيرى أن من أكبر العيوب المزرية بالدين والعقل استهزاءه بمن هو
آدمي مثله.
وإن كان قد فضل عليه فتفضيله يقتضي منه الشكر لربه والرحمة لعباده:
فلما قال لهم موسى ذلك علموا أن ذلك صدق، فقالوا:
(67) Maksudnya, dan ingatlah kalian apa yang
terjadi pada kalian bersama Musa عليه السلام ketika kalian membunuh
seseorang lalu kalian saling tuduh menuduh tentang itu, maksudnya, kalian
saling mengingkari dan saling berselisih tentang pembunuhnya hingga
perkara itu menjadi rumit di antara kalian, dan hampir saja -sekiranya
Allah tidak menjelaskannya untuk kalian- terjadi suatu keburukan yang
dahsyat di antara kalian. Lalu Nabi Musa عليه السلام ber-kata kepada
kalian untuk mengungkap pelaku pembunuhannya, "Kalian sembelihlah seekor
sapi," dan yang wajib adalah bersegera dalam menaati perintahnya tanpa ada
sanggahan atasnya. Akan tetapi mereka enggan melakukannya kecuali dengan
memberikan sanggahan seraya mereka berkata, ﴾ أَتَتَّخِذُنَا هُزُوٗاۖ
﴿ "Apakah kamu hendak menjadikan kami bahan ejekan?" Nabi Allah Musa
menjawab, ﴾
أَعُوذُ بِٱللَّهِ أَنۡ أَكُونَ مِنَ ٱلۡجَٰهِلِينَ ﴿ "Aku berlindung kepada
Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil,"
karena orang yang jahil itu ada-lah orang yang berbicara dengan perkataan
yang tidak ada guna-nya dan orang bodoh seperti itulah yang mengejek
orang. Adapun orang yang berakal, maka pastilah dia akan meya-kini bahwa
sebesar-besarnya aib yang mengurangi derajat agama dan akal, adalah
olok-olokannya terhadap orang yang mana dia adalah sama manusianya seperti
dirinya, walaupun
(memang) dia lebih utama daripada orang yang
dihinanya, karena keutamaan itu menuntutnya bersyukur kepada Allah dan
berlaku kasih sayang terhadap sesama makhluk. Dan ketika Nabi Musa عليه
السلام mengata-kan hal itu kepada mereka, maka mereka mengetahui bahwa itu
benar, lalu mereka berkata,
#
{68}
{ادع لنا ربك يبين لنا ما هي}؛ أي ما سنُّها
{قال إنه يقول إنها بقرة لا فارض}؛
أي:
كبيرة، {ولا بكر}؛
أي:
صغيرة،
{عوان بين ذلك فافعلوا ما تؤمرون}؛ واتركوا
التشديد والتعنت.
(68) ﴾ ٱدۡعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّن لَّنَا مَا
هِيَۚ
﴿ "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia menerangkan kepada
kami; sapi betina apakah itu?" Yakni, berapa umurnya? ﴾
قَالَ إِنَّهُۥ يَقُولُ إِنَّهَا بَقَرَةٞ لَّا فَارِضٞ
﴿ "Musa menjawab, 'Sesung-guhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu
adalah sapi betina yang tidak tua'," yakni tidak terlalu dewasa, besar,
﴾
وَلَا بِكۡرٌ عَوَانُۢ
﴿ "dan tidak muda," yakni, bukan yang masih kecil, ﴾
عَوَانُۢ بَيۡنَ ذَٰلِكَۖ فَٱفۡعَلُواْ مَا تُؤۡمَرُونَ ﴿ "pertengahan
antara itu; maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepa-damu," dan
tinggalkanlah bersikap keras dan berlebih-lebihan.
#
{69}
{قالوا ادع لنا ربك يبين لنا ما لونها قال إنه يقول إنها بقرة صفراء
فاقع لونها}؛ أي: شديد،
{تسر الناظرين}؛ من حسنها.
(69) ﴾ قَالُواْ ٱدۡعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّن
لَّنَا مَا لَوۡنُهَاۚ قَالَ إِنَّهُۥ يَقُولُ إِنَّهَا بَقَرَةٞ صَفۡرَآءُ
فَاقِعٞ لَّوۡنُهَا
﴿ "Mereka berkata, 'Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia
menerangkan kepada kami apa warnanya.' Musa menjawab, 'Sesungguh-nya
Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning,
yang kuning tua warnanya'." yakni yang sangat, ﴾
تَسُرُّ ٱلنَّٰظِرِينَ ﴿ "lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya,"
karena bagusnya.
#
{70}
{قالوا ادع لنا ربك يبين لنا ما هي إن البقر تشابه علينا}؛ فلم نهتد إلى ما تريد،
{وإنا إن شاء الله لمهتدون}.
(70) ﴾ قَالُواْ ٱدۡعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّن
لَّنَا مَا هِيَ إِنَّ ٱلۡبَقَرَ تَشَٰبَهَ عَلَيۡنَا
﴿ "Mereka berkata, 'Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia
menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sapi
itu (masih) samar bagi kami'." Artinya, kami
belum paham apa yang kamu inginkan, ﴾
وَإِنَّآ إِن شَآءَ ٱللَّهُ لَمُهۡتَدُونَ ﴿ "dan sesungguhnya kami insya
Allah akan mendapat petunjuk
(untuk memperoleh sapi itu)."
#
{71}
{قال إنه يقول إنها بقرة لا ذلول}؛
أي:
مذللة بالعمل {تثير الأرض}؛ بالحراثة
{ولا تسقي الحرث}؛
أي:
ليست بسانية، {مسلمة}؛ من العيوب أو من العمل
{لا شية فيها}؛ أي:
لا لون فيها غير لونها الموصوف المتقدم،
{قالوا الآن جئت بالحق}؛
أي:
بالبيان الواضح، وهذا من جهلهم، وإلا فقد جاءهم بالحق أول مرة، فلو أنهم
اعترضوا أيَّ بقرة لحصل المقصود، ولكنهم شددوا بكثرة الأسئلة؛ فشدد الله
عليهم، ولو لم يقولوا إن شاء الله لم يهتدوا أيضاً إليها،
{فذبحوها}؛ أي:
البقرة التي وصفت بتلك الصفات،
{وما كادوا يفعلون}؛ بسبب التعنت الذي جرى
منهم.
(71) ﴾ قَالَ إِنَّهُۥ يَقُولُ إِنَّهَا بَقَرَةٞ
لَّا ذَلُولٞ
﴿ "Musa berkata, 'Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu
adalah sapi betina yang belum pernah dipakai'." Yakni belum pernah
dimanfaatkan untuk bekerja, baik ﴾
تُثِيرُ ٱلۡأَرۡضَ
﴿ "membajak tanah" dengan bercocok tanam, ﴾
وَلَا تَسۡقِي ٱلۡحَرۡثَ
﴿ "dan tidak pula untuk mengairi tanaman," yakni, bukan dari hewan
untuk bekerja, ﴾
مُسَلَّمَةٞ
﴿ "tidak bercacat" dari aib atau dari bekerja, dan ﴾
لَّا شِيَةَ فِيهَاۚ
﴿ "tidak ada belangnya," yakni tidak ada warna padanya selain warna
yang telah disebutkan sebelumnya. ﴾
قَالُواْ ٱلۡـَٰٔنَ جِئۡتَ بِٱلۡحَقِّۚ
﴿ "Mereka berkata, 'Sekarang barulah kamu me-nerangkan hakikat sapi
betina yang sebenarnya'." Yakni dengan penje-lasan yang sempurna, dan
ini merupakan kejahilan mereka, kalau tidak demikian, niscaya dia telah
membawakan mereka suatu ke-benaran sejak semula. Sekiranya mereka tidak
menyanggah sapi yang mana niscaya terlaksanalah yang dimaksud dengan
sapi apa saja, akan tetapi mereka ngeyel dengan memperbanyak pertanyaan,
maka Allah memperlakukan mereka juga dengan keras, dan sekiranya mereka
tidak mengatakan insya Allah, niscaya mereka pun tidak akan di-bimbing
untuk mendapatkannya. ﴾
فَذَبَحُوهَا
﴿ "Kemudian mereka me-nyembelihnya," yaitu sapi yang telah dijelaskan
dengan sifat-sifat tersebut, ﴾
وَمَا كَادُواْ يَفۡعَلُونَ ﴿ "dan hampir saja mereka tidak melaksanakan
perintah itu" disebabkan sikap keras kepala yang terjadi dari mereka.
#
{72 ـ 73} فلما ذبحوها قلنا لهم اضربوا
القتيل ببعضها، أي: بعضو منها إما بعضو معين أو أي
عضو منها فليس في تعيينه فائدة؛ فضربوه ببعضها؛ فأحياه الله، وأخرج ما
كانوا يكتمون؛ فأخبر بقاتله، وكان في إحيائه ـ وهم يشاهدون ـ ما يدل على
إحياء الله الموتى، لعلكم تعقلون؛ فتنزجرون عن ما يضركم.
(72-73) Dan ketika mereka menyembelihnya, Kami
ber-kata kepada mereka; pukullah yang terbunuh itu dengan sebagian dari
sembelihan tersebut, maksudnya dengan salah satu organ tubuhnya, organ
tertentu ataupun organ mana saja darinya, karena dalam penentuannya juga
tidak ada gunanya. Lalu mereka memu-kulnya dengan sebagiannya kemudian
Allah menghidupkannya kembali, dan mengemukakan apa yang mereka
sembunyikan, lalu Allah mengabarkan tentang pelaku pembunuhan, dan dalam
tindakan Allah menghidupkannya -sedang mereka menyaksikan- adalah suatu
dalil bahwa Allah itu menghidupkan yang mati agar kalian berpikir hingga
kalian menghindari segala yang memuda-ratkan diri kalian.
#
{74}
{ثم قست قلوبكم}؛
أي:
اشتدت وغلظت فلم تؤثر فيها الموعظة
{من بعد ذلك}؛ أي:
من بعد ما أنعم الله عليكم بالنعم العظيمة وأراكم الآيات، ولم يكن ينبغي أن
تقسو قلوبكم لأن ما شاهدتم مما يوجب رقة القلب وانقياده، ثم وصف قسوتها
بأنها
{كالحجارة} التي هي أشد قسوة من الحديد، لأن
الحديد؛ والرصاص إذا أذيب في النار ذاب بخلاف الأحجار،
وقوله:
{أو أشد قسوة}؛ أي:
أنها لا تقصر عن قساوة الأحجار، وليست
«أو» بمعنى بل.
ثم ذكر فضيلة الأحجار على قلوبهم فقال:
{وإن من الحجارة لما يتفجر منه الأنهار وإن منها لما يشقق فيخرج منه
الماء وإن منها لما يهبط من خشية الله}، فبهذه الأمور فَضَلَتْ قلوبَكم.
ثم توعدهم تعالى أشد الوعيد فقال:
{وما الله بغافل عمَّا تعملون}، بل هو عالم
بها حافظ لصغيرها وكبيرها، وسيجازيكم على ذلك أتم الجزاء وأوفاه. واعلم أن
كثيراً من المفسرين رحمهم الله قد أكثروا في حشو تفاسيرهم من قصص بني
إسرائيل، ونزَّلوا عليها الآيات القرآنية، وجعلوها تفسيراً لكتاب الله،
محتجين بقوله - صلى الله عليه وسلم -:
«حدثوا عن بني إسرائيل ولا حرج». والذي أرى أنه
وإن جاز نقل أحاديثهم على وجه تكون مفردة غير مقرونة ولا منزلة على كتاب
الله، فإنه لا يجوز جعلها تفسيراً لكتاب الله قطعاً إذا لم تصح عن رسول
الله - صلى الله عليه وسلم -، وذلك أن مرتبتها كما قال - صلى الله عليه
وسلم -: «لا تصدقوا أهل الكتاب ولا تكذبوهم» ،
فإذا كانت مرتبتها أن تكون مشكوكاً فيها، وكان من المعلوم بالضرورة من دين
الإسلام أن القرآن يجب الإيمان به والقطع بألفاظه ومعانيه، فلا يجوز أن
تجعل تلك القصص المنقولة بالروايات المجهولة التي يغلب على الظن كذبها، أو
كذب أكثرها معاني لكتاب الله مقطوعاً بها، ولا يستريب بهذا أحد، ولكن بسبب
الغفلة عن هذا حصل ما حصل، والله الموفق.
(74) ﴾ ثُمَّ قَسَتۡ قُلُوبُكُم
﴿ "Kemudian hatimu menjadi keras," maksud-nya mengeras dan menebal
hingga nasihat tidak mampu berpe-ngaruh padanya ﴾
مِّنۢ بَعۡدِ ذَٰلِكَ
﴿ "setelah itu," maksudnya, setelah Allah memberikan nikmat atas kalian
dengan nikmat-nikmat yang besar dan memperlihatkan kepada kalian
ayat-ayatNya, dan seharusnya tidaklah patut hati-hati kalian menjadi
keras, karena apa yang kalian saksikan sendiri seharusnya menimbulkan
kelembutan hati dan ketundukannya. Kemudian Allah menerangkan tentang
kekerasan hati mereka yaitu bahwasanya ia, ﴾
كَٱلۡحِجَارَةِ
﴿ "seperti batu" daripada besi, karena besi dan timah apabila dibakar
dalam api, niscaya akan meleleh, berbeda dengan batu. Dan FirmanNya,
﴾
أَوۡ أَشَدُّ قَسۡوَةٗۚ
﴿ "Atau lebih keras lagi," maksudnya bahwa ia tidaklah terbatas hanya
sekeras batu, dan أَوْ (atau) di sini tidaklah
bermakna بَلْ (bahkan). Kemudian Allah
menyebutkan tentang keutamaan batu atas hati mereka seraya berfirman,
﴾
وَإِنَّ مِنَ ٱلۡحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنۡهُ ٱلۡأَنۡهَٰرُۚ وَإِنَّ
مِنۡهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخۡرُجُ مِنۡهُ ٱلۡمَآءُۚ وَإِنَّ مِنۡهَا
لَمَا يَهۡبِطُ مِنۡ خَشۡيَةِ ٱللَّهِۗ
﴿ "Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir
sungai-sungai dari padanya dan di antara-nya sungguh ada yang terbelah
lalu keluarlah mata air dari padanya dan di antaranya sungguh ada yang
meluncur jatuh, karena takut kepada Allah." Maka dengan sifat-sifat itu,
batu itu melebihi keutamaan hati mereka. Kemudian Allah تعالى mengancam
mereka dengan ancaman yang paling keras seraya berfirman, ﴾
وَمَا ٱللَّهُ بِغَٰفِلٍ عَمَّا تَعۡمَلُونَ ﴿ "Dan Allah sekali-sekali
tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan," bahkan Allah sangat
mengetahuinya, menghafalnya, baik kecil maupun besar, dan kalian akan
diberi balasan atas perbuatan kalian dengan balasan yang paling sempurna
dan paling penuh. Ketahuilah bahwasanya kebanyakan para ahli tafsir
telah memperbanyak penyisipan cerita-cerita Bani Israil dalam tafsir
mereka, dan memaknai ayat-ayat al-Qur`an menurut cerita-cerita tersebut,
mereka menjadikan cerita-cerita tersebut sebagai tafsir bagi kitabullah
dengan dalih sabda Nabi ﷺ, حَدِّثُوْا عَنْ بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ وَلَا
حَرَجَ. "Sampaikanlah dari Bani Israil dan tidak masalah."
[7]
Dan menurut hemat saya adalah bahwasanya bila pun boleh meriwayatkan
cerita-cerita mereka adalah dalam bentuk dialo-kasikan tersendiri tanpa
dikaitkan dan tidak pula menjadi makna dasar atas kitabullah, karena
sesungguhnya menjadikannya seba-gai tafsir bagi kitabullah tidaklah boleh
sama sekali apabila tidak shahih kabarnya dari Rasulullah ﷺ, hal tersebut
dikarenakan bahwa derajat cerita-cerita tersebut adalah seperti sabda
beliau ﷺ, لَا تُصَدِّقُوْا أَهْلَ الْكِتَابِ وَلَا تُكَذِّبُوْهُمْ.
"Janganlah kalian membenarkan ahli Kitab dan jangan pula
men-dustakannya."
[8] Apabila derajatnya diragukan,
dan suatu hal yang pasti dike-tahui dalam agama Islam bahwasanya al-Qur`an
itu wajib diimani dengan keyakinan bulat, baik kata-katanya maupun
makna-makna-nya, oleh karena itu tidak boleh menjadikan cerita-cerita
tersebut yang diriwayatkan secara majhul
(tidak diketahui) yang kemung-kinan besar menurut
akal adalah cerita dusta atau mayoritasnya adalah dusta, sebagai
makna-makna al-Qur`an sebagai suatu yang pasti dan tidak ada seorang pun
yang meragukannya, akan tetapi karena kelalaian terhadap hal ini akhirnya
terjadilah apa yang ter-jadi. Hanya Allah sajalah Dzat yang membimbing.
{أَفَتَطْمَعُونَ أَنْ يُؤْمِنُوا لَكُمْ وَقَدْ كَانَ فَرِيقٌ مِنْهُمْ
يَسْمَعُونَ كَلَامَ اللَّهِ ثُمَّ يُحَرِّفُونَهُ مِنْ بَعْدِ مَا
عَقَلُوهُ وَهُمْ يَعْلَمُونَ (75) وَإِذَا
لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَا بَعْضُهُمْ
إِلَى بَعْضٍ قَالُوا أَتُحَدِّثُونَهُمْ بِمَا فَتَحَ اللَّهُ
عَلَيْكُمْ لِيُحَاجُّوكُمْ بِهِ عِنْدَ رَبِّكُمْ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
(76) أَوَلَا يَعْلَمُونَ أَنَّ اللَّهَ
يَعْلَمُ مَا يُسِرُّونَ وَمَا يُعْلِنُونَ
(77) وَمِنْهُمْ أُمِّيُّونَ لَا يَعْلَمُونَ
الْكِتَابَ إِلَّا أَمَانِيَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَظُنُّونَ
(78)}
.
"Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal
segolongan dari mereka mendengar Firman Allah, lalu mereka mengubahnya
setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui? Dan apabila mereka
berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka berkata,' Kami pun telah
ber-iman,' tetapi apabila mereka berada sesama mereka saja, mereka
berkata, 'Apakah kamu menceritakan kepada mereka
(orang-orang Mukmin) apa yang telah diterangkan
Allah kepadamu, supaya de-ngan demikian mereka dapat mengalahkan hujjahmu
di hadapan Tuhanmu; tidakkah kamu mengerti?' Tidakkah mereka mengeta-hui
bahwa Allah mengetahui segala yang mereka sembunyikan dan segala yang
mereka nyatakan? Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak
mengetahui al-Kitab
(Taurat), kecuali dongengan
bohong belaka dan mereka hanya menduga-duga."
(Al-Baqarah: 75-78).
#
{75} هذا قطع لأطماع المؤمنين من إيمان أهل
الكتاب؛ أي فلا تطمعوا في إيمانهم، وأخلاقهم لا تقتضي الطمع فيهم؛ فإنهم
كانوا يحرفون كلام الله من بعد ما عقلوه وعلموه، فيضعون له معانيَ ما
أرادها الله؛ ليوهموا الناس أنها من عند الله، وما هي من عند الله، فإذا
كانت حالهم في كتابهم الذي يرونه شرفهم ودينهم يصدون به الناس عن سبيل
الله، فكيف يرجى منهم إيمان لكم؟! فهذا من أبعد الأشياء.
(75) Ayat ini adalah sebuah pemupusan akan harapan
kaum Mukminin dari keimanan ahli kitab. Yakni janganlah kalian terlalu
berharap mereka akan beriman, sedangkan akhlak mereka tidak mendukung
harapan kalian terhadap mereka, karena mereka dahulu merubah kalam Allah
setelah mereka memahami dan me-ngetahuinya, lalu mereka membuat suatu
makna yang tidak Allah kehendaki untuk menipu manusia bahwasanya
makna-makna itu datangnya dari sisi Allah padahal itu bukanlah dari sisi
Allah. Jika perilaku mereka terhadap kitab mereka sendiri -yang mana
mereka meyakininya sebagai kemuliaan bagi mereka dan agama mereka-, mereka
menghalangi manusia dari jalan Allah dengan kitab itu, maka bagaimana
mungkin mereka diharapkan percaya kepada kalian? Hal ini adalah perkara
yang paling mustahil.
#
{76} ثم ذكر حال منافقي أهل الكتاب،
فقال:
{وإذا لقوا الذين آمنوا قالوا آمنا}، فأظهروا
لهم الإيمان قولاً بألسنتهم ما ليس في قلوبهم،
{وإذا خلا بعضهم إلى بعض}؛
فلم يكن عندهم أحد من غير أهل دينهم قال بعضهم لبعض:
{أتحدثونهم بما فتح الله عليكم}؛
أي:
أتظهرون لهم الإيمان وتخبرونهم أنكم مثلهم؟ فيكون ذلك حجة لهم عليكم،
يقولون إنهم قد أقروا بأن ما نحن عليه حق وما هم عليه باطل، فيحتجون عليكم
بذلك عند ربكم {أفلا تعقلون}؛
أي:
أفلا يكون لكم عقل فتتركون ما هو حجة عليكم؟
(76) Kemudian Allah menyebutkan tentang kisah kaum
munafik ahli kitab seraya berfirman, ﴾ وَإِذَا لَقُواْ ٱلَّذِينَ
ءَامَنُواْ قَالُوٓاْ ءَامَنَّا
﴿ "Dan apabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka
berkata, 'Kami pun telah beriman'." Mereka menampakkan keimanan mereka
secara lisan kepada kaum Muslimin yang tidak ada dalam hati mereka,
﴾
وَإِذَا خَلَا بَعۡضُهُمۡ إِلَىٰ بَعۡضٖ
﴿ "tetapi apabila mereka berada sesama mereka saja" di sisi mereka
tidak ada seorang pun selain dari pe-meluk agama mereka, maka berkatalah
sebagian mereka kepada sebagian lain, ﴾
أَتُحَدِّثُونَهُم بِمَا فَتَحَ ٱللَّهُ عَلَيۡكُمۡ
﴿ "Apakah kamu menceritakan kepada mereka
(orang-orang Mukmin) apa yang telah diterangkan
Allah kepadamu?" Yakni, apakah kalian menampakkan keimanan kalian kepada
kaum Muslimin dan kalian kabarkan bahwasanya kalian itu sama seperti
mereka? Hingga hal itu menjadi hujjah yang mem-bela mereka yang justru
memberatkan kalian. Mereka berkata bahwasanya mereka telah mengakui
bahwa apa yang kami jadikan pedoman adalah benar dan apa yang mereka
jadikan pedoman adalah batil, lalu mereka berhujjah terhadap kalian
dengan hal itu pada sisi Rabb kalian, ﴾
أَفَلَا تَعۡقِلُونَ ﴿ "tidakkah kamu mengerti?" Mak-sudnya, tidakkah
kalian memiliki pikiran hingga kalian mening-galkan hal-hal yang menjadi
hujjah melawan kalian?
#
{77} هذا يقوله بعضهم لبعض:
{أو لا يعلمون أن الله يعلم ما يسرون وما يعلنون}، فهم وإن أسروا ما يعتقدونه فيما بينهم، وزعموا أنهم بإسرارهم لا يتطرق
عليهم حجة للمؤمنين؛ فإن هذا غلط منهم وجهل كبير؛ فإن الله يعلم سرهم
وعلنهم؛ فيظهر لعباده ما هم عليه.
(77) Ini adalah perkataan sebagian mereka kepada
sebagian yang lain. ﴾ أَوَلَا يَعۡلَمُونَ أَنَّ ٱللَّهَ يَعۡلَمُ مَا
يُسِرُّونَ وَمَا يُعۡلِنُونَ ﴿ "Tidakkah mereka me-ngetahui bahwa Allah
mengetahui segala yang mereka sembunyikan dan segala yang mereka
nyatakan?" Mereka itu walaupun menyembu-nyikan apa yang mereka yakini di
antara mereka saja, dan mereka mengira bahwasanya dengan tindakan
menyembunyikan itu tidak ada jalan bagi kaum Mukminin berhujjah atas
mereka, maka se-sungguhnya hal itu adalah suatu kesalahan dan kebodohan
yang besar dari mereka, karena Allah mengetahui yang rahasia dan yang
terang-terangan dari mereka, lalu Allah menampakkan keadaan mereka kepada
hamba-hambaNya.
#
{78}
{ومنهم}؛ أي: من أهل
الكتاب {أميون}؛ أي:
عوام، وليسوا من أهل العلم
{لا يعلمون الكتاب إلا أماني}؛
أي:
ليس لهم حظ من كتاب الله إلا التلاوة فقط، وليس عندهم خبر بما عند الأولين
الذين يعلمون حق المعرفة حالهم، وهؤلاء إنما معهم ظنون وتقاليد لأهل العلم
منهم. فذكر في هذه الآيات علماءهم وعوامهم ومنافقيهم ومن لم ينافق منهم،
فالعلماء منهم متمسكون بما هم عليه من الضلال، والعوام مقلدون لهم، لا
بصيرة عندهم؛ فلا مطمع لكم في الطائفتين.
(78) ﴾ وَمِنۡهُمۡ
﴿ "Dan di antara mereka," yakni, di antara ahli kitab, ﴾
أُمِّيُّونَ
﴿ "ada yang buta huruf," maksudnya yang awam, tidak mengerti apa-apa
dan bukan dari orang yang berilmu,﴾
لَا يَعۡلَمُونَ ٱلۡكِتَٰبَ إِلَّآ أَمَانِيَّ ﴿ "mereka tidak mengetahui
al-Kitab
(Taurat), kecuali do-ngengan bohong
belaka," maksudnya, mereka tidak memiliki bagian dari kitabullah selain
dari membaca saja, dan mereka juga tidak memiliki kabar tentang apa yang
orang-orang terdahulu ketahui dengan sebenar-benar pengetahuan akan
keadaan mereka, mereka hanyalah memiliki dugaan-dugaan semata dan
taklid-taklid kepada orang yang berilmu di antara mereka. Lalu Allah
menyebutkan dalam ayat-ayat ini tentang ulama-ulama, orang-orang awam, dan
orang-orang munafik mereka serta orang-orang yang tidak munafik di antara
mereka. Di antara ulama mereka ada yang berpegang teguh dengan pedoman
kese-satan, dan orang-orang awam bertaklid kepada mereka, tidak ada
bashirah dalam diri mereka, maka tidak ada harapan bagi kalian
(hai orang-orang Mukmin) dari kedua kelompok
tersebut.
{فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ يَكْتُبُونَ الْكِتَابَ بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ
يَقُولُونَ هَذَا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ لِيَشْتَرُوا بِهِ ثَمَنًا
قَلِيلًا فَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ وَوَيْلٌ لَهُمْ
مِمَّا يَكْسِبُونَ (79)}
.
"Maka kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang menulis al-Kitab dengan
tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya, 'Ini dari Allah',
(dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang
sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat
apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi
mereka, akibat apa yang mereka kerja-kan."
(Al-Baqarah: 79).
#
{79} توعد تعالى المحرفين للكتاب الذين
يقولون لتحريفهم وما يكتبون
{هذا من عند الله}، وهذا فيه إظهار الباطل
وكتم الحق، وإنما فعلوا ذلك مع علمهم،
{ليشتروا به ثمناً قليلاً}، والدنيا كلها من
أولها إلى آخرها ثمن قليل، فجعلوا باطلهم شَرَكاً يصطادون به ما في أيدي
الناس. فظلموهم من وجهين: من جهة تلبيس دينهم
عليهم، ومن جهة أخذ أموالهم بغير حق بل بأبطل الباطل،
[وذلك] أعظم ممن يأخذها غصباً وسرقة ونحوهما،
ولهذا توعدهم بهذين الأمرين، فقال:
{فويل لهم مما كتبت أيديهم}؛ أي من التحريف
والباطل {وويل لهم مما يكسبون}؛ من الأموال،
والويل شدة العذاب والحسرة، وفي ضمنها الوعيد الشديد.
قال شيخ الإسلام لما ذكر هذه الآيات من قوله:
أفتطمعون إلى يكسبون:
«فإن الله ذم الذين يحرفون الكلم عن مواضعه، وهو متناول لمن حمل الكتاب
والسنة على ما أصَّلَه من البدع الباطلة، وذم الذين لا يعلمون الكتاب إلا
أماني وهو متناول لمن ترك تدبر القرآن ولم يعلم إلا مجرد تلاوة
حروفه،
ومتناول لمن كتب كتاباً بيده مخالفاً لكتاب الله لينال به دنيا
وقال:
إنه من عند الله، مثل أن يقول: هذا هو الشرع
والدين، وهذا معنى الكتاب والسنة، وهذا
[معقول] السلف والأئمة، وهذا هو أصول الدين الذي
يجب اعتقاده على الأعيان أو الكفاية، ومتناول لمن كتم ما عنده من الكتاب
والسنة، لئلا يَحْتَجَّ به مخالفه في الحق الذي يقوله، وهذه الأمور كثيرة
جداً في أهل الأهواء جملة، كالرافضة
[والجهمية ونحوهم من أهل الأهواء والكلام، وفي أهل الأهواء]
وتفصيلاً مثل كثير من المنتسبين إلى الفقهاء ... »
انتهى.
(79) Allah تعالى mengancam orang-orang yang
merubah kitab suci yang berkata tentang apa yang mereka rubah dan apa yang
mereka tulis, ﴾ هَٰذَا مِنۡ عِندِ ٱللَّهِ
﴿ "Ini dari Allah." Ayat ini mengandung isyarat tentang menampakkan
kebatilan dan menyembunyikan kebenaran, dan mereka melakukan hal itu
dengan ilmu,﴾
لِيَشۡتَرُواْ بِهِۦ ثَمَنٗا قَلِيلٗاۖ
﴿ "untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu."
Seluruh dunia dari awal hingga akhirnya merupakan keun-tungan yang
sedikit (dibandingkan kitab suci Allah), lalu
mereka menjadikan kebatilan mereka sebagai sekutu, yang mana mereka
berburu dengannya harta benda dan apa pun yang ada di tangan manusia.
Dan mereka menzhalimi orang-orang tersebut dalam dua aspek, yaitu aspek
mencampur adukkan agama mereka dan aspek mengambil harta mereka tanpa
hak bahkan dengan cara yang paling batil. Hal itu[9]
lebih besar dosanya daripada orang yang mengambilnya tanpa izin atau
mencuri dan semacamnya. Oleh karena itu, Allah mengancam mereka dengan
dua perkara tersebut, Allah berfirman, ﴾
فَوَيۡلٞ لَّهُم مِّمَّا كَتَبَتۡ أَيۡدِيهِمۡ
﴿ "Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh
tangan mereka sendiri," yaitu disebabkan perubahan dan kebatilan,
﴾
وَوَيۡلٞ لَّهُم مِّمَّا يَكۡسِبُونَ ﴿ "dan kece-lakaan besarlah bagi
mereka, akibat apa yang mereka kerjakan," disebab-kan harta. Kata وَيْلٌ
itu bermakna azab yang keras dan kerugian, dan termasuk di dalamnya adalah
azab yang pedih. Syaikhul Islam berkata ketika menyebutkan ayat-ayat ini,
dari FirmanNya, "Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya
kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar Firman Allah, lalu
mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui?
Dan apabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka
berkata, 'Kami pun telah beriman,' tetapi apabila mereka berada sesama
mereka saja, mereka berkata, 'Apakah kamu menceritakan kepada mereka apa
yang telah diterangkan Allah kepadamu, supaya de-ngan demikian mereka
dapat mengalahkan hujjahmu di hadapan Rabbmu; tidakkah kamu mengerti?'
Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah mengetahui segala yang mereka
sembunyikan dan segala yang mereka nyatakan? Dan di antara mereka ada yang
buta huruf, tidak mengetahui al-Kitab
(Taurat), kecuali dongengan bohong belaka dan
mereka hanya menduga-duga. Maka kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang
menu-lis al-Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya, 'Ini
dari Allah,'
(dengan maksud) untuk memperoleh
keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah
bagi mereka, akibat dari apa yang mereka kerjakan." "Sesungguhnya Allah
تعالى mencela orang-orang yang merubah ayat-ayat dari makna-makna yang
dimaksudkan. Hal ini meliputi orang yang membawa
(mengajarkan) al-Qur`an dan as-Sunnah dengan
dasar-dasar yang mereka buat dari bid'ah-bid'ah yang batil, dan Allah juga
mencela orang-orang yang tidak mengerti al-Kitab kecuali hanya dongeng
bohong belaka, yang ini juga meliputi orang yang meninggalkan tadabbur
al-Qur`an dan dia tidak mengerti apa-apa kecuali hanya sekedar membaca
huruf-hurufnya saja, dan juga meliputi orang yang menulis sebuah karangan
dengan tangan-nya sendiri yang bertentangan dengan kitabullah demi sekedar
mendapatkan faidah dunia lalu dia berkata bahwa tulisan itu da-tangnya
dari sisi Allah, seperti dia mengatakan, 'Inilah syariat dan agama itu,
dan inilah makna al-Qur`an dan as-Sunnah, dan inilah pemikiran
[10]
para salaf dan para ulama umat, inilah dasar-dasar agama yang harus
diyakini, baik secara wajib ain maupun kifayah.' Dan juga meliputi orang
yang menyembunyikan sesuatu yang telah dia ketahui dari al-Qur`an dan
as-Sunnah agar seseorang yang menyelisihinya tidak berhujjah dengannya
atas kebenaran yang dia katakan. Perkara-perkara seperti ini sangat banyak
terjadi pada hamba-hamba hawa nafsu secara umum -seperti ar-Rafidhah
[dan al-Jahmiyah dan semacamnya dari pengikut-pengikut hawa nafsu dan
ilmu kalam, dan pada pengikut hawa nafsu]- dan secara khusus seperti juga banyak orang-orang yang bernisbat kepada
para ahli fikih..."
[11]
{وَقَالُوا لَنْ تَمَسَّنَا النَّارُ إِلَّا أَيَّامًا مَعْدُودَةً قُلْ
أَتَّخَذْتُمْ عِنْدَ اللَّهِ عَهْدًا فَلَنْ يُخْلِفَ اللَّهُ عَهْدَهُ
أَمْ تَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
(80) بَلَى مَنْ كَسَبَ سَيِّئَةً وَأَحَاطَتْ
بِهِ خَطِيئَتُهُ فَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
(81) وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
(82)}
.
"Dan mereka berkata, 'Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api
neraka, kecuali selama beberapa hari saja.' Katakanlah, 'Sudahkah kamu
menerima janji dari Allah sehingga Allah tidak akan memungkiri janjiNya,
ataukah kamu hanya mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?'
(Bukan demikian) yang benar, barangsiapa berbuat
dosa, sedangkan ia telah diliputi oleh dosanya, mereka itulah penghuni
neraka, mereka kekal di dalamnya. Dan orang-orang yang beriman serta
beramal shalih, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya."
(Al-Baqa-rah: 80-82).
#
{80} ذكر أفعالهم القبيحة، ثم ذكر ـ مع هذا ـ
أنهم يزكون أنفسهم، ويشهدون لها بالنجاة من عذاب الله والفوز بثوابه، وأنهم
لن تمسهم النار إلا أياماً معدودة؛ أي قليلة تعد بالأصابع، فجمعوا بين
الإساءة والأمن، ولما كان هذا مجرد دعوى رد تعالى عليهم؛
فقال:
{قل}؛ لهم يا أيها الرسول،
{أتخذتم عند الله عهداً}؛
أي:
بالإيمان به وبرسله وبطاعته، فهذا الوعد الموجب لنجاة صاحبه الذي لا يتغير
ولا يتبدل
{أم تقولون على الله مالا تعلمون}؛ فأخبر
تعالى أن صدق دعواهم متوقفة على أحد هذين الأمرين اللذين لا ثالث لهما. إما
أن يكونوا قد اتخذوا عند الله عهداً؛ فتكون دعواهم صحيحة. وإما أن يكونوا
متقولين عليه؛ فتكون كاذبة فيكون أبلغ لخزيهم وعذابهم، وقد عُلِم من حالهم
أنهم لم يتخذوا عند الله عهداً لتكذيبهم كثيراً من الأنبياء حتى وصلت بهم
الحال إلى أن قتلوا طائفة منهم، ولنكولهم عن طاعة الله ونقضهم المواثيق،
فتعين بذلك أنهم متقولون مختلقون قائلون عليه ما لا يعلمون، والقول عليه
بلا علم من أعظم المحرمات وأشنع القبيحات.
(80) Allah menyebutkan tentang perbuatan-perbuatan
me-reka yang buruk, kemudian Allah menyebutkan -bersama dengan semua
keburukan mereka tersebut- bahwasanya mereka menyu-cikan diri mereka
(baca: menyatakan diri bahwa mereka suci)
dan mereka mempersaksikan
(memastikan) keselamatan bagi diri me-reka dari
azab Allah dan kemenangan dengan ganjaranNya, dan bahwasanya mereka tidak
akan tersentuh oleh api neraka kecuali hanya beberapa hari tertentu saja,
maka artinya sangat sedikit yang dapat dihitung oleh jari; mereka
menyatukan antara dosa-dosa dengan rasa aman
(dari azab). Namun ketika semua itu hanyalah
sebatas dugaan saja, Allah membantah mereka dalam FirmanNya, ﴾ قُلۡ
﴿ "Katakanlah" kepada mereka wahai Rasulullah ﷺ,﴾
أَتَّخَذۡتُمۡ عِندَ ٱللَّهِ عَهۡدٗا
﴿ "Sudahkah kamu menerima janji dari Allah?" Yakni, dengan beriman
kepadaNya, kepada Rasul-rasulNya dan dengan menaati keduanya, maka janji
itu yang membawa keselamatan pelakunya yang tidak akan berubah dan tidak
berganti, ﴾
أَمۡ تَقُولُونَ عَلَى ٱللَّهِ مَا لَا تَعۡلَمُونَ ﴿ "ataukah kamu hanya
mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?" Lalu Allah تعالى
mengabarkan bahwa kebenaran dugaan mereka itu tergantung dari salah satu
dari dua perkara tersebut yang tidak ada ketiganya. Jika mereka telah
menerima janji dari Allah hingga dugaan mereka adalah benar, atau mungkin
mereka hanya berkata bohong belaka hingga dugaan mereka itu hanyalah dusta
dan hal itu men-jadi lebih kuat dalam penghinaan dan siksaan bagi mereka,
pada-hal telah diketahui dari sifat mereka bahwasanya mereka belum
menerima janji dari Allah karena banyaknya pendustaan mereka terhadap para
Nabi, hingga perkara mereka itu sampai kepada tin-dakan membunuh
sekelompok dari para Nabi di antara mereka. Dan karena penolakan mereka
untuk taat kepada Allah dan pem-batalan mereka terhadap
perjanjian-perjanjian, maka jelas dan pastilah dengan semua itu kebohongan
dan dusta mereka yang berkata apa yang tidak mereka ketahui, dan berkata
terhadap hal itu tanpa ilmu termasuk hal yang diharamkan paling besar dan
keburukan yang paling keji.
Kemudian Allah تعالى menyebutkan hukum yang bersifat umum untuk setiap
orang, yang meliputi Bani Israil maupun selain me-reka, yaitu suatu hukum
yang tidak ada hukum yang sebanding dengannya, yang bukan dongengan bohong
belaka mereka dan dugaan-dugaan dengan perkara orang-orang yang celaka dan
orang-orang yang selamat, Allah berfirman, ﴾ بَلَىٰۚ ﴿ "Bukan demikian
yang benar," yaitu bukanlah perkara itu seperti apa yang kalian se-butkan,
karena ia hanyalah perkataan yang tidak ada maknanya, akan tetapi,
#
{81}
{من كسب سيئة}؛ وهو نكرة في سياق الشرط؛ فيعم
الشرك فما دونه، والمراد به الشرك،
هنا بدليل قوله:
{وأحاطت به خطيئته}؛
أي:
أحاطت بعاملها فلم تدع له منفذاً، وهذا لا يكون إلا الشرك، فإن من معه
الإيمان لا تحيط به خطيئته،
{فأولئك أصحاب النار هم فيها خالدون}؛ وقد
احتج بها الخوارج على كفر صاحب المعصية، وهي حجة عليهم كما ترى، فإنها
ظاهرة في الشرك، وهكذا كل مُبْطِل يحتَجُّ بآية أو حديث صحيح على قوله
الباطل؛ فلا بد أن يكون فيما احتج به حجة عليه.
(81) ﴾ مَن كَسَبَ سَيِّئَةٗ
﴿ "barangsiapa yang berbuat dosa," dengan kata berbentuk nakirah
(umum) dalam susunan kalimat syarat, maka
mencakup kesyirikan ataupun yang lainnya, walaupun maksudnya adalah
kesyirikan, dalam hal ini dengan dasar dalil Firman Allah تعالى, ﴾
وَأَحَٰطَتۡ بِهِۦ خَطِيٓـَٔتُهُۥ
﴿ "Dan dia telah diliputi oleh dosa-nya," maksudnya pelakunya telah
diliputi hingga dia tidak memi-liki jalan keluar, hal ini tidaklah lain
kecuali kesyirikan saja, karena barangsiapa yang memiliki keimanan, maka
dia tidak akan diliputi oleh kesalahannya. ﴾
فَأُوْلَٰٓئِكَ أَصۡحَٰبُ ٱلنَّارِۖ هُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ ﴿ "Mereka itulah
penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya." Orang-orang Khawarij berhujjah
dengan ayat ini atas kufurnya pelaku kemaksiatan, pada-hal ayat itu
sebagai hujjah bantahan terhadap mereka sebagaimana yang jelas Anda lihat,
karena ayat itu sebenarnya jelas tentang kesyirikan. Demikianlah setiap
pelaku kebatilan selalu berhujjah dengan suatu ayat atau hadits yang
shahih untuk memperkuat perkataannya yang batil, sehingga dalil yang
dipakainya berhujjah menjadi bantahan yang melawannya.
#
{82}
{والذين آمنوا}؛ بالله وملائكته وكتبه ورسله
واليوم الآخر {وعملوا الصالحات}؛
ولا تكون الأعمال صالحة إلا بشرطين:
أن تكون خالصة لوجه الله، متبعاً بها سنة رسوله. فحاصل هاتين الآيتين أن
أهل النجاة والفوز أهل الإيمان والعمل الصالح، والهالكون أهل النار
المشركون بالله الكافرون به.
(82) ﴾ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ
﴿ "Dan orang-orang yang beriman" kepada Allah, para malaikat,
kitab-kitabNya, Rasul-rasulNya, dan Hari Akhir, ﴾
وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ ﴿ "serta beramal shalih,
" dan suatu amal itu tidak menjadi shalih kecuali dengan dua
syarat:
Amal tersebut ikhlas hanya untuk Allah dan mengikuti Sunnah Rasulullah ﷺ.
Kesimpulan dari kedua ayat ini adalah bahwa orang-orang yang selamat dan
berhasil adalah orang-orang yang beriman dan beramal shalih, sedangkan
orang-orang yang celaka
(penghuni neraka) adalah orang-orang yang musyrik
kepada Allah dan kafir terhadapNya.
{وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَ بَنِي إِسْرَائِيلَ لَا تَعْبُدُونَ إِلَّا
اللَّهَ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى
وَالْمَسَاكِينِ وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ
وَآتُوا الزَّكَاةَ ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ إِلَّا قَلِيلًا مِنْكُمْ
وَأَنْتُمْ مُعْرِضُونَ (83)}
.
"Dan
(ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari
Bani Israil
(yaitu): Janganlah kamu menyembah
selain Allah, dan ber-buat baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat,
anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang
baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemu-dian
kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebagian kecil dari padamu, dan
kamu selalu berpaling."
(Al-Baqarah: 83).
#
{83} فهذه الشرائع من أصول الدين التي أمر
الله بها في كل شريعة لاشتمالها على المصالح العامة في كل زمان ومكان؛ فلا
يدخلها نسخ، كأصل الدين،
ولهذا أمرنا الله بها في قوله:
{واعبدوا الله ولا تشركوا به شيئاً}؛ إلى آخر
الآية. فقوله:
{وإذ أخذنا ميثاق بني إسرائيل}؛ هذا من
قسوتهم أن كل أمر أمروا به استعصوا، فلا يقبلونه إلا بالأيمان الغليظة
والعهود الموَثَّقة {لا تعبدون إلا الله}؛
هذا أمر بعبادة الله وحده ونهي عن الشرك به، وهذا أصل الدين فلا تقبل
الأعمال كلها إن لم يكن هذا أساسها، فهذا حق الله تعالى على عباده،
ثم قال:
{وبالوالدين إحساناً}؛ أي أحسنوا بالوالدين
إحساناً، وهذا يعم كل إحسان قولي وفعلي مما هو إحسان إليهم، وفيه النهي عن
الإساءة إلى الوالدين أو عدم الإحسان والإساءة؛ لأن الواجب الإحسان، والأمر
بالشيء نهي عن ضده، وللإحسان ضدان: الإساءة وهي
أعظم جرماً، وترك الإحسان بدون إساءة وهذا محرم لكن لا يجب أن يلحق بالأول.
وكذا يقال في صلة الأقارب واليتامى والمساكين، وتفاصيل الإحسان لا تنحصر
بالعد بل تكون بالحد كما تقدم.
ثم أمر بالإحسان إلى الناس عموماً فقال:
{وقولوا للناس حسناً}؛ ومن القول الحسن أمرهم
بالمعروف ونهيهم عن المنكر وتعليمهم العلم وبذل السلام والبشاشة وغير ذلك
من كل كلام طيب، ولما كان الإنسان لا يسع الناس بماله أُمر بأمر يقدر به
على الإحسان إلى كل مخلوق وهو الإحسان بالقول، فيكون في ضمن ذلك النهي عن
الكلام القبيح للناس حتى للكفار، ولهذا قال تعالى:
{ولا تجادلوا أهل الكتاب إلا بالتي هي أحسن}؛
ومن أدب الإنسان الذي أدب الله به عباده أن يكون الإنسان نزيهاً في أقواله
وأفعاله، غير فاحش ولا بذيء ولا شاتم ولا مخاصم، بل يكون حسن الخلق واسع
الحلم، مجاملاً لكلِّ أحد، صبوراً على ما يناله من أذى الخلق امتثالاً لأمر
الله ورجاءً لثوابه. ثم أمرهم بإقامة الصلاة وإيتاء الزكاة لما تقدم أن
الصلاة متضمنة للإخلاص للمعبود، والزكاة متضمنة للإحسان إلى العبيد، ثم بعد
هذا الأمر لكم بهذه الأوامر الحسنة التي إذا نظر إليها البصير العاقل، عرف
أن من إحسان الله على عباده أن أمرهم بها وتفضل بها، عليهم وأخذ المواثيق
عليكم {توليتم}؛ على وجه الإعراض؛ لأن
المتولي قد يتولى وله نية رجوع إلى ما تولى عنه، وهؤلاء ليس لهم رغبة ولا
رجوع في هذه الأوامر، فنعوذ بالله من الخذلان.
وقوله:
{إلا قليلاً منكم}؛ هذا استثناء؛ لئلا يوهم
أنهم تولوا كلهم، فأخبر أن قليلاً منهم عصمهم الله وثبتهم.
(83) Syariat-syariat ini adalah di antara
dasar-dasar agama yang diperintahkan oleh Allah pada setiap syariat yang
diturun-kan, karena meliputi maslahat-maslahat yang umum dalam setiap masa
dan tempat, yang tidak disentuh oleh hukum naskh, sebagai dasar agama.
Oleh karena itu Allah memerintahkan kepada kita dengannya dalam FirmanNya,
﴾ وَٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ وَلَا تُشۡرِكُواْ بِهِۦ شَيۡـٔٗاۖ
وَبِٱلۡوَٰلِدَيۡنِ إِحۡسَٰنٗا وَبِذِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡيَتَٰمَىٰ
وَٱلۡمَسَٰكِينِ وَٱلۡجَارِ ذِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡجَارِ ٱلۡجُنُبِ
وَٱلصَّاحِبِ بِٱلۡجَنۢبِ وَٱبۡنِ ٱلسَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتۡ أَيۡمَٰنُكُمۡۗ
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ مَن كَانَ مُخۡتَالٗا فَخُورًا 36
﴿ "Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukanNya dengan sesuatu
pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga
yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan
diri." (An-Nisa`: 36).
FirmanNya ﴾
وَإِذۡ أَخَذۡنَا مِيثَٰقَ بَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ
﴿ "Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji
dari Bani Israil." Ini merupakan bagian dari keke-rasan hati mereka,
bahwa setiap perintah yang ditujukan kepada mereka, niscaya mereka
melanggarnya, dan mereka tidaklah me-nerimanya kecuali dengan
sumpah-sumpah yang kuat dan janji-janji yang kokoh. Dan perjanjian
tersebut adalah, ﴾
لَا تَعۡبُدُونَ إِلَّا ٱللَّهَ
﴿ "Janganlah kamu menyembah selain Allah." Ini merupakan perintah untuk
menyembah kepada Allah semata dan larangan dari mem-persekutukanNya. Ini
adalah dasar agama, di mana segala per-buatan tidak akan diterima bila
tidak berdasar di atasnya, dan hal itu adalah hak Allah atas
hamba-hambaNya. Kemudian Allah berfirman, ﴾
وَبِٱلۡوَٰلِدَيۡنِ إِحۡسَانٗا
﴿ "Dan berbuat baik-lah kepada ibu bapak," yakni berbaktilah kalian
kepada kedua orang tua. Ini bersifat umum mencakup segala kebajikan,
baik perkataan maupun tindakan yang merupakan perbuatan baik kepada
mereka. Ayat ini menunjukkan larangan dari berbuat buruk kepada kedua
orang tua atau larangan tidak berbuat baik dan berbuat jelek, karena
yang wajib adalah berbuat baik, dan perintah kepada sesuatu adalah
larangan dari hal yang bertentangan dengannya. Dan kebalikan dari
berbuat kebaikan ada dua, berbuat buruk yang merupakan kejahatan yang
paling besar, dan meninggalkan ber-buat baik sekalipun tidak berbuat
buruk, juga merupakan hal yang diharamkan, akan tetapi tidak mesti
disamakan dengan yang pertama. Dan seperti ini juga hukumnya dalam hal
silaturahim kepada kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin.
Adapun perin-cian masalah berbuat baik tidaklah terbatas oleh bilangan,
akan tetapi dengan definisi sebagaimana yang telah berlalu. Kemudian
Allah memerintahkan manusia untuk berbuat baik secara umum dengan
FirmanNya, ﴾
وَقُولُواْ لِلنَّاسِ حُسۡنٗا
﴿ "Serta ucapkan-lah kata-kata yang baik kepada manusia," dan di antara
perkataan yang baik adalah memerintah mereka kepada yang ma'ruf dan
mencegah mereka dari perbuatan mungkar, serta mengajarkan ilmu kepada
mereka, menyebarkan salam dan wajah berseri, dan lain sebagainya dari
perkataan-perkataan yang baik. Dan ketika tidak semua manusia mampu
berbuat baik dengan hartanya, maka mereka diperintahkan dengan suatu hal
yang mereka mampu melakukannya untuk berbuat baik kepada setiap makhluk,
yaitu berbuat baik dengan perkataan. Dengan demikian termasuk dalam
kandungan hal itu juga adalah larangan dari perkataan yang buruk kepada
manusia hingga kepada kaum kafir. Oleh karena itulah Allah تعالى
berfirman, ﴾
وَلَا تُجَٰدِلُوٓاْ أَهۡلَ ٱلۡكِتَٰبِ إِلَّا بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُ
﴿ "Dan janganlah kamu berdebat dengan ahli Kitab, melainkan dengan cara
yang paling baik."
(Al-Ankabut: 46). Dan di
antara tata krama seorang manusia yang telah Allah didikkan kepada
hamba-hambaNya adalah agar manusia itu mulia dalam perkataan maupun
tindakannya, tidak berlaku keji dan tidak pula jorok, tidak mencela dan
tidak juga bertengkar, akan tetapi berakhlak yang baik, luas
keramahannya, pandai bergaul dengan setiap orang, bersabar atas segala
yang diterima dari gang-guan makhlukNya sebagai tindakan menaati
perintah Allah dan pengharapan atas ganjaranNya. Kemudian Allah
memerintahkan mereka untuk mendirikan Shalat dan menunaikan Zakat,
karena seperti yang telah dijelaskan bahwa shalat itu mengandung sikap
keikhlasan kepada Dzat yang disembah, sedangkan zakat mengandung
tindakan berbuat baik kepada hamba. Kemudian setelah perintah ini,
kalian pasti men-dapatkan kebaikan-kebaikan dan justru dengan adanya
perintah-perintah yang baik tersebut, yang mana bila seorang yang sangat
jeli dan paham melihat hal-hal itu niscaya dia akan mengetahui kebaikan
Allah تعالى terhadap hamba-hambaNya yang memerintah-kan hal-hal tersebut
kepada mereka dan memuliakan mereka dengannya, yang telah mengambil
janji-janji atas kalian, ﴾
تَوَلَّيۡتُمۡ
﴿ "kamu tidak memenuhi janji itu," dengan cara berpaling, karena orang
yang berbalik pergi itu terkadang masih memiliki niat untuk kem-bali
lagi kepada hal yang dia tinggalkan, namun mereka ini sama sekali tidak
memiliki keinginan dan tidak pula punya niat untuk kembali. Maka mari
kita berlindung kepada Allah dari keterhinaan. Dan FirmanNya, ﴾
إِلَّا قَلِيلٗا مِّنكُمۡ ﴿ "Kecuali sebagian kecil dari kamu," ini adalah
pengecualian, agar tidak timbul asumsi bahwasa-nya mereka berpaling
semuanya, maka Allah mengabarkan bahwa ada sedikit di antara mereka yang
dilindungi oleh Allah dan di-kukuhkan dalam hal tersebut.
{وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَكُمْ لَا تَسْفِكُونَ دِمَاءَكُمْ وَلَا
تُخْرِجُونَ أَنْفُسَكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ ثُمَّ أَقْرَرْتُمْ
وَأَنْتُمْ تَشْهَدُونَ (84) ثُمَّ أَنْتُمْ
هَؤُلَاءِ تَقْتُلُونَ أَنْفُسَكُمْ وَتُخْرِجُونَ فَرِيقًا مِنْكُمْ
مِنْ دِيَارِهِمْ تَظَاهَرُونَ عَلَيْهِمْ بِالْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
وَإِنْ يَأْتُوكُمْ أُسَارَى تُفَادُوهُمْ وَهُوَ مُحَرَّمٌ عَلَيْكُمْ
إِخْرَاجُهُمْ أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْكِتَابِ وَتَكْفُرُونَ
بِبَعْضٍ فَمَا جَزَاءُ مَنْ يَفْعَلُ ذَلِكَ مِنْكُمْ إِلَّا خِزْيٌ فِي
الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يُرَدُّونَ إِلَى أَشَدِّ
الْعَذَابِ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ
(85) أُولَئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الْحَيَاةَ
الدُّنْيَا بِالْآخِرَةِ فَلَا يُخَفَّفُ عَنْهُمُ الْعَذَابُ وَلَا هُمْ
يُنْصَرُونَ (86)}
.
"Dan
(ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari
kamu
(yaitu): Kamu tidak akan menumpahkan darahmu
(membunuh orang), dan kamu tidak akan mengusir
dirimu
(saudaramu sebang-sa) dari kampung
halamanmu, kemudian kamu berikrar
(akan memenuhinya) sedang kamu mempersaksikannya.
Kemudian kamu
(Bani Israil) membunuh dirimu
(saudaramu sebangsa) dan meng-usir segolongan
darimu dari kampung halamannya, kamu bantu membantu terhadap mereka dengan
membuat dosa dan permusuh-an; tetapi jika mereka datang kepadamu sebagai
tawanan, kamu tebus mereka, padahal mengusir mereka itu
(juga) terlarang bagi-mu. Apakah kamu beriman
kepada sebagian al-Kitab
(Taurat) dan ingkar
terhadap sebagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat
demikian darimu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada Hari
Kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak
lengah dari apa yang kamu perbuat. Itulah orang-orang yang membeli
kehidupan dunia dengan
(kehidupan) akhirat, maka
tidak akan diringankan siksa mereka dan mereka tidak akan ditolong."
(Al-Baqarah: 84-86).
#
{84 ـ 85} وهذا الفعل المذكور في هذه الآية
فعل للذين كانوا في زمن الوحي بالمدينة، وذلك أن الأوس والخزرج ـ وهم
الأنصار ـ كانوا قبل مبعث النبي - صلى الله عليه وسلم - مشركين، وكانوا
يقتتلون على عادة الجاهلية،
فنزلت عليهم الفرق الثلاث من فرق اليهود:
بنو قريظة، وبنو النضير، وبنو قينقاع، فكل فرقة منهم حالفت فرقة من أهل
المدينة، فكانوا إذا اقتتلوا أعان اليهودي حليفه على مقاتليه الذين
يُعِينونهم الفرقة الأخرى من اليهود، فيقتل اليهوديُ اليهوديَ، ويخرجه من
دياره إذا حصل جلاء ونهب، ثم إذا وضعت الحرب أوزارها، وكان قد حصل أسارى
بين الطائفتين فدى بعضهم بعضاً،
والأمور الثلاثة كلها قد فرضت عليهم:
ففرض عليهم أن لا يسفك بعضهم دم بعض، ولا يخرج بعضهم بعضاً، وإذا وجدوا
أسيراً منهم وجب عليهم فداؤه، فعملوا بالأخير وتركوا الأولين،
فأنكر الله عليهم ذلك فقال:
{أفتؤمنون ببعض الكتاب}؛ وهو فداء الأسير
{وتكفرون ببعض}؛ وهو القتل والإخراج، وفيها
دليل على أن الإيمان يقتضي فعل الأوامر واجتناب النواهي، وأن المأمورات من
الإيمان. قال تعالى:
{فما جزاء من يفعل ذلك منكم إلا خزي في الحياة الدنيا}؛ وقد وقع ذلك فأخزاهم الله، وسلط رسوله عليهم فقتل من قتل، وسبى من سبى
منهم، وأجلى من أجلى،
{ويوم القيامة يردون إلى أشد العذاب}؛
أي:
أعظمه، {وما الله بغافل عما تعملون}؛ ثم أخبر
تعالى عن السبب الذي أوجب لهم الكفر ببعض الكتاب والإيمان ببعضه،
فقال:
(84-85) Perbuatan yang disebutkan dalam ayat itu
adalah sebuah perbuatan orang-orang yang ada pada zaman turunnya wahyu di
Madinah. Hal itu karena suku Aus dan Khazraj -yang mana mereka itu adalah
kaum Anshar- sebelum diutusnya Nabi ﷺ adalah kaum musyrikin, dan mereka
dahulu saling berperang sebagaimana kebiasaan kaum jahiliyah. Lalu datang
kepada me-reka tiga kelompok dari kelompok-kelompok kaum Yahudi, yaitu
Bani Quraizhah, Bani Nadhir dan Bani Qainuqa', dan setiap dari kelompok
itu bergabung bersama salah satu kelompok dari pen-duduk Madinah, dan
penduduk Madinah tersebut bila saling berperang, maka orang-orang Yahudi
itu mendukung sekutunya untuk memerangi kelompok yang dibantu juga oleh
Yahudi yang lain, yang akhirnya orang Yahudi membunuh orang Yahudi
lain-nya dan dia mengusirnya dari kampungnya bila terjadi kekalahan
ataupun perampasan. Kemudian bila peperangan berhenti, dan di antara kedua
belah pihak memiliki tawanan-tawanan, maka seba-gian mereka menebus
sebagian yang lain. Ketiga perkara itu telah diwajibkan atas mereka,
diwajibkan atas mereka agar tidak menumpahkan darah sebagian mereka atas
sebagian lainnya, dan sebagian mereka tidak mengusir sebagian yang lain,
lalu apabila mereka mendapatkan tawanan di antara mereka, maka wajib atas
mereka untuk menebusnya. Namun mereka mengamalkan yang terakhir ini dan
tidak mengamalkan dua hal yang sebelumnya, lalu Allah mengingkari
perbuatan me-reka seraya Allah berfirman, ﴾ أَفَتُؤۡمِنُونَ بِبَعۡضِ
ٱلۡكِتَٰبِ
﴿ "Apakah kamu beriman kepada sebagian al-Kitab
(Taurat)" yaitu penebusan tawanan, ﴾
وَتَكۡفُرُونَ بِبَعۡضٖۚ
﴿ "dan ingkar terhadap sebagian yang lain?" Yaitu pem-bunuhan dan
pengusiran. Ayat ini adalah dalil bahwasanya keimanan itu menuntut
pelaksanaan perintah dan menjauhi larangan, dan bahwasanya hal-hal yang
diperintahkan itu adalah di antara keimanan. Allah berfirman, ﴾
فَمَا جَزَآءُ مَن يَفۡعَلُ ذَٰلِكَ مِنكُمۡ إِلَّا خِزۡيٞ فِي ٱلۡحَيَوٰةِ
ٱلدُّنۡيَاۖ
﴿ "Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian darimu, melainkan
kenistaan dalam kehidupan dunia." Hal itu benar-benar telah terjadi, di
mana Allah telah menghinakan mereka, dan Allah telah menguasakan
RasulNya terhadap mereka hingga di antara mereka ada yang terbunuh dan
ada yang ditawan bahkan ada juga yang terusir, dan terusirlah orang yang
mengusir, ﴾
وَيَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ يُرَدُّونَ إِلَىٰٓ أَشَدِّ ٱلۡعَذَابِۗ
﴿ "dan pada Hari Kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat
berat," yaitu yang paling besar, ﴾
وَمَا ٱللَّهُ بِغَٰفِلٍ عَمَّا تَعۡمَلُونَ ﴿ "dan Allah tidak lengah dari
apa yang kamu perbuat." Kemudian Allah تعالى mengabarkan tentang sebab
yang mewajibkan mereka untuk beriman kepada sebagian kitab dan kafir
terhadap sebagian yang lain seraya ber-firman,
#
{86}
{أولئك الذين اشتروا الحياة الدنيا بالآخرة}؛
توهموا أنهم إن لم يعينوا حلفاءهم حصل لهم عار فاختاروا النار على
العار، فلهذا قال:
{فلا يخفف عنهم العذاب}؛ بل هو باقٍ على
شدته، ولا يحصل لهم راحة بوقت من الأوقات
{ولا هم ينصرون}؛
أي:
يدفع عنهم مكروه.
(86) ﴾ أُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ ٱشۡتَرَوُاْ
ٱلۡحَيَوٰةَ ٱلدُّنۡيَا بِٱلۡأٓخِرَةِۖ
﴿ "Itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan
(kehidupan) akhirat." Mereka mengira bahwasanya
mereka itu bila tidak membantu sekutu-sekutu mereka, niscaya mereka akan
mendapatkan aib yang besar, maka mereka lebih memilih neraka daripada
aib semata. Oleh karena itu Allah berfirman, ﴾
فَلَا يُخَفَّفُ عَنۡهُمُ ٱلۡعَذَابُ
﴿ "Maka tidak akan diringankan siksa mereka," bahkan dia kekal dalam
kerasnya siksaan dan mereka sama sekali tidak mempunyai waktu istirahat,
﴾
وَلَا هُمۡ يُنصَرُونَ ﴿ "dan mereka tidak akan ditolong," maksudnya tidak
ada yang akan men-jauhkan hal-hal yang tidak disukai dari mereka.
{وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ وَقَفَّيْنَا مِنْ بَعْدِهِ
بِالرُّسُلِ وَآتَيْنَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ الْبَيِّنَاتِ
وَأَيَّدْنَاهُ بِرُوحِ الْقُدُسِ أَفَكُلَّمَا جَاءَكُمْ رَسُولٌ بِمَا
لَا تَهْوَى أَنْفُسُكُمُ اسْتَكْبَرْتُمْ فَفَرِيقًا كَذَّبْتُمْ
وَفَرِيقًا تَقْتُلُونَ (87)}
.
"Dan sungguh Kami telah mendatangkan al-Kitab
(Taurat) kepada Musa, dan Kami telah menyusulinya
(berturut-turut) se-sudah itu dengan rasul-rasul,
dan telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran
(mukjizat) kepada Isa putra Maryam dan Kami
mem-perkuatnya dengan Ruhul Qudus. Apakah setiap datang kepada-mu seorang
rasul yang membawa sesuatu
(pelajaran) yang tidak
sesuai dengan keinginanmu lalu kamu menyombongkan diri; maka beberapa
orang
(di antara mereka) kamu dustakan dan
beberapa orang
(yang lain) kamu bunuh."
(Al-Baqarah: 87).
#
{87} يمتنُّ تعالى على بني إسرائيل أن أرسل
إليهم كليمه موسى وآتاه التوراة، ثم تابع من بعده بالرسل الذين يحكمون
بالتوراة، إلى أن ختم أنبياءهم بعيسى
[بن مريم] عليه السلام وآتاه من الآيات البينات ما
يؤمن على مثله البشر
{وأيدناه بروح القدس}؛
أي:
قواه الله بروح القدس، قال أكثر المفسرين إنه جبريل عليه السلام، وقيل إنه
الإيمان الذي يؤيد الله به عباده، ثم مع هذه النعم التي لا يُقدَر قدرُها
لمَّا أتوكم
{بما لا تهوى أنفسكم استكبرتم}؛ عن الإيمان
بهم، {ففريقاً}؛ منهم،
{كذبتم وفريقاً تقتلون}؛ فقدمتم الهوى على
الهدى وآثرتم الدنيا على الآخرة، وفيها من التوبيخ والتشديد ما لا يخفى.
(87) Allah تعالى memberikan anugerahNya atas Bani
Israil yaitu dengan mengutus kepada mereka Nabi yang pernah berbi-cara
langsung denganNya, yaitu Musa عليه السلام dan memberikan kepada beliau
kitab Taurat, kemudian disusul setelahnya para nabi-nabi yang berhukum
dengan kitab Taurat, hingga ditutuplah nabi bagi mereka dengan Nabi Isa
bin Maryam عليه السلام dan Allah memberikan kepadanya bukti-bukti
kebenaran yang tidak seorang pun pernah diberi amanat
(mukjizat) dengan semisalnya. ﴾ وَأَيَّدۡنَٰهُ
بِرُوحِ ٱلۡقُدُسِۗ
﴿ "Dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul Qudus," maksudnya Allah
me-nguatkannya dengan Ruhul Qudus. Sebagian besar ahli tafsir
me-ngatakan bahwa Ruhul Qudus itu adalah Jibril عليه السلام, dan ada
juga yang mengatakan bahwa itu adalah keimanan yang mana Allah menolong
hambaNya dengannya. Kemudian dengan kenikmatan-kenikmatan yang tidak
dapat diukur banyaknya ketika hadir ke-pada kalian
(hai Bani Israil), ﴾
بِمَا لَا تَهۡوَىٰٓ أَنفُسُكُمُ ٱسۡتَكۡبَرۡتُمۡ
﴿ "yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu menyombong diri" dari
keimanan kepada mereka, ﴾
فَفَرِيقٗا
﴿ "maka beberapa orang" di antara mereka ﴾
كَذَّبۡتُمۡ وَفَرِيقٗا تَقۡتُلُونَ ﴿ "kamu dustakan dan beberapa orang
yang lain kamu bunuh," karena kalian mendahulukan hawa nafsu daripada
petunjuk dan kalian lebih memilih dunia daripada akhirat. Ayat ini
mengandung kecaman dan celaan yang nampak jelas.
{وَقَالُوا قُلُوبُنَا غُلْفٌ بَلْ لَعَنَهُمُ اللَّهُ بِكُفْرِهِمْ
فَقَلِيلًا مَا يُؤْمِنُونَ (88)}
.
"Dan mereka berkata, 'Hati kami tertutup.' Tetapi sebenar-nya Allah telah
mengutuk mereka karena keingkaran mereka; maka sedikit sekali mereka yang
beriman."
(Al-Baqarah: 88).
#
{88} أي: اعتذروا عن الإيمان لما دعوتهم إليه
يا أيها الرسول بأن قلوبهم غلف أي عليها غلاف وأغطية فلا تفقه ما تقول،
يعني فيكون لهم ـ بزعمهم ـ عذر لعدم العلم، وهذا كذب منهم،
فلهذا قال تعالى:
{بل لعنهم الله بكفرهم}؛
أي:
أنهم مطرودون ملعونون بسبب كفرهم؛ فقليلاً المؤمن منهم، أو قليلاً إيمانهم،
وكفرهم هو الكثير.
(88) Maksudnya, mereka membela diri
(dengan mengemu-kakan alasan) kenapa mereka tidak
beriman ketika engkau berdak-wah kepada mereka, karena hati mereka
tertutup atau di atasnya ada pelapis dan penutup hingga apa yang engkau
bicarakan tidak mereka pahami, maksudnya, mereka -menurut dugaan mereka-
memiliki alasan karena tidak tahu, akan tetapi hal ini adalah dusta belaka
dari mereka. Oleh karena itu Allah تعالى berfirman, ﴾ بَل لَّعَنَهُمُ
ٱللَّهُ بِكُفۡرِهِمۡ ﴿ "Tetapi sebenarnya Allah telah mengutuk mereka
karena keing-karan mereka," maksudnya bahwasanya mereka terusir dan
terkutuk yang disebabkan oleh kekufuran mereka, dan sangat sedikit sekali
di antara mereka yang beriman, atau keimanan mereka sangat sedikit
sedangkan kekufuran mereka sangatlah banyak.
{وَلَمَّا جَاءَهُمْ كِتَابٌ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ مُصَدِّقٌ لِمَا
مَعَهُمْ وَكَانُوا مِنْ قَبْلُ يَسْتَفْتِحُونَ عَلَى الَّذِينَ
كَفَرُوا فَلَمَّا جَاءَهُمْ مَا عَرَفُوا كَفَرُوا بِهِ فَلَعْنَةُ
اللَّهِ عَلَى الْكَافِرِينَ (89) بِئْسَمَا
اشْتَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ أَنْ يَكْفُرُوا بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ
بَغْيًا أَنْ يُنَزِّلَ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ عَلَى مَنْ يَشَاءُ مِنْ
عِبَادِهِ فَبَاءُوا بِغَضَبٍ عَلَى غَضَبٍ وَلِلْكَافِرِينَ عَذَابٌ
مُهِينٌ (90)}
.
"Dan setelah datang kepada mereka al-Qur`an dari Allah yang membenarkan
apa yang ada pada mereka, padahal sebelum-nya mereka biasa memohon
(kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas
orang-orang kafir, maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka
ketahui, mereka lalu ingkar kepa-danya. Maka laknat Allah-lah atas
orang-orang yang ingkar itu. Alangkah buruknya
(hasil perbuatan) mereka yang menjual diri-nya
sendiri dengan kekafiran kepada apa yang telah diturunkan Allah, karena
dengki, bahwa Allah menurunkan karuniaNya kepada siapa yang dikehendakiNya
di antara hamba-hambaNya. Karena itu mereka mendapat murka sesudah
(mendapat) kemur-kaan. Dan orang-orang kafir itu
mendapat siksaan yang meng-hinakan."
(Al-Baqarah: 89-90).
#
{89 ـ 90} أي:
{ولما جاءهم [كتابٌ]}
من عند الله على يد أفضل الخلق وخاتم الأنبياء، المشتمل على تصديق ما معهم
من التوراة، وقد علموا به، وتيقنوه على أنهم إذا كان وقع بينهم وبين
المشركين في الجاهلية حروب استنصروا بهذا النبي وتوعدوهم بخروجه، وأنهم
يقاتلون المشركين معه، فلما جاءهم هذا الكتاب والنبي الذي عرفوا؛ كفروا به
بغياً وحسداً أن ينزل الله من فضله على من يشاء من عباده، فلعنهم الله وغضب
عليهم غضباً بعد غضب؛ لكثرة كفرهم وتوالي شكهم وشركهم، ولهم في الآخرة عذاب
مهين أي مؤلم موجع، وهو صلْيُ الجحيم وفوت النعيم المقيم، فبئس الحال
حالهم، وبئس ما استعاضوا واستبدلوا من الإيمان بالله وكتبه ورسله، الكفر به
وبكتبه وبرسله مع علمهم وتيقنهم، فيكون أعظمَ لعذابهم.
(88-90) Maksudnya, ﴾ وَلَمَّا جَآءَهُمۡ كِتَٰبٞ ﴿
"dan setelah datang kepada mereka al-Qur`an" dari sisi Allah melalui
sebaik-baik makhluk dan penutup para Nabi, yang mengandung segala hal yang
membenar-kan Taurat yang ada pada mereka, dan sebenarnya mereka telah
mengetahuinya, dan mereka telah yakin bahwasanya bila terjadi peperangan
di antara mereka dengan kaum musyrikin pada masa jahiliyah, mereka meminta
bantuan kepada Nabi ini, dan mereka mengancam kepada orang-orang musyrik
itu akan munculnya Nabi tersebut, dan bahwasanya mereka akan memerangi
kaum musyrikin bersamanya, namun ketika benar-benar telah datang kepada
mereka kitab dan Nabi yang telah mereka ketahui tersebut, mereka malah
kafir terhadapnya karena dengki dan zhalim, dise-babkan Allah memberikan
kemuliaanNya terhadap siapa yang dikehendakiNya dari hamba-hambaNya. Maka
Allah melaknat mereka dan memurkai mereka dengan murka yang sangat besar,
dan banyaknya pengingkaran mereka dan berturut-turutnya kera-guan dan
kesyirikan mereka, maka mereka mendapatkan azab yang menghinakan di
akhirat nanti, maksudnya menyakitkan dan pedih, yaitu masuk Neraka Jahim
dan lenyapnya nikmat surga yang abadi, maka teramat buruklah kondisi
mereka, dan teramat buruklah apa yang mereka ganti dan rubah dari keimanan
kepada Allah, kitab-kitabNya dan Rasul-rasulNya, kepada pengingkaran
kepada Allah, kitab-kitabNya dan Rasul-rasulNya, padahal mereka mengetahui
dan meyakininya, sehingga dengan begitu azabnya lebih dahsyat lagi.
{وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ آمِنُوا بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا نُؤْمِنُ
بِمَا أُنْزِلَ عَلَيْنَا وَيَكْفُرُونَ بِمَا وَرَاءَهُ وَهُوَ الْحَقُّ
مُصَدِّقًا لِمَا مَعَهُمْ قُلْ فَلِمَ تَقْتُلُونَ أَنْبِيَاءَ اللَّهِ
مِنْ قَبْلُ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
(91) وَلَقَدْ جَاءَكُمْ مُوسَى بِالْبَيِّنَاتِ
ثُمَّ اتَّخَذْتُمُ الْعِجْلَ مِنْ بَعْدِهِ وَأَنْتُمْ ظَالِمُونَ
(92) وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَكُمْ وَرَفَعْنَا
فَوْقَكُمُ الطُّورَ خُذُوا مَا آتَيْنَاكُمْ بِقُوَّةٍ وَاسْمَعُوا
قَالُوا سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا وَأُشْرِبُوا فِي قُلُوبِهِمُ الْعِجْلَ
بِكُفْرِهِمْ قُلْ بِئْسَمَا يَأْمُرُكُمْ بِهِ إِيمَانُكُمْ إِنْ
كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (93)}
.
"Dan apabila dikatakan kepada mereka, 'Berimanlah kepada al-Qur`an yang
diturunkan Allah,' mereka berkata, 'Kami hanya beriman kepada apa yang
diturunkan kepada kami.' Dan mereka kafir kepada al-Qur`an yang diturunkan
sesudahnya, sedang al-Qur`an itu adalah
(Kitab) yang haq; yang membenarkan apa yang ada
pada mereka. Katakanlah, 'Mengapa kamu dahulu membunuh nabi-nabi Allah
jika benar kamu orang-orang yang beriman? Sungguh Musa telah datang
kepadamu membawa bukti-bukti kebenaran
(mukjizat),
kemudian kamu jadikan anak sapi
(sebagai sembahan) sesudah
(kepergian)nya, dan sebenarnya kamu adalah
orang-orang yang zhalim.' Dan
(ingatlah), ketika
Kami mengam-bil janji darimu dan Kami angkat bukit
(Thursina) di atasmu
(seraya Kami berfirman), 'Peganglah teguh-teguh
apa yang Kami berikan kepadamu dan dengarkanlah!' Mereka menjawab, 'Kami
mendengar tetapi tidak menaati.' Dan telah diresapkan ke dalam hati mereka
itu
(kecintaan menyembah) anak sapi karena
kekafir-annya. Katakanlah, 'Amat jahat perbuatan yang telah diperintah-kan
imanmu kepadamu jika betul kamu beriman
(kepada Taurat)'."
(Al-Baqarah: 91-93).
#
{91} أي: وإذا أُمِر اليهود بالإيمان بما
أنزل الله على رسوله وهو القرآن استكبروا وعتوا و
{قالوا نؤمن بما أنزل علينا ويكفرون بما وراءه}؛ أي: بما سواه من الكتب، مع أن الواجب أن يؤمنوا
بما أنزل الله مطلقاً سواء أنزل عليهم أو على غيرهم، وهذا هو الإيمان
النافع، الإيمان بما أنزل الله على جميع رسل
[الله]، وأما التفريق بين الرسل والكتب وزعم
الإيمان ببعضها دون بعض فهذا ليس بإيمان بل هو الكفر بعينه،
ولهذا قال تعالى:
{إن الذين يكفرون بالله ورسله ويريدون أن يفرقوا بين الله ورسله ويقولون
نؤمن ببعض ونكفر ببعض ويريدون أن يتخذوا بين ذلك سبيلا أولئك هم الكافرون
حقًّا}؛
ولهذا رد عليهم تبارك وتعالى هنا ردًّا شافياً وألزمهم إلزاماً لا محيد
لهم عنه فرد عليهم بكفرهم بالقرآن بأمرين فقال:
{وهو الحق}؛ فإذا كان هو الحق في جميع ما
اشتمل عليه من الإخبارات والأوامر والنواهي وهو من عند ربهم؛ فالكفر به بعد
ذلك كفر بالله وكفر بالحق الذي أنزله. ثم قال:
{مصدقاً لما معهم}؛
أي:
موافقاً له في كلِّ ما دل عليه من الحق ومهيمناً عليه، فَلِمَ تؤمنون بما
أنزل عليكم وتكفرون بنظيره، هل هذا إلا تعصب واتباع للهوى لا للهدى؟ وأيضاً
فإن كون القرآن مصدقاً لما معهم يقتضي أنه حجة لهم على صدق ما في أيديهم من
الكتب، فلا سبيل لهم إلى إثباتها إلا به، فإذا كفروا به وجحدوه صاروا
بمنزلة من ادعى دعوى بحجة وبينة ليس له غيرها، ولا تتم دعواه إلا بسلامة
بينته، ثم يأتي هو لبينته وحجته فيقدح فيها ويكذب بها، أليس هذا من الحماقة
والجنون؟ فكان كفرهم بالقرآن كفراً بما في أيديهم ونقضاً له.
ثم نقض عليهم تعالى دعواهم الإيمان بما أنزل إليهم بقوله:
{قل}؛ لهم
{فَلِمَ تقتلون أنبياء الله من قبل إن كنتم مؤمنين}.
(91) Jika orang Yahudi diperintahkan untuk beriman
ke-pada apa yang diturunkan oleh Allah kepada RasulNya yaitu al-Qur`an
maka mereka takabur dan sombong serta, ﴾ قَالُواْ نُؤۡمِنُ بِمَآ أُنزِلَ
عَلَيۡنَا وَيَكۡفُرُونَ بِمَا وَرَآءَهُۥ
﴿ "mereka berkata, 'Kami hanya beriman kepada apa yang diturunkan
kepada kami.' Dan mereka kafir kepada al-Qur`an yang diturunkan
sesudahnya'." Maksudnya, kafir dengan kitab-kitab selainnya, padahal
yang wajib adalah mereka harus beriman kepada apa yang diturunkan oleh
Allah secara mutlak, baik yang diturun-kan kepada mereka atau kepada
selain mereka, dan inilah keimanan yang berguna, keimanan kepada apa
yang diturunkan oleh Allah kepada seluruh Rasul-rasul Allah. Adapun
membeda-bedakan antara kitab-kitab dan para Rasul atau mengaku beriman
kepada sebagiannya tanpa sebagiannya yang lain, maka yang seperti ini
bukanlah suatu keimanan, akan tetapi itu adalah hakikat kekufuran yang
sesungguhnya. Oleh karena itu, Allah berfirman, ﴾
إِنَّ ٱلَّذِينَ يَكۡفُرُونَ بِٱللَّهِ وَرُسُلِهِۦ وَيُرِيدُونَ أَن
يُفَرِّقُواْ بَيۡنَ ٱللَّهِ وَرُسُلِهِۦ وَيَقُولُونَ نُؤۡمِنُ بِبَعۡضٖ
وَنَكۡفُرُ بِبَعۡضٖ وَيُرِيدُونَ أَن يَتَّخِذُواْ بَيۡنَ ذَٰلِكَ سَبِيلًا
150 أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡكَٰفِرُونَ حَقّٗاۚ
﴿ "Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasulNya,
dan bermaksud membedakan antara,
(keimanan kepada) Allah dan rasul-rasulNya,
dengan mengatakan, 'Kami beriman kepada yang sebagian dan kami kafir
terhadap sebagian (yang lain),' serta bermaksud
(dengan perkataan itu) mengambil jalan
(tengah) di antara yang demikian
(iman atau kafir), mereka itulah sebenar-benar
orang kafir."
(An-Nisa`: 150-151).
Oleh karena itu, Allah membantah mereka dengan bantahan yang telak, dan
mewajibkan mereka dengan kewajiban yang tidak ada pelarian bagi mereka
darinya. Allah membantah kekufuran mereka terhadap al-Qur`an dengan dua
perkara seraya berfirman, ﴾
وَهُوَ ٱلۡحَقُّ
﴿ "Sedang al-Qur`an itu adalah (Kitab) yang
haq." Apabila al-Qur`an itu haq dalam segala hal yang dikandungnya
berupa kabar, perintah dan larangan, yang mana ia juga datang dari sisi
Rabb mereka, maka mengingkarinya adalah sebuah pengingkaran kepada Allah
dan kepada yang haq yang Dia turunkan. Kemudian Allah berfirman, ﴾
مُصَدِّقٗا لِّمَا مَعَهُمۡۗ
﴿ "Yang membenar-kan apa yang ada pada mereka," maksudnya, yang sesuai
dengannya dalam segala perkara yang dijelaskan olehnya dari kebenaran,
dan sebagai pelengkap baginya, lalu kenapa kalian beriman kepada Taurat
yang diturunkan kepada kalian namun kalian ingkar kepada yang
sepertinya? Tindakan yang demikian itu hanya fanatisme saja serta
mengikuti hawa nafsu, bukan mengikuti petunjuk. Demikian juga dengan
posisi al-Qur`an sebagai kitab yang membenarkan Taurat yang ada pada
mereka menunjukkan bahwa kitab ini ada-lah hujjah bagi mereka atas
kebenaran yang ada pada mereka dari kitab-kitab yang ada, dan itu
berarti tidak ada jalan lain bagi me-reka dalam membuktikan Taurat
kecuali dengan al-Qur`an, namun bila mereka mengingkari dan
menentangnya, maka mereka men-jadi kaum yang berkedudukan sebagai
pengklaim suatu pengakuan dengan suatu hujjah dan keterangan yang dia
tidak memiliki selainnya, klaimnya tersebut tidaklah akan sempurna
kecuali bila keterangannya benar, kemudian dia kembali menarik hujjah
dan keterangannya itu sendiri dan mendustainya. Bukankah hal yang
seperti ini adalah sebuah kebodohan dan kegilaan? Pengingkaran mereka
terhadap al-Qur`an hakikatnya adalah pengingkaran ter-hadap Taurat yang
ada pada mereka sendiri, bahkan menjadi pem-batal baginya. Kemudian
Allah menolak pengakuan mereka tentang keiman-an mereka kepada apa yang
diturunkan kepada mereka dengan FirmanNya, ﴾
قُلۡ
﴿ "Katakanlah" kepada mereka, ﴾ فَلِمَ تَقۡتُلُونَ
أَنۢبِيَآءَ ٱللَّهِ مِن قَبۡلُ إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِينَ ﴿ "Mengapa kamu
dahulu membunuh nabi-nabi Allah jika benar kamu orang-orang yang beriman?"
#
{92}
{ولقد جاءكم موسى بالبينات}؛
أي:
بالأدلة الواضحات المبينة للحق
{ثم اتخذتم العجل من بعده}؛
أي:
بعد مجيئه {وأنتم ظالمون}؛ في ذلك ليس لكم
عذر.
(92) ﴾ وَلَقَدۡ جَآءَكُم مُّوسَىٰ بِٱلۡبَيِّنَٰتِ
﴿ "Sungguh Musa telah datang kepadamu membawa bukti-bukti kebenaran
(mukjizat)," yakni dengan keterangan-keterangan
yang jelas dan berdasarkan kebenaran,﴾
ثُمَّ ٱتَّخَذۡتُمُ ٱلۡعِجۡلَ مِنۢ بَعۡدِهِۦ
﴿ "kemudian kamu jadikan anak sapi
(sebagai sembahan) sesudahnya," maksudnya
setelah kedatangannya, ﴾
وَأَنتُمۡ ظَٰلِمُونَ ﴿ "dan sebenarnya kamu adalah orang-orang yang
zhalim" dalam hal ter-sebut yang kalian tidak memiliki alasan tentangnya.
#
{93}
{وإذ أخذنا ميثاقكم ورفعنا فوقكم الطورخذوا ما آتيناكم بقوة
واسمعوا}؛ أي: سماع قبول وطاعة واستجابة،
{قالوا سمعنا وعصينا}؛
أي:
صارت هذه حالتهم
{وأشربوا في قلوبهم العجل}؛
أي:
صُبِغ حب العجل وحب عبادته في قلوبهم وشربها بسبب كفرهم
{قل بئسما يأمركم به إيمانكم إن كنتم مؤمنين}؛ أي: أنتم تدعون الإيمان وتتمدحون بالدين الحق
وأنتم قتلتم أنبياء الله واتخذتم العجل إلهاً من دون الله لمَّا غاب عنكم
موسى نبي الله، ولم تقبلوا أوامره ونواهيه إلا بعد التهديد وَرَفْعِ الطور
فوقكم، فالتزمتم بالقول ونقضتم بالفعل، فما هذا الإيمان الذي ادعيتم؟ وما
هذا الدين؟ فإن كان هذا إيماناً على زعمكم، فبئس الإيمان الداعي صاحبه إلى
الطغيان والكفر برسل الله وكثرة العصيان، وقد عُهِد أن الإيمان الصحيح يأمر
صاحبه بكل خير وينهاه عن كل شرٍّ، فوضح بهذا كذبهم وتبين تناقضهم.
(93) ﴾ وَإِذۡ أَخَذۡنَا مِيثَٰقَكُمۡ وَرَفَعۡنَا
فَوۡقَكُمُ ٱلطُّورَ خُذُواْ مَآ ءَاتَيۡنَٰكُم بِقُوَّةٖ وَٱسۡمَعُواْۖ
﴿ "Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji
darimu dan Kami angkat bukit (Thursina) di
atasmu (seraya Kami berfirman), 'Peganglah
teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan dengarkanlah!'"
Maksud-nya, mendengar dengan menerima dan taat serta respon untuk
menunaikan. ﴾
قَالُواْ سَمِعۡنَا وَعَصَيۡنَا
﴿ "Mereka menjawab, 'Kami mendengar tetapi tidak menaati'." Karena hal
ini menjadi suatu kebiasaan me-reka, ﴾
وَأُشۡرِبُواْ فِي قُلُوبِهِمُ ٱلۡعِجۡلَ بِكُفۡرِهِمۡۚ
﴿ "dan telah diresapkan ke dalam hati mereka itu
(kecintaan menyembah) anak sapi karena
kekafirannya," yakni, dijadikan dalam hati mereka kecintaan kepada anak
sapi itu dan penyembahan mereka kepadanya serta menyerapnya
(baca: menikmatinya) yang disebabkan oleh
kekufuran mereka tersebut. ﴾
قُلۡ بِئۡسَمَا يَأۡمُرُكُم بِهِۦٓ إِيمَٰنُكُمۡ إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِينَ ﴿
"Katakanlah, 'Amat jahat per-buatan yang telah diperintahkan imanmu
kepadamu jika betul kamu ber-iman
(kepada Taurat)'." Maksudnya kalian mengaku
beriman dan kalian memuji diri kalian dengan agama yang benar dan kalian
juga membunuh para Nabi Allah lalu kalian menjadikan anak sapi sebagai
sesembahan kalian selain dari pada Allah ketika Musa عليه السلام, Nabi
Allah, tidak hadir di tengah kalian, kalian tidak menerima
perintah-perintah dan larangan-larangannya kecuali setelah adanya ancaman
dan akan diangkatnya gunung Thursina di atas kalian, lalu kalian menaati
secara lisan namun kalian mendustainya secara tindakan, maka pengakuan
iman seperti apakah yang kalian klaim itu? Dan agama apakah itu? Apabila
hal yang seperti itu adalah keimanan sebagaimana yang kalian klaim, maka
sangat jeleklah keimanan orang yang mengajak orang lain kepada kezhaliman
dan kekufuran kepada Rasul-rasul Allah dan banyak bermaksiat, padahal
telah diketahui bahwasanya keimanan yang benar adalah mengajak orang
kepada segala hal yang baik dan mencegahnya dari segala hal yang buruk.
Dengan semua itu jelaslah kebohongan mereka dan nyatalah pertentangan
dalam diri mereka.
{قُلْ إِنْ كَانَتْ لَكُمُ الدَّارُ الْآخِرَةُ عِنْدَ اللَّهِ
خَالِصَةً مِنْ دُونِ النَّاسِ فَتَمَنَّوُا الْمَوْتَ إِنْ كُنْتُمْ
صَادِقِينَ (94) وَلَنْ يَتَمَنَّوْهُ أَبَدًا
بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالظَّالِمِينَ
(95) وَلَتَجِدَنَّهُمْ أَحْرَصَ النَّاسِ عَلَى
حَيَاةٍ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا يَوَدُّ أَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ
أَلْفَ سَنَةٍ وَمَا هُوَ بِمُزَحْزِحِهِ مِنَ الْعَذَابِ أَنْ يُعَمَّرَ
وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِمَا يَعْمَلُونَ
(96)}
.
"Katakanlah, 'Jika kamu
(menganggap bahwa) kampung akhirat
(surga) itu khusus untukmu di sisi Allah, bukan
untuk orang lain, maka inginilah kematian
(mu),
jika kamu memang benar.' Dan sekali-kali mereka tidak akan menginginkan
kema-tian itu selama-lamanya, karena kesalahan-kesalahan yang telah
diperbuat oleh tangan mereka
(sendiri), dan Allah
Maha Menge-tahui orang-orang yang berbuat zhalim. Dan sungguh kamu akan
mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan
(di dunia), bahkan
(lebih loba lagi) dari orang-orang musyrik.
Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, pada-hal umur
panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya dari siksa. Allah Maha
Mengetahui apa yang mereka kerjakan."
(Al-Baqarah: 94-96).
#
{94} أي: {قل}؛
لهم على وجه تصحيح دعواهم،
{إن كانت لكم الدار الآخرة}؛ يعني الجنة،
{خالصة من دون الناس}؛ كما زعمتم أنه لن يدخل
الجنة إلا من كان هوداً أو نصارى، وأن النار لن تمسهم إلا أياماً معدودة
فإن كنتم صادقين بهذه الدعوى،
{فتمنوا الموت}؛ وهذا نوع مباهلة بينهم وبين
رسول الله - صلى الله عليه وسلم -
وليس بعد هذا الإلجاء والمضايقة لهم بعد العناد منهم إلا أحد
أمرين:
إما أن يؤمنوا بالله ورسوله، وإما أن يباهلوا على ما هم عليه بأمر يسير
عليهم وهو تمني الموت الذي يوصلهم إلى الدار التي هي خالصة لهم، فامتنعوا
عن ذلك؛ فعلم كل أحد أنهم في غاية المعاندة والمحادّة لله ورسوله مع علمهم
بذلك، ولهذا قال تعالى:
(94) ﴾ قُلۡ
﴿ "Katakanlah" kepada mereka dalam bentuk mem-benarkan pengakuan
mereka, ﴾
إِن كَانَتۡ لَكُمُ ٱلدَّارُ ٱلۡأٓخِرَةُ
﴿ "Jika kamu (menganggap bahwa) kampung akhirat
itu," maksudnya surga, ﴾
خَالِصَةٗ مِّن دُونِ ٱلنَّاسِ
﴿ "khusus untukmu di sisi Allah bukan untuk orang lain," sebagaimana
yang kalian klaim bahwasanya tidaklah akan masuk surga kecuali orang
Yahudi atau Nasrani, dan bahwasanya neraka tidaklah akan menyentuh
mereka kecuali hanya dalam waktu yang dapat dihitung saja, maka bila
kalian benar dalam pengakuan ini, ﴾
فَتَمَنَّوُاْ ٱلۡمَوۡتَ ﴿ "maka inginilah kematian
(mu)." Ini adalah sebuah bentuk mubahalah
(saling mendoakan agar orang yang dusta dilaknat Allah)
antara mereka dan Rasulullah ﷺ, dan tidak ada lagi setelah pemaksaan dan
tekanan bagi mereka setelah kedurhakaan mereka kecuali salah satu dari dua
perkara, pertama mereka beriman ke-pada Allah dan RasulNya, atau kedua,
bermubahalah dengan sesuatu yang mereka jadikan sebagai pedoman untuk
dipertaruhkan de-ngan perkara yang ringan yaitu keinginan untuk mati yang
akan menyampaikan mereka kepada negeri yang khusus bagi mereka tersebut.
Namun mereka menolak hal tersebut, sehingga setiap orang dapat mengetahui
bahwa mereka itu hakikatnya benar-benar dalam kondisi durhaka dan
menentang Allah dan RasulNya pada-hal mereka mengetahui hal tersebut. Oleh
karena itu Allah berfirman,
#
{95}
{ولن يتمنوه أبداً بما قدمت أيديهم}؛ من
الكفر والمعاصي؛ لأنهم يعلمون أنه طريق لهم إلى المجازاة بأعمالهم الخبيثة،
فالموت أكره شيء إليهم، وهم أحرص على الحياة من كل أحد من الناس حتى من
المشركين الذين لا يؤمنون بأحد من الرسل والكتب.
ثم ذكر شدة محبتهم الدنيا فقال:
(95) ﴾ وَلَن يَتَمَنَّوۡهُ أَبَدَۢا بِمَا
قَدَّمَتۡ أَيۡدِيهِمۡۚ ﴿ "Dan sekali-kali mereka tidak akan menginginkan
kematian itu selama-lamanya, karena kesalahan-ke-salahan yang telah
diperbuat oleh tangan mereka
(sendiri)" disebabkan
kekufuran dan kemaksiatan, karena mereka sangat mengetahui bahwa hal itu
adalah jalan bagi mereka kepada pembalasan atas perbuatan-perbuatan mereka
yang buruk, maka kematian itu ada-lah suatu perkara yang paling mereka
benci, dan mereka adalah orang yang paling rakus terhadap kehidupan
dibanding setiap manusia hingga dari kaum musyrikin yang tidak beriman
kepada salah seorang Rasul pun dari para Rasul dan kitab-kitab. Kemudian
Allah menyebutkan tentang sifat cinta mereka yang begitu besar terhadap
kehidupan dunia seraya berfirman,
#
{96}
{يود أحدهم لو يعمر ألف سنة}؛
وهذا:
أبلغ ما يكون من الحرص تمنوا حالة هي من المحالات، والحال أنهم لو عُمِّروا
العمر المذكور لم يغن عنهم شيئاً، ولا دفع عنهم من العذاب شيئاً،
{والله بصير بما يعملون}؛ تهديد لهم على
المجازاة بأعمالهم.
(96) ﴾ يَوَدُّ أَحَدُهُمۡ لَوۡ يُعَمَّرُ أَلۡفَ
سَنَةٖ
﴿ "Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun." Hal ini,
adalah lebih dalam maknanya dari sekedar ketamakan, di mana mereka
berkhayal tentang suatu hal yang paling mustahil di antara hal-hal yang
mustahil, walau-pun faktanya bila mereka diberikan kehidupan sebanyak
yang di-sebutkan dalam ayat ini, tetap saja tidak ada gunanya sama
sekali bagi mereka, dan tidak juga menyelamatkan mereka dari azab.
﴾
وَٱللَّهُ بَصِيرُۢ بِمَا يَعۡمَلُونَ ﴿ "Dan Allah Maha Mengetahui apa yang
mereka kerjakan." Ini adalah sebuah ancaman bagi mereka dengan adanya
pembalasan terhadap perbuatan-perbuatan mereka.
{قُلْ مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِجِبْرِيلَ فَإِنَّهُ نَزَّلَهُ عَلَى
قَلْبِكَ بِإِذْنِ اللَّهِ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَهُدًى
وَبُشْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ (97) مَنْ كَانَ
عَدُوًّا لِلَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَرُسُلِهِ وَجِبْرِيلَ وَمِيكَالَ
فَإِنَّ اللَّهَ عَدُوٌّ لِلْكَافِرِينَ
(98)}
.
"Katakanlah, 'Barangsiapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah
menurunkannya
(al-Qur`an) ke dalam hatimu dengan
seizin Allah; membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjadi petunjuk
serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman. Barangsiapa yang
menjadi musuh Allah, malaikat-ma-laikatNya, rasul-rasulNya, Jibril dan
Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir'."
(Al-Baqarah: 97-98).
#
{97 ـ 98} أي: قل لهؤلاء اليهود الذين زعموا
أن الذي منعهم من الإيمان أن وليك جبريل عليه السلام ولو كان غيره من
ملائكة الله لآمنوا بك وصدقوا: إن هذا الزعم منكم تناقض وتهافت وتكبر على
الله، فإن جبريل عليه السلام هو الذي نزل بالقرآن من عند الله على قلبك،
وهو الذي ينزل على الأنبياء قبلك، والله هو الذي أمره وأرسله بذلك، فهو
رسول محض، مع أن هذا الكتاب الذي نزل به جبريل مصدقاً لما تقدمه من الكتب
غير مخالف لها ولا مناقض، وفيه الهداية التامة من أنواع الضلالات، والبشارة
بالخير الدنيوي والأخروي لمن آمن به، فالعداوة لجبريل الموصوف بذلك كفر
بالله وآياته وعداوة لله ولرسله وملائكته، فإن عداوتهم لجبريل لا لذاته، بل
لما ينزل به من عند الله من الحق على رسل الله، فيتضمن الكفر والعداوة للذي
أنزله وأرسله والذي أرسل به والذي أرسل إليه، فهذا وجه ذلك.
(97-98) Maksudnya, katakanlah kepada orang-orang
Ya-hudi yang mengklaim bahwasanya hal yang menghalangi mereka dari beriman
adalah bahwa Jibril عليه السلام, walimu
(Muhammad ﷺ), seandainya dia adalah berupa
malaikat-malaikat Allah yang lain selain Jibril, niscaya mereka beriman
kepadamu dan memper-cayaimu. Sesungguhnya klaim seperti ini saling
bertentangan dan merupakan kesombongan terhadap Allah, karena Jibril عليه
السلام itu adalah malaikat yang turun dengan membawa al-Qur`an dari Allah
kepada hatimu, dan dialah yang turun juga kepada para Nabi se-belummu, dan
Allah-lah yang memerintahkan dan mengutusnya dengan tugas seperti itu,
maka dia sebatas malaikat yang diutus, padahal kitab yang diturunkan oleh
Jibril itu telah membenarkan apa yang telah lewat dari kitab-kitab yang
sebelumnya dan tidak menyelisihi dan bertentangan dengannya. Kitab ini
berisi petunjuk yang sempurna dari segala bentuk kesesatan, juga berisi
kabar gembira tentang kebaikan dunia dan akhirat bagi orang yang ber-iman
kepadanya, maka permusuhan terhadap Jibril yang dijelaskan sifat-sifatnya
di atas adalah sebuah pengingkaran terhadap Allah dan ayat-ayatNya serta
permusuhan kepada Allah, kepada Rasul-rasulNya dan malaikat-malaikatNya.
Sesungguhnya permusuhan mereka terhadap Jibril bukanlah kepada Jibril
pribadi, namun juga terhadap al-Qur`an yang dibawa olehnya dari sisi Allah
berupa kebenaran
(yang diturunkan) kepada
Rasul-rasul Allah, maka permusuhan dan pengingkaran itu mencakup kepada
Dzat yang menyuruhnya turun dan kepada al-Qur`an yang diturunkan olehNya
serta kepada Rasul yang diturunkan kitab itu kepadanya, inilah maksud dari
hal itu.
{وَلَقَدْ أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ آيَاتٍ بَيِّنَاتٍ وَمَا يَكْفُرُ بِهَا
إِلَّا الْفَاسِقُونَ (99)}
.
"Dan sungguh Kami telah menurunkan kepadamu ayat-ayat yang jelas; dan tak
ada yang ingkar kepadanya, melainkan orang-orang yang fasik."
(Al-Baqarah: 99).
#
{99} يقول لنبيه - صلى الله عليه وسلم -:
{ولقد أنزلنا إليك آيات بينات}؛ تحصل بها
الهداية لمن استهدى وإقامة الحجة على من عاند، وهي في الوضوح والدلالة على
الحق قد بلغت مبلغاً عظيماً، ووصلت إلى حالة لا يمتنع من قبولها إلا من فسق
عن أمر الله وخرج عن طاعة الله، واستكبر غاية التكبر.
(99) Allah berfirman kepada NabiNya, Muhammad ﷺ, ﴾
وَلَقَدۡ أَنزَلۡنَآ إِلَيۡكَ ءَايَٰتِۭ بَيِّنَٰتٖۖ ﴿ "Dan sungguh Kami
telah menurunkan kepadamu ayat-ayat yang jelas," yang dapat diperoleh
darinya petunjuk bagi orang yang mencari hidayah, dan menegakkan hujjah
atas orang yang menentangnya, di mana ayat-ayat itu dalam penjelasan dan
penunjukannya
(dilalah) kepada kebenaran sangatlah
jelas, hingga tidak mungkin ditolak kecuali oleh orang-orang yang
menyimpang dari perintah Allah dan bermaksiat dari ketaatan kepadaNya,
serta berlaku sombong dengan kesombongan yang besar.
{أَوَكُلَّمَا عَاهَدُوا عَهْدًا نَبَذَهُ فَرِيقٌ مِنْهُمْ بَلْ
أَكْثَرُهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ (100)}
.
"Patutkah
(mereka ingkar kepada ayat-ayat Allah), dan setiap
kali mereka mengikat janji, segolongan mereka melemparkannya? Bahkan
sebagian besar dari mereka tidak beriman."
(Al-Baqarah: 100).
#
{100} وهذا فيه التعجب من كثرة معاهداتهم
وعدم صبرهم على الوفاء بها فكلما تفيد التكرار، فكلما وجد العهد ترتب عليه
النقض، ما السبب في ذلك؟ السبب أن أكثرهم لا يؤمنون، فعدم إيمانهم هو الذي
أوجب لهم نقض العهود،
ولو صدق إيمانهم لكانوا مثل من قال الله فيهم:
{من المؤمنين رجال صدقوا ما عاهدوا الله عليه}.
(100) Ayat ini menunjukkan tentang suatu keheranan
karena banyaknya perjanjian mereka dan tidak sabarnya mereka untuk
menunaikan janji-janji itu. Kata "setiap kali" mengandung makna
pengulangan, maka setiap kali ada janji, setiap kali itu juga ada
pengingkaran. Apakah sebab dari semua itu? Sebabnya adalah bahwa mayoritas
mereka tidak beriman, oleh karena ketiadaan iman mereka itulah yang
membawa mereka kepada pengingkaran terhadap janji-janji tersebut,
seandainya keimanan mereka itu benar, niscaya mereka seperti orang-orang
yang Allah تعالى Firmankan, ﴾ مِّنَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ رِجَالٞ صَدَقُواْ مَا
عَٰهَدُواْ ٱللَّهَ عَلَيۡهِۖ ﴿ "Di antara orang-orang Mukmin itu ada
orang-orang yang mene-pati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah."
(Al-Ahzab: 23).
{وَلَمَّا جَاءَهُمْ رَسُولٌ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ مُصَدِّقٌ لِمَا
مَعَهُمْ نَبَذَ فَرِيقٌ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ كِتَابَ
اللَّهِ وَرَاءَ ظُهُورِهِمْ كَأَنَّهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
(101) وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ
عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ
الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنْزِلَ
عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ وَمَا يُعَلِّمَانِ
مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولَا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ
فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ
وَزَوْجِهِ وَمَا هُمْ بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ
اللَّهِ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَلَقَدْ
عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ
وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
(102) [وَلَوْ أَنَّهُمْ آمَنُوا وَاتَّقَوْا
لَمَثُوبَةٌ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ خَيْرٌ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
(103)]}
.
"Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang
membenarkan kitab yang ada pada mereka, sebagian dari orang-orang yang
diberi kitab
(Taurat) melemparkan kitab Allah ke belakang
(punggung)nya, seolah-olah mereka tidak
me-ngetahui
(bahwa itu adalah kitab Allah). Dan
mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan
Sulaiman
(dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir
(tidak mengerjakan sihir), hanya setan-setanlah
yang kafir
(mengerjakan sihir). Mereka
mengajar-kan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang
malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak
mengajarkan
(sesuatu) kepada seorang pun hingga
mengatakan, 'Sesungguhnya kami hanya cobaan
(bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir.' Maka
mereka mempelajari dari kedua malaikat tersebut sihir yang membuat mereka
dapat menceraikan antara seorang suami dengan istrinya. Dan mereka itu
(ahli sihir) tidak memberi mudarat dengan sihirnya
kepada seorang pun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari
sesuatu yang tidak memberi mudarat kepadanya dan tidak memberi manfaat.
Sungguh mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menu-karnya
(kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya
keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya
dengan sihir, kalau mereka mengetahui. Kalau mereka beriman dan bertakwa,
(niscaya mereka akan mendapat pahala), dan sungguh
pahala dari sisi Allah adalah lebih baik, kalau mereka mengeta-hui."
[12]
(Al-Baqarah: 101-103).
#
{101} أي: ولما جاءهم هذا الرسول الكريم
بالكتاب العظيم بالحق الموافق لما معهم وكانوا يزعمون أنهم متمسكون
بكتابهم، فلما كفروا بهذا الرسول وبما جاء به
{نبذ فريق من الذين أوتوا الكتاب كتاب الله}؛
الذي أنزل إليهم أي طرحوه رغبة عنه
{وراء ظهورهم}؛ وهذا أبلغ في الإعراض كأنهم
في فعلهم هذا من الجاهلين وهم يعلمون صدقه وحقيقة ما جاء به، تبين بهذا أن
هذا الفريق من أهل الكتاب لم يبق في أيديهم شيء حيث لم يؤمنوا بهذا الرسول،
فصار كفرهم به كفراً بكتابهم من حيث لا يشعرون. ولما كان من العوائد
القدرية والحكمة الإلهية أن من ترك ما ينفعه وأمكنه الانتفاع به ولم ينتفع؛
ابتلي بالاشتغال بما يضره، فمن ترك عبادة الرحمن؛ ابتليَ بعبادة الأوثان،
ومن ترك محبة الله وخوفه ورجاءه؛ ابتليَ بمحبة غير الله وخوفه ورجائه، ومن
لم ينفق ماله في طاعة الله أنفقه في طاعة الشيطان، ومن ترك الذلَّ لربه؛
ابتليَ بالذل للعبيد، ومن ترك الحق؛ ابتليَ بالباطل.
(101) Maksudnya, ketika Rasul yang mulia ini,
Muhammad ﷺ, telah datang kepada mereka dengan membawa kitab yang agung
dengan kebenaran yang sesuai dengan apa yang ada pada mereka, sedang
mereka mengaku bahwa mereka berpegang teguh kepada kitab mereka tersebut,
lalu ketika mereka mengingkari Rasul tersebut dan apa yang beliau bawa,
maka ﴾ نَبَذَ فَرِيقٞ مِّنَ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡكِتَٰبَ كِتَٰبَ ٱللَّهِ
﴿ "orang-orang yang diberi kitab
(Taurat) melemparkan kitab Allah" yang
diturunkan kepada mereka, maksudnya mereka melemparnya karena benci
terhadapnya, ﴾
وَرَآءَ ظُهُورِهِمۡ ﴿ "ke belakang
(punggung)nya." Ini adalah sikap parah dalam
pengingkaran, seolah-olah mereka, dengan tindakannya itu, adalah
orang-orang yang tidak tahu, padahal mereka mengetahui kebenarannya dan
hakikat kitab yang dibawanya. Maka jelaslah dengan hal ini bahwa kelom-pok
ini berasal dari ahli kitab yang mana kitab tersebut tidak akan tetap
berada di tangan mereka selama mereka tidak beriman kepada Rasul tersebut,
maka kekufuran mereka kepada Nabi ﷺ adalah sebuah pengingkaran terhadap
kitab mereka sendiri, tanpa mereka sadari. Ketika hukum takdir dan hikmah
Tuhan bahwa barangsiapa yang meninggalkan suatu hal yang bermanfaat
baginya dan sangat mungkin dia mengambil manfaat darinya, namun tidak dia
man-faatkan, niscaya dia akan diuji dengan disibukkan oleh suatu hal yang
justru memudaratkannya, maka barangsiapa yang mening-galkan penyembahan
kepada Dzat yang Maha Pengasih, niscaya dia diuji dengan menyembah
berhala, dan barangsiapa yang me-ninggalkan cinta kepada Allah, takut dan
berharap kepadaNya, niscaya akan diuji dengan cinta kepada selain Allah,
takut dan mengharapnya, barangsiapa yang tidak mengeluarkan hartanya dalam
ketaatan kepada Allah, niscaya dia akan mengeluarkannya dalam ketaatan
kepada setan, barangsiapa yang meninggalkan kepasrahan hanya kepada
Rabbnya, niscaya ia akan diuji dengan kepasrahan kepada hamba-hambaNya,
dan barangsiapa yang me-ninggalkan kebenaran, niscaya dia akan diuji
dengan kebatilan.
#
{102 ـ 103} كذلك: هؤلاء اليهود لما نبذوا
كتاب الله اتبعوا ما تتلوا الشياطين، وتختلق من السحر على ملك سليمان حيث
أخرجت الشياطين للناس السحر، وزعموا أن سليمان عليه السلام كان يستعمله وبه
حصل له الملك العظيم،
وهم كذبة في ذلك فلم يستعمله سليمان بل نزهه الصادق في قيله:
{وما كفر سليمان}؛
أي:
بتعلم السحر فلم يتعلمه،
{ولكن الشياطين كفروا}؛ في ذلك
{يعلمون الناس السحر}؛ من إضلالهم وحرصهم على
إغواء بني آدم وكذلك اتبع اليهود السحر الذي أُنْزِلَ على الملكين الكائنين
بأرض بابل من أرض العراق، أنزل عليهما السحر امتحاناً وابتلاءً من الله
لعباده فيعلمانهم السحر،
{وما يعلمان من أحد حتى}؛ ينصحاه و
{يقولا إنما نحن فتنة فلا تكفر}؛
أي:
لا تتعلم السحر؛ فإنه كفر، فينهيانه عن السحر ويخبرانه عن مرتبته، فتعليم
الشياطين للسحر على وجه التدليس والإضلال، ونسبته وترويجه إلى من برأه الله
منه وهو سليمان عليه السلام، وتعليم الملكين امتحاناً مع نصحمها لئلا يكون
لهم حجة، فهؤلاء اليهود يتبعون السحر الذي تعلمه الشياطين والسحر الذي
يعلمه الملكان، فتركوا علم الأنبياء والمرسلين وأقبلوا على علم الشياطين،
وكلٌّ يصبو إلى ما يناسبه.
ثم ذكر مفاسد السحر فقال:
{فيتعلمون منهما ما يفرقون به بين المرء وزوجه}؛ مع أن محبة الزوجين لا تقاس بمحبة غيرهما،
لأن الله قال في حقهما:
{وجعل بينكم مودة ورحمة}؛ وفي هذا دليل على
أن السحر له حقيقة، وأنه يضر بإذن الله؛ أي:
بإرادة الله، والإذن نوعان: إذن قدري: وهو المتعلق
بمشيئة الله كما في هذه الآية،
وإذن شرعي كما في قوله تعالى في الآية السابقة:
{فإنه نزله على قلبك بإذن الله}؛ وفي هذه
الآية وما أشبهها أن الأسباب مهما بلغت في قوة التأثير فإنها تابعة للقضاء
والقدر ليست مستقلة في التأثير،
ولم يخالف في هذا الأصل أحد من فرق الأمة غير القدرية في أفعال العباد
زعموا:
أنها مستقلة غير تابعة للمشيئة، فأخرجوها عن قدرة الله، فخالفوا كتاب الله
وسنة رسوله وإجماع الصحابة والتابعين. ثم ذكر أن علم السحر مضرة محضة، ليس
فيه منفعة لا دينية ولا دنيوية،
كما يوجد بعض المنافع الدنيوية في بعض المعاصي كما قال تعالى في الخمر
والميسر:
{قل فيهما إثم كبير ومنافع للناس وإثمهما أكبر من نفعهما}؛ فهذا السحر مضرة محضة فليس له داعٍ أصلاً، فالمنهيات كلها إما مضرة محضة
أو شرها أكبر من خيرها، كما أن المأمورات إما مصلحة محضة أو خيرها أكثر من
شرها. {ولقد علموا}؛
أي:
اليهود، {لمن اشتراه}؛
أي:
رغب في السحر رغبة المشتري في السلعة،
{ما له في الآخرة من خلاق}؛
أي:
نصيب بل هو موجب للعقوبة، فلم يكن فعلهم إياه جهلاً ولكنهم استحبوا الحياة
الدنيا على الآخرة فلبئس
{ما شروا به أنفسهم لو كانوا يعلمون}؛ علماً
يثمر العمل ما فعلوه.
(102-103) Seperti itu juga, orang-orang Yahudi
ketika mereka melemparkan Kitabullah, mereka akhirnya mengikuti apa yang
dibaca oleh setan dan diciptakan dari sebuah sihir pada masa kerajaan
Sulaiman, di mana setan-setan mengeluarkan sihir kepada manusia hingga
mereka menyangka bahwasanya Sulaiman memakai sihir dan menggunakannya
untuk mendapatkan kerajaan yang besar. Mereka adalah pendusta dalam hal
itu karena Sulaiman tidak memakainya, karena Allah telah menyucikannya
dalam FirmanNya, ﴾ وَمَا كَفَرَ سُلَيۡمَٰنُ
﴿ "Padahal Sulaiman tidaklah kafir," yakni dengan mempelajari sihir
karena dia tidak mempelajarinya,﴾
وَلَٰكِنَّ ٱلشَّيَٰطِينَ كَفَرُواْ
﴿ "akan tetapi setan-setan itulah yang kafir
(mengerjakan sihir)" dalam hal itu, ﴾
يُعَلِّمُونَ ٱلنَّاسَ ٱلسِّحۡرَ
﴿ "mereka mengajarkan sihir kepada manusia" karena usaha penyesatan
mereka dan semangat mereka untuk menggoda anak Adam, kaum Yahudi juga
mengikuti sihir yang diturunkan oleh dua malaikat yang berada di Babil,
negeri Irak, di mana sihir diturunkan kepada mereka sebagai ujian dan
cobaan dari Allah untuk hamba-hambaNya, lalu mereka berdua mengajarkan
sihir kepada orang-orang, ﴾
وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنۡ أَحَدٍ حَتَّىٰ
﴿ "sedang keduanya tidak mengajarkan kepada siapa pun hingga" mereka
berdua menasihatinya, dan ﴾
يَقُولَآ إِنَّمَا نَحۡنُ فِتۡنَةٞ فَلَا تَكۡفُرۡۖ
﴿ "berkata, 'Sesungguhnya kami hanya cobaan bagimu, sebab itu janganlah
kamu kafir'." Maksud-nya, janganlah kamu mempelajari sihir, karena sihir
itu adalah kekufuran, mereka berdua melarangnya mempelajari sihir seraya
mengabarkan tentang tingkatannya. Pengajaran setan akan sihir dalam
bentuk pengaburan dan penyesatan lalu menisbatkan dan melariskannya
kepada seseorang yang telah disucikan oleh Allah dari sihir, yaitu Nabi
Sulaiman عليه السلام. Adapun pengajaran kedua malaikat itu adalah
sebagai cobaan dengan adanya nasihat keduanya, agar tidak menjadi hujjah
bagi mereka. Orang-orang Yahudi mengikuti sihir yang diajarkan oleh
setan dan sihir yang diajarkan oleh kedua malaikat tersebut, kemu-dian
mereka meninggalkan ilmu-ilmu dari para Nabi dan Rasul, dan menerima
ilmu-ilmu setan, maka masing-masing orang akan cenderung kepada hal yang
sesuai dengannya. Kemudian Allah menyebutkan tentang kemudaratan sihir
seraya berfirman, ﴾
فَيَتَعَلَّمُونَ مِنۡهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِۦ بَيۡنَ ٱلۡمَرۡءِ
وَزَوۡجِهِۦۚ
﴿ "Maka me-reka mempelajari dari kedua malaikat sihir yang membuat
mereka dapat menceraikan antara seorang
(suami) dengan istrinya" padahal cinta kasih
kedua suami istri tidaklah dapat diukur dengan cinta kasih selain
mereka, karena Allah تعالى telah berfirman tentang mereka berdua,
﴾
وَجَعَلَ بَيۡنَكُم مَّوَدَّةٗ وَرَحۡمَةًۚ
﴿ "Dan dijadikanNya di antara kamu rasa kasih dan sayang."
(Ar-Rum: 21). Hal ini
menunjukkan bahwa sihir itu memiliki hakikat dan bahwa dia dapat
memudaratkan atas izin dari Allah dan atas ke-hendak Allah. Adapun izin
itu ada dua macam; izin yang bersifat takdir
(penciptaan) yaitu yang bersangkutan dengan
kehendak Allah sebagaimana yang ada dalam ayat ini, dan izin yang
bersifat syariat sebagaimana dalam FirmanNya تعالى yang lalu, ﴾
فَإِنَّهُۥ نَزَّلَهُۥ عَلَىٰ قَلۡبِكَ بِإِذۡنِ ٱللَّهِ
﴿ "Maka Jibril itu telah menurunkannya
(al-Qur`an) ke dalam hatimu dengan seizin
Allah."
(Al-Baqarah: 97). Dalam
ayat ini dan ayat-ayat yang semisalnya menjelaskan bahwa apa pun
sebabnya walaupun ia memiliki pengaruh yang sangat besar, ia tetap saja
mengikuti qadha dan takdir di mana sebab-sebab tersebut tidak berdiri
sendiri (independent) dalam pengaruhnya, dan
tidak ada satu pun dari kelompok-kelompok umat Islam yang menentang
dasar kerangka ini selain al-Qadariyah dalam pembahasan
perbuatan-perbuatan hamba, di mana mereka menyatakan bahwasanya
perbuatan-perbuatan hamba itu terpisah dan tidak tunduk kepada kehendak,
mereka mengeluarkannya dari takdir Allah dan mereka menyalahi Kitabullah
dan Sunnah Rasulullah ﷺ serta ijma' para sahabat dan tabi'in. Kemudian
Allah menyebutkan bahwa ilmu sihir itu murni berbahaya, tidak ada
manfaatnya sedikit pun, baik secara agama maupun dunia, sebagaimana
terdapat beberapa manfaat pada be-berapa kemaksiatan seperti dalam
Firman Allah tentang khamar dan judi, ﴾
قُلۡ فِيهِمَآ إِثۡمٞ كَبِيرٞ وَمَنَٰفِعُ لِلنَّاسِ وَإِثۡمُهُمَآ
أَكۡبَرُ مِن نَّفۡعِهِمَاۗ
﴿ "Katakanlah, 'Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa
manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari
manfaatnya'."
(Al-Baqarah: 219). Sihir
itu murni berbahaya bahkan ia tidak memiliki faktor penunjang sama
sekali, dan hal-hal yang dilarang itu semuanya murni berbahaya atau
mudaratnya lebih besar daripada manfaat-nya, sebagaimana perkara-perkara
yang diperintahkan itu juga murni bermanfaat atau manfaatnya lebih besar
daripada mudarat-nya. ﴾
وَلَقَدۡ عَلِمُواْ
﴿ "Sungguh mereka telah meyakini," yaitu orang-orang Yahudi, bahwa
﴾
لَمَنِ ٱشۡتَرَىٰهُ
﴿ "barangsiapa yang menukarnya dengan sihir itu," yaitu menyukai sihir
sebagaimana pembeli menyukai suatu barang dagangan, ﴾
مَا لَهُۥ فِي ٱلۡأٓخِرَةِ مِنۡ خَلَٰقٖۚ
﴿ "tiadalah baginya keuntungan di akhirat," maksudnya tidak mendapat
bagian, bahkan hal itu mengakibatkan hukuman, dan tidaklah perbuatan
mereka itu atas dasar kebodohan, akan tetapi karena sangat menyukai
kehidupan dunia daripada akhirat, maka sangat j e l e k l a h ﴾
مَا شَرَوۡاْ بِهِۦٓ أَنفُسَهُمۡۚ لَوۡ كَانُواْ يَعۡلَمُونَ ﴿ "perbuatan
mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui," maksudnya,
mengetahui akan buah dari per-buatan yang telah mereka lakukan.
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَقُولُوا رَاعِنَا وَقُولُوا
انْظُرْنَا وَاسْمَعُوا وَلِلْكَافِرِينَ عَذَابٌ أَلِيمٌ
(104) مَا يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ
أَهْلِ الْكِتَابِ وَلَا الْمُشْرِكِينَ أَنْ يُنَزَّلَ عَلَيْكُمْ مِنْ
خَيْرٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَاللَّهُ يَخْتَصُّ بِرَحْمَتِهِ مَنْ يَشَاءُ
وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ
(105)}
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu katakan
(kepada Muhammad), 'Ra'ina,' tetapi katakanlah,
'Unzhurna,' dan 'dengarlah.' Dan bagi orang-orang yang kafir siksaan yang
pedih. Orang-orang kafir dari Ahli Kitab dan orang-orang musyrik tiada
menginginkan diturunkannya suatu kebaikan kepadamu dari Tu-hanmu. Dan
Allah menentukan siapa yang dikehendakiNya
(untuk diberi) rahmatNya
(kenabian); dan Allah mempunyai karunia yang
besar."
(Al-Baqarah: 104-105).
#
{104} كان المسلمون يقولون حين خطابهم للرسول
عند تعلمهم أمر الدين: {راعنا}؛
أي:
راع أحوالنا فيقصدون بها معنى صحيحاً، وكان اليهود يريدون بها معنى فاسداً،
فانتهزوا الفرصة فصاروا يخاطبون الرسول بذلك ويقصدون المعنى الفاسد، فنهى
الله المؤمنين عن هذه الكلمة سَدًّا لهذا الباب، ففيه النهي عن الجائز إذا
كان وسيلة إلى محرم، وفيه الأدب واستعمال الألفاظ التي لا تحتمل إلا الحسن
وعدم الفحش وترك الألفاظ القبيحة أو التي فيها نوع تشويش واحتمال لأمر غير
لائق، فأمرهم بلفظة لا تحتمل إلا الحسن فقال:
{وقولوا انظرنا}؛ فإنها كافية يحصل بها
المقصود من غير محذور، {واسمعوا}؛ لم يذكر
المسموع ليعم ما أمر باستماعه فيدخل فيه سماع القرآن وسماع السنة التي هي
الحكمة لفظاً ومعنى واستجابة ففيه الأدب والطاعة، ثم توعد الكافرين بالعذاب
المؤلم الموجع.
(104) Kaum Muslimin berkata di tengah perbincangan
mereka bersama Rasul saat mereka belajar perkara-perkara agama mereka, ﴾
رَٰعِنَا
﴿ "Perhatikanlah kami," maksudnya perhatikan kon-disi kami, dan mereka
bermaksud baik, sedangkan orang-orang Yahudi juga mengatakan seperti itu
namun dengan maksud jelek, mereka memanfaatkan kesempatan tersebut
dengan mengatakan hal itu kepada Rasulullah ﷺ dengan maksud yang jelek,
maka Allah melarang orang-orang beriman mengucapkan kalimat itu untuk
mencegah masalah tersebut. Ayat ini menunjukkan larangan tentang suatu
perkara yang (pada dasarnya) boleh tetapi bisa
menjadi jalan menuju kepada hal yang haram. Juga menunjukkan akhlak dan
pemakaian kalimat yang tidak bermakna kecuali hanya yang baik dan tidak
keji serta meninggalkan kalimat-kalimat yang jelek, atau yang mengandung
makna mengganggu atau perkara yang tidak patut, maka Allah memerintahkan
mereka kepada ka-limat-kalimat yang tidak bermaksud kecuali hanya yang
baik saja. Allah berfirman, ﴾
وَقُولُواْ ٱنظُرۡنَا
﴿ "Namun katakanlah, 'Lihatlah kami'." dengan kalimat ini cukup
mewakili maksud yang dikehendaki tanpa ada sedikit pun masalah, ﴾
وَٱسۡمَعُواْۗ ﴿ "dan dengarlah," Allah tidak menyebutkan hal yang didengar
agar menjadi lebih umum kepada segala perkara yang diperintahkan untuk
didengar, maka hal itu mencakup perintah mendengar al-Qur`an dan mendengar
sunnah yang merupakan hikmah secara lafazh maupun makna dan sebagai
respon. Ayat ini juga menunjukkan adab dan ketaatan, kemudian Allah
mengancam orang-orang kafir dengan azab yang pedih lagi menyakitkan.
#
{105} وأخبر عن عداوة اليهود والمشركين
للمؤمنين أنهم ما يودون،
{أن ينزل عليكم من خير}؛
أي:
لا قليلاً ولا كثيرًا، {من ربكم}؛ حسدًا منهم
وبغضاً لكم أن يختصكم بفضله فإنه،
{ذو الفضل العظيم} ومن فضله عليكم؛ إنزال
الكتاب على رسولكم ليزكيكم ويعلمكم الكتاب والحكمة ويعلمكم ما لم تكونوا
تعلمون، فله الحمد والمنة.
(105) Dan Allah mengabarkan tentang permusuhan
orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik terhadap orang-orang beriman
yaitu bahwasanya mereka tidaklah menginginkan, ﴾ أَن يُنَزَّلَ عَلَيۡكُم
مِّنۡ خَيۡرٖ
﴿ "diturunkannya suatu kebaikan kepadamu," maksudnya, tidak
menginginkan kamu (kaum Muslimin) mendapat
kebaikan, baik sedikit ataupun banyak ﴾
مِّن رَّبِّكُمۡۚ
﴿ "dari Tuhanmu," karena kedengkian dan kebencian mereka kepada kamu,
karena Allah memberikan keistimewaan kepada kalian dari karuniaNya, oleh
karena ﴾
ذُو ٱلۡفَضۡلِ ٱلۡعَظِيمِ ﴿ "Allah mempunyai karunia yang besar," dan di
antara karuniaNya atas kalian adalah menurunkan kitab kepada Rasul kalian
untuk menyucikan kalian, mengajarkan kalian kitab dan hikmah tersebut, dan
mengajarkan kalian apa yang belum ka-lian ketahui, maka segala pujian dan
pengagungan hanya bagiNya.
{مَا نَنْسَخْ مِنْ آيَةٍ أَوْ نُنْسِهَا نَأْتِ بِخَيْرٍ مِنْهَا أَوْ
مِثْلِهَا أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
(106) أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ لَهُ
مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا لَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ مِنْ
وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ (107)}
.
"Ayat mana saja yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan
(manusia) lupa kepadanya, Kami datangkan yang
lebih baik dari-padanya atau yang sebanding dengannya. Tidakkah kamu
menge-tahui bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu? Tidakkah kamu
mengetahui bahwa kerajaan langit dan bumi adalah kepu-nyaan Allah? Dan
tiada seorang pelindung maupun seorang peno-long pun bagimu selain Allah."
(Al-Baqarah: 106-107).
#
{106} النسخ هو النقل، فحقيقة النسخ نقل
المكلفين من حكم مشروع إلى حكم آخر أو إلى إسقاطه، وكان اليهود ينكرون
النسخ ويزعمون أنه لا يجوز، وهو مذكور عندهم في التوراة، فإنكارهم له كفر
وهوى محض، فأخبر الله تعالى عن حكمته في النسخ، وأنه ما ينسخ
{من آية أو ننسها}؛
أي:
ننسها العباد فنزيلها من قلوبهم،
{نأت بخير منها}؛ وأنفع لكم،
{أو مثلها}؛ فدل على أن النسخ لا يكون لأقل
مصلحة لكم من الأول لأن فضله تعالى يزداد خصوصاً على هذه الأمة التي سهل
عليها دينها غاية التسهيل، وأخبر أن من قدح في النسخ
[فقد] قدح في ملكه وقدرته فقال:
{ألم تعلم أن الله على كل شيء قدير}.
(106) Nasakh
(mengganti dan menghapus) bermakna me-mindahkan,
maka hakikat dari nasakh itu adalah memindahkan seorang mukallaf dari
suatu hukum syariat kepada hukum syariat yang lain atau bahkan digugurkan.
Hukum nasakh ini diingkari oleh orang-orang Yahudi bahkan mereka mengira
bahwa hal itu tidak boleh, padahal telah disebutkan dalam kitab mereka
Taurat. Oleh karena itu, pengingkaran mereka terhadapnya merupakan
kekufuran dan hawa nafsu belaka, dan Allah mengabarkan ten-tang hikmahNya
dalam nasakh tersebut dan bahwasanya tidaklah dinasakh, ﴾ مِنۡ ءَايَةٍ
أَوۡ نُنسِهَا
﴿ "ayat mana saja, atau Kami jadikan
(manusia) lupa kepadanya," maksudnya Kami
jadikan manusia melupakannya dan Kami menghilangkannya dari hati mereka,
﴾
نَأۡتِ بِخَيۡرٖ مِّنۡهَآ
﴿ "Kami datangkan yang lebih baik darinya" dan lebih berguna bagi
kalian, ﴾
أَوۡ مِثۡلِهَآۗ
﴿ "atau sebanding dengannya." Maka ayat ini menunjukkan bahwa yang
menasakh tidak akan menjadi maslahat yang lebih kecil daripada yang
dinasakh, karena karunia Allah تعالى itu selalu bertambah, khususnya
terhadap umat ini yang telah Dia mudahkan urusan agamanya dengan
semudah-mudahnya, dan Dia mengabar-kan bahwa siapa yang menghina nasakh,
maka sesungguhnya dia telah menghina kerajaan dan KuasaNya. Allah
berfirman,﴾
أَلَمۡ تَعۡلَمۡ أَنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٌ ﴿ "Tidakkah kamu
mengetahui bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu?"
#
{107}
{ألم تعلم أن الله له ملك السموات والأرض}؛
فإذا كان مالكاً لكم متصرفاً فيكم تصرف المالك البر الرحيم في أقداره
وأوامره ونواهيه، فكما أنه لا حجر عليه في تقدير ما يقدره على عباده من
أنواع التقادير، كذلك لا يعترض عليه فيما يشرعه لعباده من الأحكام، فالعبد
مدبر مسخر تحت أوامر ربه الدينية والقدرية فما له والاعتراض، وهو أيضاً ولي
عباده ونصيرهم، فيتولاهم في تحصيل منافعهم، وينصرهم في دفع مضارهم، فمن
ولايته لهم، أن يشرع لهم من الأحكام ما تقتضيه حكمته ورحمته بهم. ومن تأمل
ما وقع في القرآن والسنة من النسخ، عرف بذلك حكمة الله، ورحمته عباده،
وإيصالهم إلى مصالحهم من حيث لا يشعرون بلطفه.
(107) ﴾ أَلَمۡ تَعۡلَمۡ أَنَّ ٱللَّهَ لَهُۥ مُلۡكُ
ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۗ ﴿ "Tidakkah kamu menge-tahui bahwa kerajaan
langit dan bumi adalah kepunyaan Allah?" Apabila Dia adalah Raja kalian
Yang memerintah kalian sebagai perintah Raja Yang Pemurah lagi Pengasih
dalam ketetapan-ketetapanNya, perintah-perintahNya, larangan-laranganNya,
sebagaimana tidak ada halangan bagiNya dalam menakdirkan sesuatu yang
ditakdir-kanNya, maka tidak ada pula yang menghalangiNya dalam segala yang
ditetapkanNya tentang hukum-hukum syariat bagi hamba-hambaNya. Maka
seorang hamba telah diatur dan disiapkan untuk tunduk di bawah
perintah-perintah Tuhannya, baik agama maupun hal-hal yang telah
ditentukan, maka kenapa dia menolak? Allah juga pelindung bagi hambaNya
dan penolong mereka, Dia menjadi Pelindung mereka dalam memperoleh hal-hal
yang ber-guna bagi mereka, menolong mereka dalam menjauhkan mereka dari
hal-hal yang mudarat, maka di antara perlindungan Allah terhadap mereka
adalah Dia mensyariatkan bagi mereka hukum-hukum yang didasarkan oleh
hikmah dan kasih sayangNya kepada mereka. Barangsiapa yang memperhatikan
nasakh yang terjadi dalam al-Qur`an dan as-Sunnah, niscaya dia akan
mengetahui hikmah-hikmah Allah, kasih sayangNya terhadap hamba-hambaNya,
dan membawa mereka kepada kemaslahatan tanpa mereka sadari akan
kemurahanNya.
{أَمْ تُرِيدُونَ أَنْ تَسْأَلُوا رَسُولَكُمْ كَمَا سُئِلَ مُوسَى مِنْ
قَبْلُ وَمَنْ يَتَبَدَّلِ الْكُفْرَ بِالْإِيمَانِ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاءَ
السَّبِيلِ (108) وَدَّ كَثِيرٌ مِنْ أَهْلِ
الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُمْ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّارًا
حَسَدًا مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ
الْحَقُّ فَاعْفُوا وَاصْفَحُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ
إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
(109) وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا
الزَّكَاةَ وَمَا تُقَدِّمُوا لِأَنْفُسِكُمْ مِنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ
عِنْدَ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
(110)}
.
"Apakah kamu ingin bertanya kepada Rasulmu seperti Bani Israil bertanya
kepada Musa pada zaman dahulu? Dan barang-siapa yang menukar iman dengan
kekafiran, maka sungguh orang itu telah sesat dari jalan yang lurus.
Sebagian besar ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan
kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang
(timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata
bagi mereka kebenaran. Maka maafkan dan biarkanlah mereka, sampai Allah
mendatangkan perintahNya. Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala
sesuatu. Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa
saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahalanya di
sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan."
(Al-Baqarah: 108-110).
#
{108} ينهى الله المؤمنين أو اليهود بأن
يسألوا رسولهم، {كما سئل موسى من قبل}؛
والمراد بذلك أسئلة التعنت والاعتراض،
كما قال تعالى:
{يسألك أهل الكتاب أن تنزل عليهم كتاباً من السماء فقد سألوا موسى أكبر
من ذلك فقالوا أرنا الله جهرة}؛ وقال تعالى:
{يا أيها الذين آمنوا لا تسألوا عن أشياء إن تبد لكم تسؤكم}؛ فهذه ونحوها هي المنهي عنها.
وأما سؤال الاسترشاد والتعلم فهذا محمود قد أمر الله به كما قال
تعالى:
{فاسألوا أهل الذكر إن كنتم لا تعلمون}؛
ويقرهم عليه كما في قوله:
{يسألونك عن الخمر والميسر}؛ و
{يسألونك عن اليتامى}؛ ونحو ذلك.
ولما كانت المسائل المنهي عنها مذمومة قد تصل بصاحبها إلى الكفر
قال:
{ومن يتبدل الكفر بالإيمان فقد ضل سواء السبيل}.
(108) Allah melarang orang-orang yang beriman atau
orang-orang Yahudi untuk bertanya kepada Rasul mereka,﴾ كَمَا سُئِلَ
مُوسَىٰ مِن قَبۡلُۗ
﴿ "sebagaimana Bani Israil bertanya kepada Musa pada zaman dahulu?"
Maksud dari hal itu adalah pertanyaan-pertanyaan yang menyu-litkan dan
menantang, sebagaimana yang difirmankan oleh Allah, ﴾
يَسۡـَٔلُكَ أَهۡلُ ٱلۡكِتَٰبِ أَن تُنَزِّلَ عَلَيۡهِمۡ كِتَٰبٗا مِّنَ
ٱلسَّمَآءِۚ فَقَدۡ سَأَلُواْ مُوسَىٰٓ أَكۡبَرَ مِن ذَٰلِكَ فَقَالُوٓاْ
أَرِنَا ٱللَّهَ جَهۡرَةٗ
﴿ "Ahli Kitab meminta kepadamu agar kamu menurunkan kepada mereka
sebuah Kitab dari langit. Maka sungguh mereka telah meminta kepada Musa
yang lebih besar dari itu. Mereka berkata, 'Perlihatkanlah Allah kepada
kami dengan nyata'."
(An-Nisa`: 153). Allah
تعالى juga berfirman, ﴾
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَسۡـَٔلُواْ عَنۡ أَشۡيَآءَ إِن
تُبۡدَ لَكُمۡ تَسُؤۡكُمۡ
﴿ "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan
(kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan
kepadamu akan menyu-sahkanmu."
(Al-Ma`idah: 101).
Ayat-ayat ini dan yang semisalnya adalah pertanyaan-perta-nyaan yang
dilarang. Adapun pertanyaan untuk mendapat arahan dan ilmu, maka yang
demikian itu adalah terpuji, dan sesungguhnya Allah telah
memerintahkannya sebagaimana dalam FirmanNya, ﴾
فَسۡـَٔلُوٓاْ أَهۡلَ ٱلذِّكۡرِ إِن كُنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ 43
﴿ "Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu
tidak mengetahui."
(An-Nahl: 43). Dan Allah
menyetujui mereka dalam hal itu dalam Firman-Nya, ﴾
يَسۡـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلۡخَمۡرِ وَٱلۡمَيۡسِرِۖ
﴿ "Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi."
(Al-Baqa-rah: 219).
﴾
وَيَسۡـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلۡيَتَٰمَىٰۖ
﴿ "Mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim."
(Al-Baqarah: 220). Dan
semacamnya. Ketika hal-hal yang dilarang darinya itu tercela, yang
mung-kin saja membawa pelakunya jatuh kepada kekufuran, maka Allah
berfirman, ﴾
وَمَن يَتَبَدَّلِ ٱلۡكُفۡرَ بِٱلۡإِيمَٰنِ فَقَدۡ ضَلَّ سَوَآءَ ٱلسَّبِيلِ
﴿ "Dan barangsiapa yang menukar iman dengan kekafiran, maka sungguh orang
itu telah sesat dari jalan yang lurus."
#
{109} ثم أخبر عن حسد كثير من أهل الكتاب
وأنهم بلغت بهم الحال أنهم ودوا
{لو يردونكم من بعد إيمانكم كفاراً}؛ وسعوا
في ذلك، وعملوا المكايد،
وكيدهم راجع عليهم كما قال تعالى:
{وقالت طائفة من أهل الكتاب آمنوا بالذي أنزل على الذين آمنوا وجه
النهار واكفروا آخره لعلهم يرجعون}؛ وهذا من حسدهم الصادر من عند أنفسهم، فأمرهم الله بمقابلة من أساء إليهم
[غاية الإساءة] بالعفو عنهم والصفح حتى يأتي الله
بأمره، ثم بعد ذلك أتى الله بأمره إياهم بالجهاد، فشفى الله أنفس المؤمنين
منهم، فقتلوا من قتلوا واسترقوا من استرقوا، وأجلوا من أجلوا،
{إن الله على كل شيء قدير}.
(109) Kemudian Allah mengabarkan tentang sifat
hasad sebagian besar dari orang-orang ahli Kitab dan bahwasanya kondisi
tersebut memuncak hingga mereka berkeinginan,﴾ لَوۡ يَرُدُّونَكُم مِّنۢ
بَعۡدِ إِيمَٰنِكُمۡ كُفَّارًا
﴿ "agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu
beriman," dan mereka berusaha untuk itu, dan meng-gunakan segala tipu
daya, namun tipu daya mereka itu kembali kepada mereka sendiri,
sebagaimana Allah berfirman, ﴾
وَقَالَت طَّآئِفَةٞ مِّنۡ أَهۡلِ ٱلۡكِتَٰبِ ءَامِنُواْ بِٱلَّذِيٓ أُنزِلَ
عَلَى ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَجۡهَ ٱلنَّهَارِ وَٱكۡفُرُوٓاْ ءَاخِرَهُۥ
لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُونَ 72
﴿ "Segolongan (lain) dari ahli Kitab berkata
(kepada sesamanya), 'Perlihatkanlah
(seolah-olah) kamu beriman kepada al-Qur`an yang
ditu-runkan kepada orang-orang beriman
(sahabat-sahabat Rasul) pada per-mulaan siang,
dan ingkarilah ia pada akhirnya, supaya mereka
(orang-orang Mukmin) kembali
(kepada kekafiran)'."
(Ali Imran: 72). Ini adalah kedengkian mereka
yang timbul dari diri mereka sendiri, lalu Allah memerintahkan kepada
mereka untuk membalas orang-orang yang sangat berlaku buruk terhadap
mereka dengan cara memaafkan mereka dan berlapang dada hingga datang
keten-tuan Allah, kemudian setelah itu datanglah ketentuan Allah kepada
mereka agar berjihad, maka Allah menenangkan hati orang-orang yang
beriman di antara mereka. Mereka memerangi orang-orang yang telah
memerangi, mereka menawan orang-orang yang telah menawan dan mereka
mengusir orang-orang yang telah mengusir. ﴾
إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٞ ﴿ "Sesungguhnya Allah Mahakuasa
atas segala se-suatu."
#
{110} ثم أمرهم الله بالاشتغال بالوقت الحاضر
بإقامة الصلاة وإيتاء الزكاة وفعل كل القربات، ووعدهم أنهم مهما فعلوا من
خير فإنه لا يضيع عند الله بل يجدونه عنده وافراً موفراً قد حفظه
{إن الله بما تعملون بصير}.
(110) Kemudian Allah memerintahkan mereka untuk
me-nyibukkan diri mereka pada saat ini dengan menegakkan shalat,
menunaikan zakat, dan mengerjakan segala ibadah, dan Allah menjanjikan
bagi mereka bahwasanya bagaimana pun mereka melakukan suatu kebaikan,
niscaya tidak akan disia-siakan. Bahkan mereka akan mendapatkan balasan
dariNya dengan sempurna dan tidak kurang sedikit pun, karena telah dijaga
olehNya.﴾ إِنَّ ٱللَّهَ بِمَا تَعۡمَلُونَ بَصِيرٞ ﴿ "Sesungguhnya Allah
Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan."
{وَقَالُوا لَنْ يَدْخُلَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ كَانَ هُودًا أَوْ
نَصَارَى تِلْكَ أَمَانِيُّهُمْ قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ
كُنْتُمْ صَادِقِينَ (111) بَلَى مَنْ أَسْلَمَ
وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَلَهُ أَجْرُهُ عِنْدَ رَبِّهِ وَلَا
خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
(112)}
.
"Dan mereka
(Yahudi dan Nasrani) berkata, 'Sekali-kali tidak
akan masuk surga kecuali orang-orang
(yang beragama) Yahudi atau Nasrani.' Demikian itu
(hanya) angan-angan mereka yang kosong belaka.
Katakanlah, 'Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang
benar.'
(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang
menyerahkan diri kepada Allah, sedang dia ber-buat kebajikan, maka baginya
pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan
tidak
(pula) mereka ber-sedih hati."
(Al-Baqarah: 111-112).
#
{111} أي: قال اليهود: لن يدخل الجنة إلا من
كان هوداً، وقالت النصارى:
لن يدخل الجنة إلا من كان نصارى، فحكموا لأنفسهم بالجنة وحدهم، وهذا مجرد
أماني غير مقبولة إلا بحجة وبرهان فأتوا بها إن كنتم صادقين، وهكذا كل من
ادعى دعوى لا بد أن يقيم البرهان على صِحة دعواه، وإلا فلو قلبت عليه دعواه
وادعى مدع عكس ما ادعى بلا برهان لكان لا فرق بينهما، فالبرهان هو الذي
يصدق الدعاوي أو يكذبها، ولما لم يكن بأيديهم برهان علم كذبهم بتلك الدعوى.
(111) Maksudnya, orang-orang Yahudi berkata,
"Tidaklah akan masuk surga kecuali orang Yahudi," dan orang-orang Nasrani
berkata, 'Tidaklah akan masuk surga kecuali orang Nasrani." Me-reka
menentukan bahwa surga itu bagi mereka sendiri, namun hal ini hanya
sebatas angan-angan kosong belaka yang tidak dapat diterima kecuali dengan
hujjah dan keterangan yang jelas, maka berikanlah hujjah dan keterangan
yang jelas jikalau kalian adalah orang-orang yang benar, demikianlah
seharusnya bagi orang yang mengaku dengan suatu pengakuan bahwa dia harus
memberikan keterangan dan hujjahnya untuk membenarkan pengakuannya
tersebut, namun bila dia tidak memberikannya, maka pengakuan-nya itu
dikembalikan kepadanya dan jika ada seseorang yang mengaku dengan hal yang
bertentangan dengan pengakuan yang tadi juga tanpa ada keterangan dan
hujjah, maka tidaklah ada perbedaan antara kedua pengakuan tersebut. Bukti
nyata
(burhan) adalah hal yang membenarkan
pengakuan atau mendustakannya, dan ketika mereka semua tidak memiliki
keterangan yang jelas, maka diketahuilah kebohongan mereka dalam pengakuan
tersebut.
#
{112} ثم ذكر تعالى البرهان الجلي العام لكل
أحد فقال: {بلى}؛
أي:
ليس بأمانيكم ودعاويكم ولكن،
{من أسلم وجهه لله}؛
أي:
أخلص لله أعماله متوجهاً إليه بقلبه،
{وهو}؛ مع إخلاصه
{محسن}؛ في عبادة ربه بأن عبده بشرعه فأولئك
هم أهل الجنة وحدهم، فلهم أجرهم عند ربهم؛ وهو الجنة بما اشتملت عليه من
النعيم، {ولا خوف عليهم ولا هم يحزنون}؛ فحصل
لهم المرغوب ونجوا من المرهوب، ويفهم منها أن من ليس كذلك فهو من أهل النار
الهالكين، فلا نجاة إلا لأهل الإخلاص للمعبود والمتابعة للرسول.
(112) Kemudian Allah تعالى menyebutkan keterangan
yang jelas dan bersifat umum bagi setiap orang seraya berfirman, ﴾ بَلَىٰۚ
﴿ "(Tidak demikian) tentu," maksudnya tidak
seperti angan-angan dan klaim kalian, akan tetapi ﴾
مَنۡ أَسۡلَمَ وَجۡهَهُۥ لِلَّهِ
﴿ "barangsiapa yang menye-rahkan diri kepada Allah," maksudnya
mengikhlaskan segala perbuat-annya dan dengan menyerahkan hatinya
kepadaNya, ﴾
وَهُوَ
﴿ "sedang ia" dengan keikhlasannya itu, ﴾
مُحۡسِنٞ
﴿ "berbuat kebajikan" dalam menyembah Rabbnya dengan menyembahNya
sesuai syariatNya, maka mereka itulah penghuni surga, dan bagi mereka
ganjaran di sisi Rabb mereka yaitu surga dengan segala kenikmatan yang
ada padanya, ﴾
وَلَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ ﴿ "dan tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak
(pula) mereka bersedih hati," mereka memperoleh
apa yang diharapkan dan terhindar dari apa yang dikhawatirkan. Dapat
dipahami dari sini bahwa barangsiapa yang berbeda dengan keterangan di
atas, maka dia adalah penghuni neraka lagi sengsara. Oleh karena itu,
tidaklah ada keselamatan kecuali bagi orang-orang yang ikhlas dalam
beribadah kepada Tuhannya dan mengikuti Sunnah Rasulullah ﷺ.
{وَقَالَتِ الْيَهُودُ لَيْسَتِ النَّصَارَى عَلَى شَيْءٍ وَقَالَتِ
النَّصَارَى لَيْسَتِ الْيَهُودُ عَلَى شَيْءٍ وَهُمْ يَتْلُونَ
الْكِتَابَ كَذَلِكَ قَالَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ مِثْلَ قَوْلِهِمْ
فَاللَّهُ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِيمَا كَانُوا فِيهِ
يَخْتَلِفُونَ (113)}
.
"Dan orang-orang Yahudi berkata, 'Orang-orang Nasrani itu tidak mempunyai
suatu pegangan,' dan orang-orang Nasrani ber-kata, 'Orang-orang Yahudi
tidak mempunyai suatu pegangan,' padahal mereka
(sama-sama) membaca al-Kitab. Demikian pula
orang-orang yang tidak mengetahui, mengatakan seperti ucapan mereka. Maka
Allah akan mengadili di antara mereka pada Hari Kiamat tentang sesuatu
yang mereka berselisih padanya."
(Al-Baqarah: 113).
#
{113} وذلك أنه بلغ بأهل الكتاب الهوى والحسد
إلى أن بعضهم ضلل بعضاً، وكفر بعضهم بعضاً كما فعل الأميون من مشركي العرب
وغيرهم، فكل فرقة تضلل [الفرقةَ] الأخرى، ويحكم
الله في الآخرة بين المختلفين بحكمه العدل الذي أخبر به عباده، فإنه لا فوز
ولا نجاة إلا لمن صدَّق جميع الأنبياء والمرسلين، وامتثل أوامر ربه، واجتنب
نواهيه، ومن عداهم فهو هالك.
(113) Yang demikian itu disebabkan karena
orang-orang ahli Kitab menyimpan hawa nafsu dan dengki yang besar hingga
sebagian mereka menyesatkan sebagian lain, dan sebagian lagi mengkafirkan
sebagian lain sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak
membaca dan menulis dari kaum musy-rikin Arab dan selainnya, setiap
kelompok menyesatkan kelompok lainnya. Dan Allah akan menghakimi di antara
kelompok-kelom-pok yang bertikai itu dengan ketetapanNya yang adil yang
telah dikabarkan kepada hamba-hambaNya, maka tidaklah ada keber-hasilan
dan tidak juga ada keselamatan kecuali bagi orang yang mempercayai seluruh
Rasul dan Nabi, dan menaati perintah-perin-tah Rabbnya, menjauhi
larangan-laranganNya; sedangkan orang yang selain mereka, maka dia
termasuk yang binasa.
{وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ مَنَعَ مَسَاجِدَ اللَّهِ أَنْ يُذْكَرَ
فِيهَا اسْمُهُ وَسَعَى فِي خَرَابِهَا أُولَئِكَ مَا كَانَ لَهُمْ أَنْ
يَدْخُلُوهَا إِلَّا خَائِفِينَ لَهُمْ فِي الدُّنْيَا خِزْيٌ وَلَهُمْ
فِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيمٌ (114)}
.
"Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang meng-halang-halangi
menyebut nama Allah dalam masjid-masjidNya, dan berusaha untuk
merobohkannya? Mereka itu tidak sepatutnya masuk ke dalamnya
(masjid Allah), kecuali dengan rasa takut
(kepada Allah). Di dunia mereka mendapat kehinaan
dan di akhirat mendapat siksa yang berat."
(Al-Baqarah: 114).
#
{114} أي: لا أحد أظلم وأشد جرماً ممن منع
مساجد الله عن ذكر الله فيها وإقامة الصلاة وغيرها من
[أنواع] الطاعات،
{وسعى}؛ أي: اجتهد
وبذل وسعه، {في خرابها}؛ الحسي والمعنوي،
فالخراب الحسي هدمها وتخريبها وتقذيرها، والخراب المعنوي منع الذاكرين لاسم
الله فيها، وهذا عام لكل من اتصف بهذه الصفة فيدخل في ذلك أصحاب الفيل
وقريش حين صدوا رسول الله عنها عام الحديبية، والنصارى حين أخربوا بيت
المقدس، وغيرهم من أنواع الظلمة الساعين في خرابها محادّة لله ومشاقة،
فجازاهم الله بأن منعهم دخولها شرعاً وقدراً إلا خائفين ذليلين، فلما
أخافوا عباد الله أخافهم الله، فالمشركون الذين صدوا رسوله لم يلبث رسول
الله - صلى الله عليه وسلم -
إلا يسيراً حتى أذن الله له في فتح مكة ومنع المشركين من قربان بيته فقال
تعالى:
{يا أيها الذين آمنوا إنما المشركون نجس فلا يقربوا المسجد الحرام بعد
عامهم هذا}؛ وأصحاب الفيل قد ذكر الله ما جرى عليهم، والنصارى سلط الله عليهم
المؤمنين فأجلوهم [عنه]، وهكذا كل من اتصف بوصفهم
فلا بد أن يناله قسطه، وهذا من الآيات العظيمة أخبر بها الباري قبل وقوعها
فوقعت كما أخبر، واستدل العلماء بالآية الكريمة على أنه لا يجوز تمكين
الكفار من دخول المساجد {لهم في الدنيا خزي}؛
[أي]: فضيحة؛ كما تقدم
{ولهم في الآخرة عذاب عظيم}؛ وإذا كان لا
أظلم ممن منع مساجد الله أن يذكر فيها اسمه، فلا أعظم إيماناً ممن سعى في
عمارة المساجد بالعمارة الحسية والمعنوية؛
كما قال تعالى:
{إنما يعمر مساجد الله من آمن بالله واليوم الآخر}؛
بل قد أمر الله تعالى برفع بيوته وتعظيمها وتكريمها فقال تعالى:
{في بيوت أذن الله أن ترفع ويذكر فيها اسمه}.
وللمساجد أحكام كثيرة يرجع حاصلها إلى مضمون هذه الآيات الكريمة.
(114) Maksudnya, tidak ada seorang pun yang lebih
zhalim dan lebih jahat daripada orang yang menghalang-halangi menye-but
nama Allah, mendirikan shalat, dan ibadah ketaatan lainnya dalam
masjidNya, ﴾ وَسَعَىٰ
﴿ "dan berusaha" yaitu bersungguh-sungguh dan mengerahkan segala
kemampuannya ﴾
فِي خَرَابِهَآۚ
﴿ "untuk mero-bohkannya," baik dengan fisik maupun maknawi. Makna
meroboh-kannya dalam bentuk fisik adalah menghancurkan, membongkar dan
mengotorinya, sedangkan merobohkannya dalam bentuk maknawi adalah
menghalangi orang-orang dari berdzikir kepada Allah di dalamnya.
Keterangan ini bersifat umum bagi setiap orang yang berciri dengan
sifat-sifat seperti itu. Oleh karena itu, termasuk di dalamnya bala
tentara gajah Abrahah dan orang-orang Quraisy yang menghalangi
Rasulullah ﷺ dari Ka'bah dalam peristiwa Hudaibiyah, dan juga Nasrani
ketika mereka menghancurkan Baitul Maqdis dan selain mereka dari
orang-orang zhalim yang berusaha menghancurkannya sebagai bentuk
permusuhan kepada Allah dan peperangan terhadapNya, lalu Allah membalas
mereka dengan melarang mereka memasukinya secara syar'i maupun takdir
pen-ciptaan kecuali mereka dalam kondisi terhina dan takut, dan ketika
mereka menimbulkan rasa ketakutan bagi hamba-hamba Allah, maka Allah
menciptakan ketakutan bagi mereka. Adapun kondisi orang-orang musyrik
yang menghalangi Rasulullah ﷺ, tak lama kemudian Allah mengizinkan
beliau untuk menaklukkan mereka pada Fathu Makkah dan kemudian melarang
kaum musyrikin untuk mendekati rumahNya dalam FirmanNya, ﴾
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِنَّمَا ٱلۡمُشۡرِكُونَ نَجَسٞ فَلَا
يَقۡرَبُواْ ٱلۡمَسۡجِدَ ٱلۡحَرَامَ بَعۡدَ عَامِهِمۡ هَٰذَاۚ
﴿ "Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang musyrik
itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidil Haram sesudah tahun
ini." (At-Taubah: 28).
Adapun bala tentara gajah, maka Allah telah menyebutkan kisahnya
(dalam surat al-Fil) dan apa yang telah menimpa
mereka, dan juga Nasrani, maka Allah menjadikan kaum Muslimin mengua-sai
mereka hingga mampu mengusir mereka dari Baitul Maqdis. Seperti itulah
bagi setiap orang yang berciri seperti mereka di mana pasti akan
mendapatkan bagiannya. Ini semua adalah di antara ayat-ayat yang agung
yang dika-barkan oleh Allah sebelum terjadi yang pada akhirnya terbukti
terjadi sesuai dengan apa yang Dia kabarkan. Dan para ulama mengambil
ayat ini sebagai dalil bahwasanya tidak boleh memberi kesempatan bagi
kaum kafir untuk memasuki masjid-masjid. ﴾
لَهُمۡ فِي ٱلدُّنۡيَا خِزۡيٞ
﴿ "Mereka di dunia mendapat kehinaan," yaitu celaan, seba-gaimana yang
telah dijelaskan, ﴾
وَلَهُمۡ فِي ٱلۡأٓخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيمٞ
﴿ "dan di akhirat mereka mendapat siksa yang berat." Apabila tidak ada
yang lebih zhalim daripada para penghalang yang menghalangi orang-orang
yang berdzikir kepadaNya dalam masjidNya, maka tidak ada juga yang lebih
beriman daripada orang-orang yang memakmurkan masjid, baik memakmurkan
dengan fisik maupun maknawi seba-gaimana Firman Allah, ﴾
إِنَّمَا يَعۡمُرُ مَسَٰجِدَ ٱللَّهِ مَنۡ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ
ٱلۡأٓخِرِ
﴿ "Hanya orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari Akhirlah yang
memakmurkan masjid-masjid Allah."
(At-Taubah: 19). Bahkan
Allah تعالى telah memerintahkan untuk meninggikan rumah-rumahNya,
mengagungkannya, dan memuliakannya. Allah berfirman, ﴾
فِي بُيُوتٍ أَذِنَ ٱللَّهُ أَن تُرۡفَعَ وَيُذۡكَرَ فِيهَا ٱسۡمُهُۥ ﴿
"Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk
dimuliakan dan disebut namaNya di dalamnya."
(An-Nur: 36). Dan masjid
memiliki hukum-hukum dan ketentuan-ketentuan yang tidak sedikit, yang pada
intinya semuanya berdasar dari kan-dungan ayat-ayat yang mulia ini.
{وَلِلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ
وَجْهُ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
(115)}
.
"Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka ke mana pun kamu menghadap,
di situlah Wajah Allah. Sesungguhnya Allah Mahaluas
(rahmatNya) lagi Maha Mengetahui."
(Al-Baqarah: 115).
#
{115} أي:
{ولله المشرق والمغرب}؛ خصهما بالذكر لأنهما
محل الآيات العظيمة [فهما] مطالع الأنوار
ومغاربها، فإذا كان مالكاً لها كان مالكاً لكل الجهات
{فأينما تولوا}؛ وجوهكم من الجهات إذا كان
توليكم إياها بأمره، إما أن يأمركم باستقبال الكعبة بعد أن كنتم مأمورين
باستقبال بيت المقدس، أو تؤمرون بالصلاة في السفر على الراحلة ونحوها، فإن
القبلة حيثما توجه العبد، أو تشتبه القبلة فيتحرى الصلاة إليها، ثم يتبين
له الخطأ أو يكون معذوراً بصلب أو مرض ونحو ذلك، فهذه الأمور إما أن يكون
العبد فيها معذوراً أو مأموراً. وبكل حال فما استقبل جهة من الجهات خارجة
عن ملك ربه
{فثم وجه الله إن الله واسع عليم}؛ فيه إثبات
الوجه لله تعالى على الوجه اللائق به تعالى، وإن لله وجهاً لا تشبهه
الوجوه، وهو تعالى واسع الفضل والصفات عظيمها عليم بسرائركم ونياتكم، فمن
سعته وعلمه، وسع لكم الأمر، وقبل منكم المأمور، فله الحمد والشكر.
(115) ﴾ وَلِلَّهِ ٱلۡمَشۡرِقُ وَٱلۡمَغۡرِبُۚ
﴿ "Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat." Allah menyebutkan keduanya
secara khusus, karena kedua-nya adalah poros dari ayat-ayat Allah yang
agung pada tempat terbitnya cahaya dan terbenamnya, apabila Dia adalah
Penguasa bagi kedua arah tersebut, maka pastilah Dia adalah Penguasa
se-luruh arah, ﴾
فَأَيۡنَمَا تُوَلُّواْ
﴿ "maka ke mana pun kamu menghadap," yakni
(menghadapkan) wajah kalian di antara arah-arah
yang ada, apa-bila penghadapan wajah kalian itu karena perintahNya, baik
dengan perintahNya untuk menghadap Ka'bah setelah sebelumnya kalian
diperintahkan untuk menghadap Baitul Maqdis atau kalian dipe-rintahkan
untuk menegakkan shalat di atas kendaraan dalam perjalanan atau
semacamnya, maka kiblat itu adalah ke manapun seorang hamba menghadapkan
wajahnya, atau kiblatnya tidak jelas maka dia menetapkan dengan dugaan
terkuat dalam meng-hadap kepadanya, kemudian jelas setelah itu kesalahan
dugaannya, atau dia mendapat udzur karena sakit atau lainnya, maka dalam
perkara ini seorang hamba boleh jadi diperintahkan atau dimaafkan. Yang
jelas, tidaklah mungkin seseorang menghadap ke suatu arah dari arah-arah
yang ada yang keluar dari kerajaan Tuhannya, ﴾
فَثَمَّ وَجۡهُ ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ وَٰسِعٌ عَلِيمٞ ﴿ "karena di situlah
Wajah Allah. Sesung-guhnya Allah Mahaluas
(rahmatNya) lagi Maha Mengetahui." Ayat ini
merupakan dalil tentang penetapan akan Wajah Allah تعالى yang sesuai
denganNya. Oleh karena itu Allah memiliki Wajah, yang semua wajah tidak
serupa denganNya dan Dia تعالى sangat luas karunia dan sifatNya, dan yang
terbesar darinya adalah Dia Mahatahu tentang yang kalian sembunyikan dan
kalian niat-kan, dan di antara karunia dan ilmuNya adalah Dia memudahkan
segala perkara bagi kalian dan Dia menerima apa yang diperintah-kan kepada
kalian, maka segala puji dan syukur hanya bagiNya.
{وَقَالُوا اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا سُبْحَانَهُ بَلْ لَهُ مَا فِي
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ كُلٌّ لَهُ قَانِتُونَ
(116) بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
وَإِذَا قَضَى أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
(117)}
.
"Orang-orang kafir berkata, 'Allah mempunyai anak.' Maha-suci Allah,
bahkan apa yang ada di langit dan bumi adalah kepu-nyaan Allah; semua
tunduk kepadaNya. Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak
(untuk menciptakan) sesuatu, maka
(cukuplah) Dia mengatakan kepadanya, 'Jadilah!'
Maka jadilah ia."
(Al-Baqarah: 116-117).
#
{116}
{وقالوا}؛ أي:
اليهود والنصارى والمشركون وكل من قال ذلك،
{اتخذ الله ولداً}؛ فنسبوه إلى ما لا يليق
بجلاله وأساءوا كل الإساءة وظلموا أنفسهم وهو تعالى صابر على ذلك منهم، قد
حلم عليهم، وعافاهم، ورزقهم مع تنقصهم إياه
{سبحانه}؛ أي: تنزه
وتقدس عن كل ما وصفه به المشركون والظالمون مما لا يليق بجلاله، فسبحان من
له الكمال المطلق من جميع الوجوه الذي لا يعتريه نقصٌ بوجه من الوجوه،
ومع رده لقولهم أقام الحجة والبرهان على تنزيهه عن ذلك فقال:
{بل له ما في السموات والأرض}؛
أي:
جميعهم ملكه وعبيده يتصرف فيهم تصرف المالك بالمماليك وهم قانتون له مسخرون
تحت تدبيره، فإذا كانوا كلهم عبيده مفتقرين إليه، وهو غني عنهم فكيف يكون
منهم أحد يكون له ولداً، والولد لا بد أن يكون من جنس والده لأنه جزء منه،
والله تعالى المالك القاهر وأنتم المملوكون المقهورون وهو الغني وأنتم
الفقراء، فكيف مع هذا يكون له ولد؟ هذا من أبطل الباطل وأسمجه.
والقنوت نوعان:
قنوت عام وهو قنوت الخلق كلهم تحت تدبير الخالق، وخاص وهو قنوت العبادة.
فالنوع الأول كما في هذه الآية،
والنوع الثاني كما في قوله تعالى:
{وقوموا لله قانتين}.
ثم قال:
(116) ﴾ وَقَالُواْ
﴿ "Orang-orang kafir berkata," maksudnya, orang-orang kafir dari kaum
Yahudi, Nasrani, orang-orang musyrik dan setiap orang yang berkata
tentang itu, ﴾
ٱتَّخَذَ ٱللَّهُ وَلَدٗاۗ
﴿ "Allah mempu-nyai anak." Mereka menisbatkan Allah kepada suatu hal
yang tidak layak dengan keagunganNya dan mereka benar-benar berlaku
buruk serta mereka menganiaya diri mereka sendiri dengan per-kataan
tersebut, dan Allah تعالى bersabar atas perbuatan mereka, sungguh Dia
telah berlaku santun terhadap mereka, memaafkan mereka, dan memberikan
rizki atas mereka walaupun mereka telah berlaku tidak baik kepadaNya.
﴾
سُبۡحَٰنَهُۥۖ
﴿ "Mahasuci Allah," maksudnya suci dan bebas dari segala hal yang
dituduhkan oleh orang-orang musyrik dan orang-orang zhalim dari
perkara-perkara yang tidak sesuai dengan ke-agunganNya. Maka Mahasuci
Dzat yang memiliki kesempurnaan yang mutlak dalam segala bentuknya yang
tidak disisipi oleh ke-kurangan sedikitpun dalam segala bentuknya,
bersamaan dengan bantahan Allah terhadap perkataan mereka. Dia juga
menegakkan hujjah dan keterangan yang kuat terhadap kesucianNya dari
semua itu seraya berfirman, ﴾
بَل لَّهُۥ مَا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۖ
﴿ "Bahkan apa yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah,"
maksudnya, seluruhnya kepunyaan Allah berikut hamba-hambaNya, Dia
mengatur mereka dengan pengaturan seorang tuan terhadap budak-budaknya,
me-reka tunduk kepadanya dan di bawah pengaturannya. Maka bila mereka
semua itu adalah hamba-hambaNya yang membutuhkan-Nya, sedangkan Dia
tidak butuh kepada mereka lalu bagaimana-kah ada seseorang di antara
mereka yang menjadi anak bagi Allah? Seorang anak itu pasti berasal dari
jenis orang tuanya, karena dia merupakan bagian darinya, padahal Allah
تعالى adalah yang Maha Memiliki lagi Mahaperkasa, sedangkan kalian
adalah orang-orang yang dikuasai dan diatur, Allah Mahakaya dan kalian
sangatlah miskin, lalu dengan semua itu bagaimana mungkin Allah memiliki
anak? Ini adalah suatu hal yang paling batil dan yang paling buruk.
Ketundukan itu ada dua macam; ketundukan yang bersifat umum, yaitu
ketundukan seluruh makhluk di bawah pengaturan sang Pencipta, dan kedua,
ketundukan yang bersifat khusus, yaitu ketundukan ibadah. Bentuk yang
pertama adalah seperti dalam ayat ini, sedang bentuk yang kedua adalah
seperti dalam Firman Allah تعالى, ﴾
وَقُومُواْ لِلَّهِ قَٰنِتِينَ 238 ﴿ "Berdirilah untuk Allah
(dalam shalatmu) dengan khusyu'."
(Al-Baqarah: 238).
Kemudian Allah berfirman,
#
{117}
{بديع السموات والأرض}؛
أي:
خالقهما على وجه قد أتقنهما وأحسنهما على غير مثال سبق،
{وإذا قضى أمراً فإنما يقول له كن فيكون}؛
فلا يستعصي عليه ولا يمتنع منه.
(117) ﴾ بَدِيعُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۖ
﴿ "Allah Pencipta langit dan bumi," maksudnya, Yang menciptakan
keduanya dalam bentuk yang telah dikokohkan dan diindahkannya tanpa ada
contoh sebelumnya. ﴾
وَإِذَا قَضَىٰٓ أَمۡرٗا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ ﴿ "Dan bila
Dia berkehendak
(untuk menciptakan) sesuatu, maka
(cukuplah) Dia mengatakan kepadanya, 'Jadi-lah!'
maka jadilah ia," tanpa dibantu dan tanpa terhalang sedikit pun.
{وَقَالَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ لَوْلَا يُكَلِّمُنَا اللَّهُ أَوْ
تَأْتِينَا آيَةٌ كَذَلِكَ قَالَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ مِثْلَ
قَوْلِهِمْ تَشَابَهَتْ قُلُوبُهُمْ قَدْ بَيَّنَّا الْآيَاتِ لِقَوْمٍ
يُوقِنُونَ (118) إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ
بِالْحَقِّ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَا تُسْأَلُ عَنْ أَصْحَابِ
الْجَحِيمِ (119)}
.
"Dan orang-orang yang tidak mengetahui berkata, 'Mengapa Allah tidak
(langsung) berbicara dengan kami atau datang
tanda-tanda kekuasaanNya kepada kami?' Demikian pula orang-orang yang
sebelum mereka telah mengatakan seperti ucapan mereka itu; hati mereka
serupa. Sungguh Kami telah menjelaskan tanda-tanda kekuasaan Kami kepada
kaum yang yakin. Sesungguhnya Kami telah mengutusmu
(Muhammad) dengan kebenaran; sebagai pembawa
berita gembira dan pemberi peringatan dan kamu tidak akan diminta
(pertanggungan jawaban) tentang penghuni-peng-huni
neraka."
(Al-Baqarah: 118-119).
#
{118} أي: قال الجهلة من أهل الكتاب وغيرهم
هلا يكلمنا الله كما كلم الرسل،
{أو تأتينا آية}؛
يعنون آيات الاقتراح التي يقترحونها بعقولهم الفاسدة وآرائهم الكاسدة
التي تجرؤوا بها على الخالق واستكبروا على رسله كقولهم:
{لن نؤمن لك حتى نرى الله جهرة}؛
{يسألك أهل الكتاب أن تنزل عليهم كتاباً من السماء فقد سألوا موسى أكبر
من ذلك ... }؛ الآية.
{وقالوا مالِ هذا الرسول يأكل الطعام ويمشي في الأسواق لولا أنزل إليه
ملك فيكون معه نذيراً أو يلقى إليه كنز أو تكون له جنة يأكل منها ...
}؛ الآيات، وقوله:
{وقالوا لن نؤمن لك حتى تفجر لنا من الأرض ينبوعاً ... }؛ الآيات. فهذا دأبهم مع رسلهم يطلبون آيات التعنت لا آيات الاسترشاد، ولم
يكن قصدهم تبيين الحق فإن الرسل قد جاؤوا من الآيات بما يؤمن على مثله
البشر، ولهذا قال تعالى:
{قد بينا الآيات لقوم يوقنون}؛ فكل موقن فقد
عرف من آيات الله الباهرة وبراهينه الظاهرة ما حصل له به اليقين، واندفع
عنه كل شك وريب.
(118) Orang-orang bodoh dari ahli kitab dan selain
mereka berkata, "Kenapa Allah tidak berbicara juga kepada kita
sebagai-mana Dia berbicara kepada para Rasul, ﴾ أَوۡ تَأۡتِينَآ ءَايَةٞۗ
﴿ "atau datang tanda-tanda kekuasaanNya kepada kami," mereka
memaksudkan tanda-tanda dari usulan yang mereka usulkan dari akal-akal
mereka yang rendah dan pemikiran-pemikiran mereka yang menyimpang yang
mengandung makna kelancangan terhadap sang Pencipta dan kesombongan
terhadap Rasul-rasulNya seperti perkataan mereka, ﴾
لَن نُّؤۡمِنَ لَكَ حَتَّىٰ نَرَى ٱللَّهَ جَهۡرَةٗ
﴿ "Kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan
jelas."
(Al-Baqarah: 55), dan
﴾
يَسۡـَٔلُكَ أَهۡلُ ٱلۡكِتَٰبِ أَن تُنَزِّلَ عَلَيۡهِمۡ كِتَٰبٗا مِّنَ
ٱلسَّمَآءِۚ فَقَدۡ سَأَلُواْ مُوسَىٰٓ أَكۡبَرَ مِن ذَٰلِكَ
﴿ "Ahli Kitab meminta kepadamu agar kamu menurunkan kepada mereka
sebuah Kitab dari langit. Maka sesungguhnya mereka telah me-minta kepada
Musa yang lebih besar dari itu."
(An-Nisa`: 153), juga
﴾
وَقَالُواْ مَالِ هَٰذَا ٱلرَّسُولِ يَأۡكُلُ ٱلطَّعَامَ وَيَمۡشِي فِي
ٱلۡأَسۡوَاقِ لَوۡلَآ أُنزِلَ إِلَيۡهِ مَلَكٞ فَيَكُونَ مَعَهُۥ نَذِيرًا 7
أَوۡ يُلۡقَىٰٓ إِلَيۡهِ كَنزٌ أَوۡ تَكُونُ لَهُۥ جَنَّةٞ يَأۡكُلُ مِنۡهَاۚ
وَقَالَ ٱلظَّٰلِمُونَ إِن تَتَّبِعُونَ إِلَّا رَجُلٗا مَّسۡحُورًا 8
﴿ "Dan mereka berkata, 'Mengapa rasul itu memakan makanan dan berjalan
di pasar-pasar? Mengapa tidak diturunkan kepadanya seorang malaikat agar
malaikat itu memberikan peringatan bersama-sama dengan nya? Atau
(mengapa tidak) diturunkan kepadanya
perbendaharaan, atau (mengapa tidak) ada kebun
baginya, yang dia dapat makan dari (hasil)-nya?'
Orang-orang zhalim berkata, 'Kamu sekalian tidaklah mengikuti melainkan
seorang laki-laki yang kena sihir'."
(Al-Furqan: 7-8). Dalam
FirmanNya juga, ﴾
وَقَالُواْ لَن نُّؤۡمِنَ لَكَ حَتَّىٰ تَفۡجُرَ لَنَا مِنَ ٱلۡأَرۡضِ
يَنۢبُوعًا 90
﴿ "Dan mereka berkata, 'Kami sekali-kali tidak percaya kepadamu hingga
kamu memancarkan mata air dari bumi untuk kami'."
(Al-Isra`: 90). Inilah
adat kebiasaan mereka terhadap para Rasul di mana mereka meminta
tanda-tanda untuk memojokkan, bukan tanda-tanda untuk mendapatkan
petunjuk, dan juga maksud mereka bukanlah untuk menampakkan kebenaran,
karena para Rasul telah datang dengan tanda-tanda yang dapat dipercaya
oleh orang-orang yang semisal mereka. Oleh karena itu, Allah تعالى
berfirman, ﴾
قَدۡ بَيَّنَّا ٱلۡأٓيَٰتِ لِقَوۡمٖ يُوقِنُونَ ﴿ "Sungguh Kami telah
menjelaskan tanda-tanda kekuasaan Kami kepada kaum yang yakin." Setiap
orang yang yakin telah mengetahui dengan baik dari ayat-ayat Allah yang
jelas dan keterangan-keteranganNya yang kuat yang membuatnya merasa yakin
dan menghilangkan segala rasa ragu dan bimbang.
Kemudian Allah menyebutkan beberapa ayat yang singkat dan komplit untuk
ayat-ayat yang menunjukkan kebenaran Rasu-lullah ﷺ dan shahihnya apa yang
ia emban seraya berfirman,
#
{119}
{إنا أرسلناك بالحق بشيراً ونذيراً}؛ فهذا
مشتمل على الآيات التي جاء بها،
وهي ترجع إلى ثلاثة أمور:
الأول في نفس إرساله، والثاني في سيرته وهديه ودِلِّه، والثالث في معرفة ما
جاء به من القرآن والسنة.
فالأول والثاني قد دخلا في قوله:
{إنا أرسلناك}؛ والثالث
[دخل] في قوله:
{بالحق}.
وبيان الأمر الأول:
وهو ـ نفس إرساله ـ أنه قد علم حالة أهل الأرض قبل بعثته - صلى الله عليه
وسلم - وما كانوا عليه من عبادة الأوثان والنيران والصلبان وتبديلهم
للأديان حتى كانوا في ظلمة من الكفر قد عمتهم وشملتهم، إلا بقايا من أهل
الكتاب قد انقرضوا قبيل البعثة، وقد علم أن الله تعالى لم يخلق خلقه سدى
ولم يتركهم هملاً، لأنه حكيم عليم قدير رحيم، فمن حكمته ورحمته بعباده أن
أرسل إليهم هذا الرسول العظيم يأمرهم بعبادة الرحمن وحده لا شريك له،
فبمجرد رسالته يعرف العاقل صدقه، وهو آية كبيرة على أنه رسول الله. وأما
الثاني فمن عرف النبي - صلى الله عليه وسلم - معرفة تامة، وعرف سيرته وهديه
قبل البعثة ونشوءه على أكمل الخصال، ثم من بعد ذلك قد ازدادت مكارمه
وأخلاقه العظيمة الباهرة للناظرين، فمن عرفها وسبر أحواله عرف أنها لا تكون
إلا أخلاق الأنبياء الكاملين؛ لأنه تعالى جعل الأوصاف