Madaniyah
{الم (1) اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ
الْحَيُّ الْقَيُّومُ (2) نَزَّلَ عَلَيْكَ
الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَأَنْزَلَ
التَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ (3) مِنْ قَبْلُ
هُدًى لِلنَّاسِ وَأَنْزَلَ الْفُرْقَانَ إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا
بِآيَاتِ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَاللَّهُ عَزِيزٌ ذُو
انْتِقَامٍ (4) إِنَّ اللَّهَ لَا يَخْفَى
عَلَيْهِ شَيْءٌ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ
(5) هُوَ الَّذِي يُصَوِّرُكُمْ فِي
الْأَرْحَامِ كَيْفَ يَشَاءُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ
الْحَكِيمُ (6)}
.
"Alif lam mim. Allah, tidak ada tuhan
(yang berhak disem-bah) melainkan Dia. Yang hidup
kekal lagi terus menerus mengurus
(makhlukNya).
Dia menurunkan al-Kitab
(al-Qur`an) kepadamu
dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan
menurunkan Taurat dan Injil, sebelum
(al-Qur`an),
menjadi petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan al-Furqan. Sesungguhnya
orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh siksa yang
berat dan Allah Mahaperkasa lagi mempunyai pembalasan
(siksa). Sesungguhnya bagi Allah, tidak ada satu
pun yang tersembunyi di bumi dan tidak
(pula) di
langit. Dia-lah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana
dike-hendakiNya. Tidak ada tuhan
(yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang
Mahaperkasa lagi Mahabijaksana."
(Ali Imran: 1-6).
#
{1}
{الم}؛ من الحروف التي لا يعلم معناها إلا
الله.
(1) ﴾ الٓمٓ ﴿ "Alif lam mim" adalah di antara
huruf-huruf yang tidak ada yang mengetahui maknanya kecuali Allah.
#
{2} فأخبر تعالى أنه
{الحي}؛ كامل الحياة
{القيوم}؛ القائم بنفسه المقيم لأحوال خلقه،
وقد أقام أحوالهم الدينية وأحوالهم الدنيوية والقدرية، فأنزل على رسوله
محمد - صلى الله عليه وسلم - الكتاب بالحق الذي لا ريب فيه وهو مشتمل على
الحق.
(2) Allah memberitakan bahwa Dia ﴾ ٱلۡحَيُّ
﴿ "Hidup kekal" yakni hidup yang sempurna, ﴾
ٱلۡقَيُّومُ ﴿ "Terus menerus mengurus makhluk-Nya," yang melakukannya
sendiri dan mengurus segala kondisi makhlukNya, di mana Allah telah
mengurus kondisi agama, kondisi dunia, dan kondisi takdir-takdir mereka,
lalu Allah menurunkan kepada RasulNya, Muhammad ﷺ al-Kitab dengan
kebenaran, yang tidak ada keraguan padanya, dan kitab itu mencakup
kebenaran.
#
{3 ـ 4}
{مصدقاً لما بين يديه}؛ من الكتب أي شهد بما
شهدت به ووافقها وصدق من جاء بها من المرسلين. وكذلك
{أنزل التوراة والإنجيل من قبل}
هذا الكتاب، {هدى للناس}؛ وأكمل الرسالة
وختمها بمحمد - صلى الله عليه وسلم - وكتابه العظيم الذي هدى الله به الخلق
من الضلالات واستنقذهم به من الجهالات، وفرق به بين الحق والباطل والسعادة
والشقاوة، والصراط المستقيم وطرق الجحيم، فالذين آمنوا به، واهتدوا حصل لهم
به الخير الكثير والثواب العاجل والآجل و
{الذين كفروا بآيات الله}؛ التي بينها في
كتابه وعلى لسان رسوله
{لهم عذاب شديد والله عزيز ذو انتقام}؛ ممن
عصاه.
(3-4) ﴾ مُصَدِّقٗا لِّمَا بَيۡنَ يَدَيۡهِ
﴿ "Membenarkan kitab yang telah diturun-kan sebelumnya" dari
kitab-kitab suci, artinya, kitab ini mempersak-sikan apa yang
dipersaksikan oleh kitab-kitab tersebut, dan mem-benarkan para Rasul
yang membawa kitab-kitab tersebut. Demikian juga, ﴾
وَأَنزَلَ ٱلتَّوۡرَىٰةَ وَٱلۡإِنجِيلَ 3 مِن قَبۡلُ
﴿ "dan menurunkan Taurat dan Injil sebe-lum
(al-Qur`an)," yakni kitab Allah ini, ﴾
هُدٗى لِّلنَّاسِ
﴿ "menjadi petunjuk bagi manusia," dan Allah menyempurnakan risalah dan
menutup-nya dengan Nabi Muhammad ﷺ dan kitabnya yang agung, yang
dengannya Allah memberikan petunjukNya kepada makhluk dari kesesatan dan
menyelamatkan mereka dari kebodohan, dan dengan-nya Allah memisahkan
antara kebenaran dan kebatilan, kebaha-giaan dan kesengsaraan, jalan
yang lurus (ke surga) dan jalan ke neraka. Maka
orang-orang yang beriman kepadanya dan meng-ambil petunjuk niscaya
mereka akan memperoleh kebaikan yang melimpah dan pahala yang segera
maupun yang tertunda, dan ﴾
ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ
﴿ "orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah" yang telah
dijelaskan oleh Allah dalam KitabNya dan melalui lisan RasulNya, ﴾
لَهُمۡ عَذَابٞ شَدِيدٞۗ وَٱللَّهُ عَزِيزٞ ذُو ٱنتِقَامٍ ﴿ "akan memperoleh
siksa yang berat; dan Allah Mahaperkasa lagi mempunyai pembalasan
(siksa)" bagi orang-orang yang maksiat kepadaNya.
#
{5 ـ 6} ومن تمام قيوميته تعالى أن علمه محيط
بالخلائق
{لا يخفى عليه شيء في الأرض ولا في السماء}؛
حتى ما في بطون الحوامل فهو
{الذي يصوركم في الأرحام كيف يشاء}؛ من ذكر
وأنثى وكامل الخلق وناقصه متنقلين في أطوار خلقته وبديع حكمته، فمن هذا
شأنه مع عباده واعتناؤه العظيم بأحوالهم من حين أنشأهم إلى منتهى أمورهم لا
مشارك له في ذلك فيتعين أنه لا يستحق العبادة إلا هو
{لا إله إلا هو العزيز}؛ الذي قهر الخلائق
بقوته، واعتز عن أن يوصف بنقص، أو ينعت بذم.
{الحكيم}؛ في خلقه وشرعه.
(5-6) Dan di antara kesempurnaan pengaturanNya
(atas hamba-hambaNya) تعالى adalah bahwa ilmuNya
meliputi seluruh makhluk, ﴾ لَا يَخۡفَىٰ عَلَيۡهِ شَيۡءٞ فِي ٱلۡأَرۡضِ
وَلَا فِي ٱلسَّمَآءِ
﴿ "bagi Allah tidak ada satu pun yang tersembunyi di bumi dan tidak
(pula) di langit," hingga apa yang ada di dalam
perut wanita-wanita hamil, Allah-l a h ﴾
ٱلَّذِي يُصَوِّرُكُمۡ فِي ٱلۡأَرۡحَامِ كَيۡفَ يَشَآءُۚ
﴿ "yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dike-hendakiNya," berupa
laki-laki, wanita, bentuk yang sempurna, ben-tuk yang cacat, yang selalu
berganti dalam tahapan pembentukan-Nya dan keindahan hikmahNya. Oleh
karena Dia-lah Dzat yang seperti ini terhadap hamba-hambaNya dan
perhatianNya yang besar terhadap kondisi mereka dari permulaan ketika
Dia mencip-takan mereka hingga akhir dari perkara mereka, tidak ada
sekutu bagiNya dalam semua itu, maka menjadi jelaslah bahwa tidak ada
yang berhak diibadahi kecuali Dia, ﴾
لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلۡعَزِيزُ
﴿ "tidak ada tuhan
(yang berhak disembah) melainkan Dia Yang
Mahaperkasa," Yang me-nguasai segala makhluk dengan kekuatanNya, dan
Perkasa dari sifat kekurangan atau dari sifat tercela, ﴾
ٱلۡحَكِيمُ ﴿ "lagi Mahabijaksana" dalam penciptaan dan syariatNya.
{هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ مُحْكَمَاتٌ
هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ فَأَمَّا الَّذِينَ فِي
قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ
الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلَّا
اللَّهُ وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ كُلٌّ
مِنْ عِنْدِ رَبِّنَا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ
(7) رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ
هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ
الْوَهَّابُ (8)}
.
"Dia-lah yang menurunkan al-Kitab
(al-Qur`an) kepadamu. Di antara
(isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah
pokok-pokok isi al-Qur`an dan yang lain
(ayat-ayat) mutasyabihat. Ada-pun orang-orang yang
dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian
ayat-ayat yang mutasyabihat dari padanya untuk menimbulkan fitnah dan
untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya
me-lainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata, 'Kami
beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan
kami.' Dan tidak dapat mengambil pelajaran
(dari padanya) melainkan orang-orang yang berakal.
(Mereka berdoa), 'Ya Tuhan kami, janganlah Engkau
jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk
kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisiMu; karena
sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi
(karunia)'."
(Ali Imran: 7-8).
#
{7} يخبر تعالى عن عظمته وكمال قيوميته أنه
هو الذي تفرد بإنزال هذا الكتاب العظيم، الذي لم يوجد، ولن يوجد له نظير أو
مقارب في هدايته وبلاغته وإعجازه وإصلاحه للخلق، وأن هذا الكتاب يحتوي على
المحكم الواضح المعاني، البين الذي لا يشتبه بغيره، ومنه آيات متشابهات
تحتمل بعض المعاني، ولا يتعين منها واحد من الاحتمالين بمجردها حتى تضم إلى
المحكم، فالذين في قلوبهم مرض وزيغ وانحراف لسوء قصدهم يتبعون المتشابه
منه؛ فيستدلون به على مقالاتهم الباطلة، وآرائهم الزائفة، طلباً للفتنة
وتحريفاً لكتابه، وتأويلاً له على مشاربهم ومذاهبهم ليَضِلوا ويُضِلوا.
وأما أهل العلم الراسخون فيه الذين وصل العلم واليقين إلى أفئدتهم، فأثمر
لهم العمل والمعارف فيعلمون أن القرآن كله من عند الله وأنه كله حق محكمه
ومتشابهه، وأن الحق لا يتناقض ولا يختلف، فلعلمهم أن المحكمات معناها في
غاية الصراحة والبيان، يردون إليها المشتبه الذي تحصل فيه الحيرة لناقص
العلم وناقص المعرفة،
فيردون المتشابه إلى المحكم فيعود كله محكماً ويقولون:
{آمنا به كل من عند ربنا وما يذكر}؛ للأمور
النافعة والعلوم الصائبة
{إلا أولو الألباب}؛
أي:
أهل العقول الرزينة، ففي هذا دليل على أن هذا من علامة أولي الألباب وأن
اتباع المتشابه من أوصاف أهل الآراء السقيمة والعقول الواهية والقصود
السيئة. وقوله:
{وما يعلم تأويله إلا الله}؛ إن أريد
بالتأويل معرفة عاقبة الأمور وما تنتهي وتؤول إليه تعين الوقوف على
{إلا الله} حيث هو تعالى المتفرد بالتأويل
بهذا المعنى، وإن أريد بالتأويل معنى التفسير ومعرفة معنى الكلام كان العطف
أولى؛ فيكون هذا مدحاً للراسخين في العلم، أنهم يعلمون كيف ينزلون نصوص
الكتاب والسنة محكمها ومتشابهها.
ولما كان المقام مقام انقسام إلى منحرفين ومستقيمين دعوا الله تعالى أن
يثبتهم على الإيمان فقالوا:
(7) Allah تعالى memberitakan tentang keagunganNya
dan ke-sempurnaan pengaturanNya, yakni bahwa Dia-lah yang Esa yang
menurunkan kitab yang agung ini, yang tidak ditemukan dan tidak akan
ditemukan tandingannya dan semisalnya dalam petunjuk, keindahan bahasa,
kemukjizatan, dan kebaikannya bagi makhluk. Dan bahwasanya kitab ini
mencakup yang muhkam, yakni yang jelas sekali artinya, yang terang, yang
tidak samar tentangnya, dan juga mencakup ayat-ayat mutasyabihat yang
mengandung beberapa arti yang tidak ada satu pun dari arti-arti itu yang
lebih kuat kalau hanya berpegang dengan ayat tersebut hingga disatukan
kepada ayat yang muhkam. Orang-orang yang dalam hatinya ada penyakit,
penyimpangan dan penyelewengan karena niat mereka yang buruk justru
mengikuti ayat-ayat yang mutasyabih tersebut. Mereka meng-ambilnya sebagai
dalil demi memperkuat tulisan-tulisan mereka yang batil dan
pemikiran-pemikiran mereka yang palsu, hanya untuk mengobarkan fitnah dan
penyimpangan terhadap kitabullah, serta menjadikannya sebagai tafsiran
untuknya sesuai dengan jalan dan madzhab mereka yang akhirnya mereka itu
tersesat dan menyesatkan orang lain. Adapun orang-orang yang berilmu lagi
mendalam ilmunya yang ilmu dan keyakinan telah mencapai hati mereka, lalu
mem-buahkan bagi mereka perbuatan dan pengetahuan, maka mereka ini
mengetahui bahwa al-Qur`an itu semuanya dari sisi Allah, dan bahwa semua
yang ada di dalamnya adalah haq, baik yang muta-syabih maupun yang muhkam,
dan bahwasanya yang haq itu tidak akan saling bertentangan dan tidak
saling berbeda. Dan karena mereka mengetahui dengan jelas bahwa ayat-ayat
yang muhkam mengandung makna yang tegas dan jelas, maka mereka
mengem-balikan ayat-ayat mustasyabih yang sering menimbulkan kebingung-an
bagi orang-orang yang kurang ilmu dan pengetahuan, kepada yang muhkam.
Mereka mengembalikan ayat-ayat yang mutasyabih kepada ayat-ayat yang
muhkam hingga akhirnya seluruhnya menjadi muhkam dan mereka berkata, ﴾
ءَامَنَّا بِهِۦ كُلّٞ مِّنۡ عِندِ رَبِّنَاۗ وَمَا يَذَّكَّرُ
﴿ "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari
sisi Tuhan kami." ﴾
وَمَا يَذَّكَّرُ
﴿ "Dan tidak dapat mengambil pelajaran,
(dari padanya)," yakni perkara-perkara yang
bermanfaat dan ilmu pengetahuan yang mendalam, ﴾
إِلَّآ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَٰبِ
﴿ "melainkan orang-orang yang berakal," yakni orang-orang yang memiliki
akal yang cerdas. Dalam ayat ini terdapat dalil yang menunjukkan bahwa
sikap ini adalah tanda orang-orang yang berakal, dan bahwa mengikuti
ayat-ayat yang mutasyabih adalah sifat orang-orang yang pemikiran-nya
sakit, akalnya rendah, dan tujuan-tujuannya yang buruk. Dan FirmanNya,
﴾
وَمَا يَعۡلَمُ تَأۡوِيلَهُۥٓ إِلَّا ٱللَّهُۗ
﴿ "Padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah,"
apabila yang dimaksud dari takwil itu adalah pengetahuan tentang akibat
dari suatu perkara, hasilnya, serta mengarah kepadanya, maka wajiblah
berpatokan dengan, ﴾
إِلَّا ٱللَّهُۗ ﴿ "melainkan Allah;" di mana hanya Allah saja yang
melakukan takwil dengan makna tersebut. Namun apabila takwil tersebut
dimaksudkan dengan makna tafsir dan ilmu tentang arti dari perkataan
tersebut, maka yang lebih baik adalah menyam-bung dengan kalimat
sebelumnya, hingga hal ini menjadi sebuah pujian terhadap orang-orang yang
ilmunya mendalam, yaitu bah-wasanya mereka mengetahui bagaimana
menempatkan nash-nash al-Qur`an dan as-Sunnah, baik yang muhkamnya maupun
yang mutasyabihnya. Dan ketika konteksnya adalah tentang perpecahan
orang-orang
(sehingga) ada yang menyimpang dan ada
yang istiqamah, maka mereka berdoa kepada Allah تعالى agar menetapkan
mereka di atas keimanan seraya berkata,
#
{8}
{ربنا لا تزغ قلوبنا}؛
أي:
لا تملها عن الحق إلى الباطل
{بعد إذ هديتنا وهب لنا من لدنك رحمة}
تصلح بها أحوالنا؛
{إنك أنت الوهاب}؛
أي:
كثير الفضل والهبات. وهذه الآية تصلح مثالاً للطريقة التي يتعين سلوكها في
المتشابهات، وذلك أن الله تعالى ذكر عن الراسخين أنهم يسألونه أن لا يزيغ
قلوبهم بعد إذ هداهم؛
وقد أخبر في آيات أخر الأسباب التي بها تزيغ قلوب أهل الانحراف وأن ذلك
بسبب كسبهم كقوله:
{فلما زاغوا أزاغ الله قلوبهم}؛
{ثم انصرفوا صرف الله قلوبهم}؛
{ونقلب أفئدتهم وأبصارهم كما لم يؤمنوا به أول مرة}؛ فالعبد إذا تولى عن ربه، ووالى عدوه، ورأى الحق فصدف عنه ورأى الباطل
فاختاره ولاه الله ما تولى لنفسه، وأزاغ قلبه عقوبة له على زيغه، وما ظلمه
الله ولكنه ظلم نفسه، فلا يلم إلا نفسه الأمارة بالسوء. والله أعلم.
(8) ﴾ رَبَّنَا لَا تُزِغۡ قُلُوبَنَا
﴿ "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada
kesesatan," maksudnya, janganlah Engkau menyimpangkan hati kami dari
kebenaran kepada kebatilan, ﴾
بَعۡدَ إِذۡ هَدَيۡتَنَا وَهَبۡ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحۡمَةًۚ
﴿ "sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan ka-runiakanlah kepada
kami rahmat dari sisiMu" yang dengannya akan baik segala kondisi kami,
﴾
إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡوَهَّابُ
﴿ "karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi
(karunia)," yakni, karunia dan pemberian yang
banyak. Ayat ini patut menjadi sebuah contoh metode yang harus ditempuh
dalam memahami ayat-ayat mutasyabih, yaitu bahwasanya Allah تعالى
menyebutkan tentang orang-orang yang ilmunya mendalam di mana mereka
berdoa kepadaNya agar Allah tidak menjadikan hati-hati mereka condong
setelah Dia memberi petunjuk kepada mereka. Dan Allah telah memberitakan
pada ayat-ayat yang lain tentang sebab-sebab dari condongnya hati
orang-orang yang me-nyimpang tersebut yaitu bahwa hal itu disebabkan
oleh perbuatan mereka sendiri, seperti FirmanNya, ﴾
فَلَمَّا زَاغُوٓاْ أَزَاغَ ٱللَّهُ قُلُوبَهُمۡۚ
﴿ "Maka tatkala mereka berpaling
(dari kebenaran), Allah memaling-kan hati
mereka." (Ash-Shaf: 5),
dan FirmanNya, ﴾
ثُمَّ ٱنصَرَفُواْۚ صَرَفَ ٱللَّهُ قُلُوبَهُم
﴿ "Sesudah itu mereka pun pergi. Allah telah memalingkan hati me-reka."
(At-Taubah: 127), dan
juga FirmanNya, ﴾
وَنُقَلِّبُ أَفۡـِٔدَتَهُمۡ وَأَبۡصَٰرَهُمۡ كَمَا لَمۡ يُؤۡمِنُواْ بِهِۦٓ
أَوَّلَ مَرَّةٖ ﴿ "Dan
(begitu pula) Kami memalingkan hati dan
penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya
(al-Qur`an) pada per-mulaannya."
(Al-An'am: 110). Dan
seorang hamba bila berpaling dari Rabbnya dan men-cintai musuhNya, ia
mengetahui kebenaran namun ia berpaling darinya dan mengetahui kebatilan
namun memilihnya, maka Allah palingkan ia kepada sesuatu yang ia berpaling
kepadanya, dan Allah condongkan hatinya sebagai suatu hukuman baginya atas
kecondongannya tersebut, dan tidaklah Allah menganiaya dirinya akan tetapi
ia telah menganiaya dirinya sendiri, maka janganlah ia mencela kecuali
dirinya sendiri yang memerintahkan kepada ke-burukan, wallahu a'lam.
{رَبَّنَا إِنَّكَ جَامِعُ النَّاسِ لِيَوْمٍ لَا رَيْبَ فِيهِ إِنَّ
اللَّهَ لَا يُخْلِفُ الْمِيعَادَ (9)}
.
"Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengumpulkan ma-nusia untuk
(menerima pembalasan pada) hari yang tak ada
kera-guan padanya. Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji."
(Ali Imran: 9).
#
{9} هذا من تتمة كلام الراسخين في العلم، وهو
يتضمن الإقرار بالبعث والجزاء واليقين التام، وأن الله لا بد أن يوقع ما
وعد به، وذلك يستلزم موجبه ومقتضاه من العمل والاستعداد لذلك اليوم، فإن
الإيمان بالبعث والجزاء أصل صلاح القلوب، وأصل الرغبة في الخير والرهبة من
الشر اللذين هما أساس الخيرات.
(9) Ayat ini adalah penyempurna perkataan
orang-orang yang mendalam ilmunya, yaitu mengandung kepercayaan terhadap
kebangkitan, pembalasan dan keyakinan yang sempurna, dan bah-wasanya Allah
pasti menunaikan janjiNya. Dan itu semua meng-haruskan adanya amal dan
persiapan untuk menghadapi hari ter-sebut, karena beriman kepada Hari
Kebangkitan adalah asas dari kebaikan hati, dasar dari keinginan kepada
kebaikan dan kekha-watiran dari kejahatan, di mana kedua hal itu adalah
pondasi dari segala kebajikan.
{إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَنْ تُغْنِيَ عَنْهُمْ أَمْوَالُهُمْ وَلَا
أَوْلَادُهُمْ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا وَأُولَئِكَ هُمْ وَقُودُ النَّارِ
(10) كَدَأْبِ آلِ فِرْعَوْنَ وَالَّذِينَ مِنْ
قَبْلِهِمْ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا فَأَخَذَهُمُ اللَّهُ بِذُنُوبِهِمْ
وَاللَّهُ شَدِيدُ الْعِقَابِ (11)}
.
"Sesungguhnya orang-orang yang kafir, harta benda dan anak-anak mereka,
sedikitpun tidak dapat menolak
(siksa) Allah dari mereka. Dan mereka itu adalah
bahan bakar api neraka.
(Ke-adaan mereka) adalah
seperti keadaan kaum Fir'aun dan orang-orang yang sebelumnya; mereka
mendustakan ayat-ayat Kami; karena itu Allah menyiksa mereka disebabkan
dosa-dosa mereka. Dan Allah sangat keras siksaNya."
(Ali Imran: 10-11).
#
{10 ـ 11} لما ذكر يوم القيامة، ذكر أن جميع
من كفر بالله، وكذب رسل الله لا بد أن يدخلوا النار ويصلوها، وأن أموالهم
وأولادهم لن تغني عنهم شيئاً من عذاب الله، وأنه سيجري عليهم في الدنيا من
الأخْذات والعقوبات ما جرى على فرعون وسائر الأمم المكذبة بآيات الله،
{أخذهم الله بذنوبهم}؛ وعجل لهم العقوبات
الدنيوية متصلة بالعقوبات الأخروية
{والله شديد العقاب}؛ فإياكم أن
تَسْتَهْوِنوا بعقابه فيهون عليكم الإقامة على الكفر والتكذيب.
(10-11) Setelah Allah menyebutkan tentang Hari
Kiamat, Allah memberitakan tentang semua orang-orang yang mengingkari
Allah dan mendustakan para Rasul Allah, bahwa mereka pasti akan masuk ke
dalam neraka dan tersiksa di dalamnya, dan bahwa harta dan anak-anak
mereka tidak berguna bagi mereka sama sekali dari siksa Allah تعالى, dan
bahwasanya Allah akan menimpakan atas mereka hukuman-hukuman dan
siksaan-siksaan di dunia sebagai-mana yang ditimpakan kepada Fir'aun dan
seluruh umat yang mendustakan ayat-ayat Allah. ﴾ فَأَخَذَهُمُ ٱللَّهُ
بِذُنُوبِهِمۡۗ
﴿ "Karena itu Allah me-nyiksa mereka disebabkan dosa-dosa mereka." Dan
Allah menyegerakan atas mereka siksaan-siksaan dunia yang berlanjut
hingga siksaan-siksaan akhirat, ﴾
وَٱللَّهُ شَدِيدُ ٱلۡعِقَابِ ﴿ "Dan Allah sangat keras siksaNya." Maka
janganlah kalian meremehkan siksaan Allah hingga kalian akan merasa biasa
hidup di atas keku-furan dan sikap mendustakan.
{قُلْ لِلَّذِينَ كَفَرُوا سَتُغْلَبُونَ وَتُحْشَرُونَ إِلَى جَهَنَّمَ
وَبِئْسَ الْمِهَادُ (12) قَدْ كَانَ لَكُمْ
آيَةٌ فِي فِئَتَيْنِ الْتَقَتَا فِئَةٌ تُقَاتِلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
وَأُخْرَى كَافِرَةٌ يَرَوْنَهُمْ مِثْلَيْهِمْ رَأْيَ الْعَيْنِ
وَاللَّهُ يُؤَيِّدُ بِنَصْرِهِ مَنْ يَشَاءُ إِنَّ فِي ذَلِكَ
لَعِبْرَةً لِأُولِي الْأَبْصَارِ (13)}
.
"Katakanlah kepada orang-orang yang kafir, 'Kamu pasti akan dikalahkan
(di dunia ini) dan akan digiring ke dalam Neraka
Jahanam. Dan itulah tempat yang seburuk-buruknya.' Sesungguh-nya telah ada
tanda bagi kamu pada dua golongan yang telah bertemu
(bertempur). Segolongan berperang di jalan Allah
dan
(segolongan) yang lain kafir, yang dengan mata
kepala melihat
(seakan-akan) orang-orang Muslim
dua kali jumlah mereka. Allah menguatkan dengan bantuanNya siapa yang
dikehendakiNya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran
bagi orang-orang yang mempunyai mata hati."
(Ali Imran: 12-13).
#
{12 ـ 13} وهذا خبر وبشرى للمؤمنين، وتخويف
للكافرين أنهم لا بد أن يغلبوا في هذه الدنيا، وقد وقع كما أخبر الله
فغلبوا غلبة لم يكن لها مثيل ولا نظير، وجعل الله تعالى ما وقع في بدر من
آياته الدالة على صدق رسوله، وأنه هو على الحق وأعداؤه على الباطل حيث
التقت فئتان فئة المؤمنين لا يبلغون إلا ثلاثمائة وبضعة عشر رجلاً مع قلة
عُددهم، وفئة الكافرين يناهزون الألف مع استعدادهم التام في السلاح وغيره،
فأيد الله المؤمنين بنصره فهزموهم بإذن الله. ففي هذا عبرة لأهل البصائر،
فلولا أن هذا هو الحق الذي إذا قابل الباطل أزهقه، واضمحل الباطل لكان بحسب
الأسباب الحسية الأمر بالعكس.
(12-13) Ayat ini merupakan informasi dan kabar
gembira bagi kaum Mukminin, dan ancaman bagi orang-orang kafir, yakni
bahwasanya mereka akan dikalahkan di dunia ini. Dan terbukti benar telah
terjadi sesuai dengan yang Allah kabarkan, di mana mereka telah dikalahkan
dengan kekalahan yang tidak ada tan-dingan dan tidak ada yang setara
dengannya. Allah تعالى menjadikan apa yang terjadi dalam peperangan Badar
sebagai tanda-tandaNya yang menunjukkan atas kebenaran RasulNya, dan bahwa
beliau berada di atas kebenaran sedangkan musuh-musuhnya berada di atas
kebatilan, di mana kedua pasukan bertemu dengan jumlah pasukan kaum
Muslimin yang hanya mencapai tiga ratus sekian belas orang ditambah dengan
peralatan yang sedikit, dan pasukan kaum kafir yang mencapai seribu orang
ditambah dengan persiap-an mereka yang sempurna dalam persenjataan dan
lain-lainnya. Namun Allah membela kaum Mukminin dengan pertolonganNya
hingga mereka mampu mengalahkan kaum kafir dengan izin Allah. Ayat ini
mengandung pelajaran bagi orang-orang yang memi-liki mata hati, bahwa
sekiranya ini bukan kebenaran yang apabila menghadapi kebatilan pasti akan
melenyapkan dan merendahkan-nya, maka pastilah, jika diukur dari
sebab-sebab yang kongkret, kenyataannya akan terbalik.
{زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ
وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ
وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ
الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
(14) قُلْ أَؤُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرٍ مِنْ
ذَلِكُمْ لِلَّذِينَ اتَّقَوْا عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ
تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَأَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ
وَرِضْوَانٌ مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ
(15)}
.
"Dijadikan indah pada
(pandangan) manusia kecintaan ke-pada apa-apa yang
diingini, berupa wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis
emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang.
Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali
yang baik
(surga). Katakanlah, 'Maukah aku
kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?' Untuk
orang-orang yang bertakwa
(kepada Allah), pada
sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai;
mereka kekal di dalamnya. Dan
(me-reka dikaruniai) istri-istri yang disucikan
serta keridhaan Allah. Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hambaNya."
(Ali Imran: 14-15).
#
{14} أخبر تعالى في هاتين الآيتين عن حالة
الناس في إيثار الدنيا على الآخرة، وبين التفاوت العظيم والفرق الجسيم بين
الدارين، فأخبر أن الناس زينت لهم هذه الأمور فرمقوها بالأبصار، واستحلوها
بالقلوب، وعكفت على لذاتها النفوس، كل طائفة من الناس تميل إلى نوع من هذه
الأنواع، قد جعلوها هي أكبر همهم ومبلغ علمهم، وهي مع هذا متاع قليل
مُنْقَضٍ في مدة يسيرة، فهذا
{متاع الحياة الدنيا والله عنده حسن المآب}.
(14) Allah تعالى mengabarkan dalam dua ayat ini
tentang kondisi manusia ketika mendahulukan dunia atas akhirat, lalu Allah
menjelaskan perbedaan yang besar dan ketidaksamaan antara kedua alam
tersebut, di mana Allah mengabarkan bahwa manusia dihiasi dengan
perkara-perkara tersebut hingga mereka meliriknya dengan mata mereka, dan
mereka ilusikan manisnya dalam hati mereka, jiwa-jiwa mereka terbuai dalam
kenikmatan-kenikmatannya. Dan setiap kelompok dari manusia itu condong
kepada salah satu jenis dari jenis-jenis kenikmatan tersebut, yang
sebenarnya mereka telah menjadikannya sebagai cita-cita terbesar mereka
dan puncak dari pengetahuan mereka. Padahal itu semua hanyalah kenikmatan
yang sedikit yang akan lenyap dalam waktu yang sekejap, maka itulah ﴾
مَتَٰعُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۖ وَٱللَّهُ عِندَهُۥ حُسۡنُ ٱلۡمَـَٔابِ ﴿
"kese-nangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang
baik
(surga)."
#
{15} ثم أخبر عن ذلك بأن المتقين لله
القائمين بعبوديته لهم خير من هذه اللذات، فلهم أصناف الخيرات والنعيم
المقيم مما لا عين رأت ولا أذن سمعت ولا خطر على قلب بشر، ولهم رضوان الله
الذي هو أكبر من كل شيء، ولهم الأزواجُ المطهرةُ من كل آفة ونقص، جميلاتُ
الأخلاق كاملاتُ الخلائق، لأن النفي يستلزم ضده، فتطهيرها من الآفات مستلزم
لوصفها بالكمالات. {والله بصير بالعباد}؛
فييسر كلًّا منهم لما خلق له، أما أهل السعادة فييسرهم للعمل لهذه الدار
الباقية ويأخذون من هذه الحياة الدنيا ما يعينهم على عبادة الله وطاعته،
وأما أهل الشقاوة والإعراض فيقيضهم لعمل أهل الشقاوة، ويرضون بالحياة
الدنيا، ويطمئنون بها، ويتخذونها قراراً.
(15) Kemudian Allah تعالى memberitakan tentang hal
itu yaitu bahwasanya orang-orang yang bertakwa kepada Allah yang
menegakkan penghambaan hanya kepadaNya, maka bagi mereka kesenangan yang
lebih baik dari semua kenikmatan itu. Mereka akan mendapatkan berbagai
bentuk kebaikan dan kenikmatan yang abadi yang belum pernah dilihat oleh
mata, tidak pernah di-dengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas dalam
benak seorang manusia pun. Dan bagi mereka keridhaan Allah yang merupakan
perkara yang paling agung dari segala sesuatu, bagi mereka istri-istri
yang suci dari segala kekurangan dan cacat, akhlak mereka baik, bentuk
mereka sangat sempurna, karena peniadaan itu ber-konsekuensi kepada hal
yang bertentangan dengannya, oleh karena itu kesuciannya dari kekurangan
menunjukkan kepada kesempur-naannya. ﴾ وَٱللَّهُ بَصِيرُۢ بِٱلۡعِبَادِ ﴿
"Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya," maka Allah memudahkan
setiap orang itu kepada apa yang telah diciptakan untuknya. Orang-orang
yang bahagia, Allah me-mudahkan mereka dalam beramal untuk negeri yang
abadi ter-sebut dan mereka menjadikan kehidupan dunia ini dan segala hal
yang ada padanya untuk membantunya dalam beribadah kepada Allah dan taat
kepadaNya. Sedangkan orang-orang yang sengsara dan yang berpaling, Allah
membiarkan mereka melakukan per-buatan orang-orang yang sengsara dan
mereka ridha terhadap kehidupan dunia, senang padanya, serta mereka
menjadikannya sebagai tempat menetap mereka.
{الَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا إِنَّنَا آمَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا
ذُنُوبَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
(16) الصَّابِرِينَ وَالصَّادِقِينَ
وَالْقَانِتِينَ وَالْمُنْفِقِينَ وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِالْأَسْحَارِ
(17)}
.
"
(Yaitu) orang-orang yang berdoa, 'Ya Tuhan kami,
sesung-guhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan
peliharalah kami dari siksa neraka,'
(yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang
tetap taat, yang menafkahkan hartanya
(di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu
sahur."
(Ali Imran: 16-17).
#
{16} أي: هؤلاء الراسخون في العلم أهل العلم
والإيمان يتوسلون إلى ربهم بإيمانهم لمغفرة ذنوبهم ووقايتهم عذاب النار،
وهذا من الوسائل التي يحبها الله أن يتوسل العبد إلى ربه بما منَّ به عليه
من الإيمان والأعمال الصالحة إلى تكميل نعم الله عليه بحصول الثواب الكامل
واندفاع العقاب.
(16) Maksudnya, orang-orang yang ilmunya mendalam
itu adalah ulama dan ahli iman, di mana mereka bertawassul dengan keimanan
mereka itu kepada Tuhan mereka demi meraih ampunan atas dosa-dosa mereka
dan pemeliharaan mereka dari siksa neraka. Hal-hal yang seperti ini adalah
di antara sarana yang dicintai oleh Allah dari seorang hamba yang
bertawassul kepada Tuhannya dengan apa yang telah Dia karuniakan kepada
hamba tersebut berupa keimanan dan amal-amal shalih hingga penyempurnaan
kenikmatan atas dirinya yaitu dengan memperoleh pahala yang sempurna dan
penghindaran dari siksaan.
#
{17} ثم وصفهم بأجمل الصفات: بالصبر الذي هو
حبس النفوس على ما يحبه الله طلباً لمرضاته، يصبرون على طاعة الله ويصبرون
عن معاصيه ويصبرون على أقداره المؤلمة، وبالصدق بالأقوال والأحوال وهو
استواء الظاهر والباطن وصدق العزيمة على سلوك الصراط المستقيم، وبالقنوت
الذي هو دوام الطاعة مع مصاحبة الخشوع والخضوع، وبالنفقات في سبل الخيرات
وعلى الفقراء وأهل الحاجات، وبالاستغفار خصوصاً وقت الأسحار، فإنهم مدوا
الصلاة إلى وقت السحر؛ فجلسوا يستغفرون الله تعالى.
(17) Lalu Allah menyifati mereka dengan
sebaik-baik sifat yaitu, dengan kesabaran, yang artinya adalah
pengendalian diri berdasarkan perkara yang dicintai oleh Allah demi
mengharap ke-ridhaanNya, mereka bersabar atas ketaatan kepada Allah,
bersabar dalam meninggalkan maksiat kepadaNya dan bersabar atas
takdir-takdir Allah yang menyakitkan, dan bersabar dengan sifat jujur
dalam segala perkataan maupun kondisi yaitu kesesuaian antara lahir maupun
batin, tekad yang benar dalam menempuh jalan yang lurus, dan dengan sifat
patuh yang artinya ketaatan yang terus menerus disertai dengan kekhusyu'an
dan ketundukan, juga de-ngan memberi nafkah pada jalan-jalan kebajikan,
kepada para fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan, dan dengan
permo-honan ampunan khususnya di waktu sepertiga malam yang ter-akhir,
karena mereka memanjangkan shalat mereka hingga waktu sahur lalu mereka
tetap dalam hal itu seraya memohon ampun kepada Allah تعالى.
{شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ
وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ
الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (18)}
.
"Allah menyatakan bahwasanya tidak ada tuhan
(yang ber-hak disembah) melainkan Dia
(yang berhak disembah), Yang me-negakkan keadilan.
Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu
(juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada tuhan
(yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang
Mahaperkasa lagi Mahabijak-sana."
(Ali Imran: 18).
#
{18} هذه أجل الشهادات الصادرة من الملك
العظيم، ومن الملائكة، وأهل العلم على أجلِّ مشهود عليه وهو توحيد الله
وقيامه بالقسط، وذلك يتضمن الشهادةَ على جميع الشرع وجميع أحكام الجزاء،
فإن الشرع والدين أصله وقاعدته توحيد الله وإفراده بالعبودية والاعتراف
بانفراده بصفات العظمة والكبرياء والمجد والعز والقدرة والجلال وبنعوت
الجود والبر والرحمة والإحسان والجمال، وبكماله المطلق الذي لا يحصي أحد من
الخلق أن يحيطوا بشيء منه أو يبلغوه أو يصلوا إلى الثناء عليه، والعبادات
الشرعية والمعاملات وتوابعها والأمر والنهي كله عدل وقسط لا ظلمَ فيه ولا
جورَ بوجه من الوجوه، بل هو في غاية الحكمة والإحكام، والجزاء على الأعمال
الصالحة والسيئة كله قِسط وعدل،
{قل أي شيء أكبر شهادة قل الله}؛ فتوحيد الله
ودينه وجزاؤه قد ثبت ثبوتاً لا ريب فيه وهو أعظم الحقائق وأوضحها، وقد أقام
الله على ذلك من البراهين والأدلة ما لا يمكن إحصاؤه وعده. وفي هذه الآية
فضيلة العلم والعلماء لأن الله خصهم بالذكر من دون البشر، وقرن شهادتهم
بشهادته وشهادة ملائكته وجعل شهادتهم من أكبر الأدلة والبراهين على توحيده
ودينه وجزائه، وأنه يجب على المكلفين قبول هذه الشهادة العادلة الصادقة،
وفي ضمن ذلك تعديلهم وأن الخلق تبع لهم وأنهم هم الأئمة والمتبوعون، وفي
هذا من الفضل والشرف وعلو المكانة ما لا يقادر قدره.
(18) Ini adalah persaksian paling mulia yang
bersumber dari Raja Yang Mahaagung, dan dari para malaikat serta
orang-orang yang berilmu, atas suatu perkara yang paling mulia yang
disaksi-kan yaitu pengesaan Allah dan penegakanNya akan keadilan. Itu
semua mengandung persaksian atas seluruh Syariat dan seluruh hukum-hukum
pembalasan, karena syariat dan ajaran itu dasar dan pondasinya adalah
tauhidullah dan pengesaanNya dengan ibadah dan pengakuan akan keesaanNya
dalam sifat-sifat keagungan, kesombongan, kebesaran, keperkasaan, kuasa
dan kemuliaan, juga dengan sifat kedermawanan, kebajikan, kasih sayang,
perbuatan baik, keindahan, dan dengan kesempurnaanNya yang mutlak yang
tidak dapat dihitung oleh seorang pun dari makhluk untuk meliputi sedikit
pun darinya atau mereka mencapainya atau me-reka sampai kepada sanjungan
atasNya. Dan ibadah-ibadah yang syar'i dan muamalah serta hal-hal yang
mengikutinya, perintah maupun larangan, semua itu adalah keadilan yang
tidak ada kezha-liman padanya, tidak ada kesewenang-wenangan dalam keadaan
apa pun, sebaliknya semua itu berada pada puncak dari hikmah dan
kepastian, serta balasan terhadap amalan-amalan shalih mau-pun buruk,
semua itu adalah keadilan, ﴾ قُلۡ أَيُّ شَيۡءٍ أَكۡبَرُ شَهَٰدَةٗۖ قُلِ
ٱللَّهُۖ ﴿ "Katakanlah, 'Siapakah yang lebih kuat persaksiannya?'
Katakanlah, 'Allah'."
(Al-An'am: 19). Maka
tauhidullah, AgamaNya dan pembalasanNya telah tetap
(tsabit) dengan ketetapan yang kuat yang tidak ada
keraguan padanya dan ia merupakan hakikat yang paling agung dan paling
jelas. Dan Allah telah menegakkan atas hal itu bukti-bukti nyata dan
dalil-dalil yang tidak mungkin lagi dihitung dan dijumlah. Dalam ayat ini
terdapat keutamaan ilmu dan ulama, karena Allah تعالى mengkhususkan mereka
dalam penyebutan tanpa me-nyertakan manusia lainnya. Allah menyandingkan
kesaksian me-reka dengan kesaksianNya dan kesaksian para malaikatNya, dan
Allah menjadikan kesaksian mereka adalah keterangan dan dalil yang paling
besar atas ketauhidanNya, AgamaNya dan pemba-lasanNya. Seorang yang
mukallaf wajib menerima kesaksian yang adil lagi benar tersebut, dan
termasuk di antara kandungannya adalah membenarkan mereka, bahwa para
makhluk mengikuti mereka dan bahwa mereka adalah para pemimpin yang
diikuti. Dalam poin ini terdapat keutamaan, kemuliaan, dan kedudukan yang
tinggi yang tidak dapat diukur kadarnya.
{إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ
أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا
بَيْنَهُمْ وَمَنْ يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ
الْحِسَابِ (19)}
.
"Sesungguhnya agama
(yang diridhai) di sisi Allah
hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi al-Kitab
kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena ke-dengkian
(yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang
kafir terhadap ayat-ayat Allah, maka sesungguhnya Allah sangat cepat
hisabNya."
(Ali Imran: 19).
#
{19} يخبر تعالى
{إن الدين عند الله}؛ أي الدين الذي لا دين
لله سواه ولا مقبول غيره هو {الإسلام}؛ وهو
الانقياد لله وحده ظاهراً وباطناً بما شرعه على ألسنة رسله،
قال تعالى:
{ومن يبتغ غير الإسلام ديناً فلن يقبل منه وهو في الآخرة من
الخاسرين}؛ فمن دان بغير دين الإسلام فهو لم يدن لله حقيقة لأنه لم يسلك الطريق
الذي شرعه على ألسنة رسله. ثم أخبر تعالى أن أهل الكتاب يعلمون ذلك وإنما
اختلفوا فانحرفوا عنه عناداً وبغياً. وإلا فقد جاءهم العلم المقتضي لعدم
الاختلاف الموجب للزوم الدين الحقيقي، ثم لما جاءهم محمد - صلى الله عليه
وسلم - عرفوه حق المعرفة، ولكن الحسد والبغي والكفر بآيات الله هي التي
صدتهم عن اتباع الحق
{ومن يكفر بآيات الله فإن الله سريع الحساب}؛ أي: فلينتظروا ذلك فإنه آت وسيجزيهم الله بما
كانوا يعملون.
(19) Allah تعالى memberitakan, ﴾ إِنَّ ٱلدِّينَ
عِندَ ٱللَّهِ
﴿ "Sesungguh-nya agama (yang diridhai) di sisi
Allah" maksudnya, agama yang mana Allah tidak memiliki agama selainnya
dan tidak pula diterima se-lainnya adalah ﴾
ٱلۡإِسۡلَٰمُۗ
﴿ "Islam," yang artinya ketundukan kepada Allah semata, secara lahir
maupun batin dengan apa yang disyariat-kanNya melalui lisan
rasul-rasulNya. Allah تعالى berfirman, ﴾
وَمَن يَبۡتَغِ غَيۡرَ ٱلۡإِسۡلَٰمِ دِينٗا فَلَن يُقۡبَلَ مِنۡهُ وَهُوَ فِي
ٱلۡأٓخِرَةِ مِنَ ٱلۡخَٰسِرِينَ 85
﴿ "Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali
tidaklah akan diterima (agama itu) dari padanya,
dan dia di akhirat ter-masuk orang-orang yang rugi."
(Ali Imran: 85). Maka barangsiapa yang beragama
dengan selain agama Islam, maka hakikatnya ia tidak beragama untuk
Allah. Karena ia tidak menempuh jalan yang disyariatkanNya melalui lisan
rasul-rasul-Nya. Kemudian Allah تعالى memberitakan bahwasanya ahli kitab
mengetahui hal itu, dan mereka berselisih dan menyimpang dari-nya hanya
karena keras kepala dan kedengkian, sebab jika bukan karena itu, maka
sesungguhnya telah datang kepada mereka ilmu, yang mengharuskan tidak
terjadinya perselisihan bahkan yang mengharuskan mereka memasuki agama
yang sebenarnya. Kemu-dian setelah datang Nabi Muhammad ﷺ kepada mereka,
maka mereka mengetahuinya dengan sebenar-benarnya, akan tetapi
ke-dengkian, kezhaliman, dan kekufuran kepada ayat-ayat Allah telah
menghalangi mereka dari mengikuti kebenaran.﴾
وَمَن يَكۡفُرۡ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ فَإِنَّ ٱللَّهَ سَرِيعُ ٱلۡحِسَابِ ﴿
"Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah, maka sesungguhnya Allah
sangat cepat hisabNya." Maksudnya, hendaklah mereka menunggu hal tersebut,
karena itu semua pasti akan tiba, dan Allah akan membalas mereka semua
menurut apa yang telah mereka kerjakan.
{فَإِنْ حَاجُّوكَ فَقُلْ أَسْلَمْتُ وَجْهِيَ لِلَّهِ وَمَنِ
اتَّبَعَنِ وَقُلْ لِلَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَالْأُمِّيِّينَ
أَأَسْلَمْتُمْ فَإِنْ أَسْلَمُوا فَقَدِ اهْتَدَوْا وَإِنْ تَوَلَّوْا
فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلَاغُ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ
(20)}
.
"Kemudian jika mereka mendebat kamu
(tentang kebenaran Islam), maka katakanlah, 'Aku
menyerahkan diriku kepada Allah, dan
(demikian pula) orang-orang yang mengikutiku.' Dan
kata-kanlah kepada orang-orang yang telah diberi al-Kitab dan kepada
orang-orang yang ummi, 'Apakah kamu
(mau) masuk
Islam?' Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat
petun-juk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah
menyampaikan
(ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha
Melihat akan hamba-hambaNya."
(Ali Imran: 20).
#
{20} لما بين أن الدين الحقيقي عنده الإسلام،
وكان أهل الكتاب قد شافهوا النبي - صلى الله عليه وسلم - بالمجادلة وقامت
عليهم الحجة فعاندوها، أمره الله تعالى عند ذلك أن يقول ويعلن أنه قد أسلم
وجهه أي ظاهره وباطنه لله، وأن من اتبعه كذلك قد وافقوه على هذا الإذعان
الخالص، وأن يقول للناس كلهم من أهل الكتاب والأميين أي الذين ليس لهم كتاب
من العرب وغيرهم إن أسلمتم فأنتم على الطريق المستقيم والهدى والحق وإن
توليتم فحسابكم على الله، وأنا ليس عليَّ إلا البلاغ، وقد أبلغتكم وأقمت
عليكم الحجة.
(20) Ketika Allah menjelaskan bahwa agama yang
benar di sisiNya hanya Islam, dan ahli kitab itu telah berdialog dengan
Nabi ﷺ dengan perdebatan, dan hujjah telah tegak atas mereka, tetapi
mereka membangkang terhadapnya, maka Allah memerintahkan kepada NabiNya
pada kondisi itu agar berkata dan memberitakan bahwasanya ia telah
berserah diri lahir maupun batin kepada Allah, dan bahwa orang-orang yang
mengikutinya juga tetap sepakat dengannya dalam ketundukan yang tulus. Dan
agar beliau berkata kepada manusia seluruhnya, dari ahli kitab dan
orang-orang yang ummi -orang-orang yang tidak memiliki kitab dari bangsa
Arab- dan selain mereka bahwa apabila mereka berserah diri, maka mereka
berada di atas jalan yang lurus, petunjuk, dan kebenaran. Dan apabila
kalian berpaling, maka perhitungan kalian hanya pada Allah, sedang saya
tidak memiliki tugas kecuali menyampaikan saja, dan telah saya sampaikan
kepada kalian dan telah saya tegak-kan hujjah atas kalian.
{إِنَّ الَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ
النَّبِيِّينَ بِغَيْرِ حَقٍّ وَيَقْتُلُونَ الَّذِينَ يَأْمُرُونَ
بِالْقِسْطِ مِنَ النَّاسِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ
(21) أُولَئِكَ الَّذِينَ حَبِطَتْ
أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَمَا لَهُمْ مِنْ نَاصِرِينَ
(22)}
.
"Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh
para nabi tanpa hak
(alasan yang benar) dan membunuh orang-orang yang
menyuruh manusia berbuat adil, maka gembirakanlah mereka bahwa mereka akan
menerima siksa yang pedih. Mereka itu adalah orang-orang yang lenyap
(pahala) amal-amalnya di dunia dan akhirat, dan
mereka sekali-kali tidak memperoleh penolong."
(Ali Imran: 21-22).
#
{21 ـ 22} أي: الذين جمعوا بين هذه الشرور:
الكفر بآيات الله، وتكذيب رسل الله، والجناية العظيمة على أعظم الخلق حقًّا
على الخلق وهم الرسل وأئمة الهدى، الذين يأمرون الناس بالقسط الذي اتفقت
عليه الأديان والعقول فهؤلاء قد
{حبطت أعمالهم في الدنيا والآخرة}؛ واستحقوا
العذاب الأليم، وليس لهم ناصر من عذاب الله ولا منقذ من عقوبته.
(21-22) Maksudnya, orang-orang yang mengumpulkan
ke-jahatan-kejahatan ini; kufur kepada ayat-ayat Allah, mendustakan
rasul-rasul Allah, dan kejahatan terbesar terhadap makhluk yang paling
agung, yang benar-benar paling agung di atas semua makh-luk, yaitu para
rasul dan para pemimpin petunjuk, yang memerin-tahkan manusia dengan
keadilan yang disepakati oleh agama dan akal, maka mereka itu, telah ﴾
حَبِطَتۡ أَعۡمَٰلُهُمۡ فِي ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأٓخِرَةِ ﴿ "lenyap
(pahala) amal-amalnya di dunia dan akhirat," dan
mereka berhak me-nerima siksaan yang pedih, dan mereka tidak memiliki
penolong dari siksaan Allah dan tidak pula memiliki penyelamat dari
hukum-anNya.
{أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ أُوتُوا نَصِيبًا مِنَ الْكِتَابِ
يُدْعَوْنَ إِلَى كِتَابِ اللَّهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ
يَتَوَلَّى فَرِيقٌ مِنْهُمْ وَهُمْ مُعْرِضُونَ
(23) ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا لَنْ
تَمَسَّنَا النَّارُ إِلَّا أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ وَغَرَّهُمْ فِي
دِينِهِمْ مَا كَانُوا يَفْتَرُونَ
(24) فَكَيْفَ إِذَا جَمَعْنَاهُمْ لِيَوْمٍ لَا
رَيْبَ فِيهِ وَوُفِّيَتْ كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا
يُظْلَمُونَ (25)}
.
"Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang telah diberi bagian yaitu
al-Kitab
(Taurat), mereka diseru kepada kitab
Allah supaya kitab itu menetapkan hukum di antara mereka; ke-mudian
sebagian dari mereka berpaling, dan mereka selalu mem-belakangi
(kebenaran). Hal itu adalah karena mereka berkata,
'Kami tidak akan disentuh oleh api neraka kecuali beberapa hari yang dapat
dihitung.' Mereka diperdayakan dalam agama mereka oleh apa yang selalu
mereka ada-adakan. Bagaimanakah nanti apabila mereka Kami kumpulkan di
hari
(kiamat) yang tidak ada keraguan tentang
adanya? Dan disempurnakan kepada tiap-tiap diri balasan apa yang
diusahakannya sedang mereka tidak di-aniaya
(dirugikan)."
(Ali Imran: 23-25).
#
{23 ـ 25} أي: ألا تنظر وتعجب من هؤلاء
{الذين أوتوا نصيباً من الكتاب} و
{يدعون إلى كتاب الله}؛ الذي يصدق ما أنزله
على رسله
{ثم يتولى فريق منهم وهم معرضون}؛
عن اتباع الحق فكأنه قيل:
لأي داعٍ دعاهم إلى هذا الإعراض وهم أحق بالاتباع وأعرفهم بحقيقة ما جاء به
محمد - صلى الله عليه وسلم -؟ فذكر لذلك سببين:
أمنهم وشهادتهم الباطلة لأنفسهم بالنجاة وأن النار لا تمسهم إلا أياماً
معدودة حددوها بحسب أهوائهم الفاسدة،
كأنَّ تدبير الملك راجع إليهم حيث قالوا:
{لن يدخل الجنة إلا من كان هوداً أو نصارى}؛
ومن المعلوم أن هذه أمانيّ باطلة شرعاً وعقلاً.
والسبب الثاني:
أنهم لما كذبوا بآيات الله، وافتروا عليه زين لهم الشيطان سوء عملهم،
واغتروا بذلك وتراءى لهم أنه الحق عقوبة لهم على إعراضهم عن الحق، فهؤلاء
كيف يكون حالهم إذا جمعهم الله يوم القيامة، ووفّى العاملين ما عملوا وجرى
عدل الله في عباده؟ فهنالك لا تسأل عما يصلون إليه من العقاب وما يفوتهم من
الخير والثواب، وذلك بما كسبت أيديهم، وما ربك بظلام للعبيد.
(23-25) Maksudnya, tidakkah Anda perhatikan dan
heran terhadap mereka, ﴾ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ نَصِيبٗا مِّنَ ٱلۡكِتَٰبِ
﴿ "orang-orang yang telah diberi bagian yaitu al-Kitab
(Taurat)", dan ﴾
يُدۡعَوۡنَ إِلَىٰ كِتَٰبِ ٱللَّهِ
﴿ "mereka diseru kepada kitab Allah" yang membenarkan apa yang
diturunkan Allah kepada Rasul-rasulNya, ﴾
ثُمَّ يَتَوَلَّىٰ فَرِيقٞ مِّنۡهُمۡ وَهُم مُّعۡرِضُونَ
﴿ "kemudian sebagian dari mereka berpaling, dan mereka selalu
membelakangi" dari mengikuti kebenaran. Seolah-olah dikatakan, apa
pendorong mereka berpa-ling seperti itu, padahal mereka adalah
orang-orang yang paling berhak untuk mengikuti dan paling mengetahui
hakikat dari apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad ﷺ? Lalu Allah
menyebutkan dua sebab dari hal itu:
Pertama, rasa aman dan persaksian mereka yang batil bagi diri mereka
sendiri akan keselamatan dan bahwa neraka itu tidak-lah akan menyentuh
mereka kecuali hanya beberapa waktu saja yang mereka tentukan menurut
hawa nafsu mereka sendiri yang rusak. Seolah-olah pengaturan kepemilikan
kembali kepada me-reka, di mana mereka berkata, ﴾
لَن يَدۡخُلَ ٱلۡجَنَّةَ إِلَّا مَن كَانَ هُودًا أَوۡ نَصَٰرَىٰۗ ﴿
"Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang
(yang ber-agama) Yahudi atau Nasrani."
(Al-Baqarah: 111). Telah
diketahui bahwa hal ini merupakan angan-angan kosong yang batil secara
syar'i maupun akal. Kedua, bahwasanya mereka ketika mendustakan ayat-ayat
Allah dan membuat kebohongan atasnya, setan menghiasi per-buatan-perbuatan
mereka yang buruk, dan mereka terpedaya oleh hal tersebut, hingga nampak
oleh mereka bahwa itu merupakan suatu yang benar,
(dan itu adalah) sebagai suatu hukuman atas
keberpalingan mereka dari kebenaran, oleh karena itu, bagaimana-kah
kondisi mereka ketika Allah mengumpulkan mereka pada Hari Kiamat nanti? Di
mana Allah akan memberikan balasan akan perbuatan manusia dan berlakulah
keadilan Allah terhadap hamba-hambaNya. Saat itu tidaklah perlu ditanya
lagi tentang siksaan yang akan mereka rasakan, kebaikan dan pahala tidak
mungkin didapatkan. Dan itu adalah karena tindakan yang diperbuat oleh
tangan mereka sendiri, dan tidaklah Tuhanmu itu berlaku zhalim terhadap
hamba-hambaNya.
{قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ
وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ
مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
(26) تُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ
وَتُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَتُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ
وَتُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَتَرْزُقُ مَنْ تَشَاءُ بِغَيْرِ
حِسَابٍ (27)}
.
"Katakanlah, 'Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan
kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang
yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan
Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki, di TanganMu-lah segala
kebaikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu. Engkau
masukkan malam ke dalam siang, dan Engkau masukkan siang ke dalam malam.
Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati
dari yang hidup. Dan Engkau beri rizki siapa yang Engkau kehendaki tanpa
hisab
(batas)."
(Ali Imran: 26-27).
#
{26 ـ 27} يأمر تعالى نبيه - صلى الله عليه
وسلم - أصلاً وغيره تبعاً أن يقول عن ربه معلناً بتفرده بتصريف الأمور،
وتدبير العالم العلوي والسفلي، واستحقاقه باختصاصه بالملك المطلق والتصريف
المحكم، وأنه يؤتي الملك من يشاء، وينزع الملك ممن يشاء، ويعز من يشاء ويذل
من يشاء، فليس الأمر بأماني أهل الكتاب ولا غيرهم، بل الأمر أمر الله،
والتدبير له، فليس له معارض في تدبيره،
ولا معاون في تقديره وأنه كما أنه المتصرف بمداولة الأيام بين الناس فهو
المتصرف بنفس الزمان:
يولج النهار في الليل ويولج الليل في النهار؛ أي:
يدخل هذا على هذا ويحل هذا محل هذا ويزيد في هذا ما ينقص من هذا ليقيم بذلك
مصالح خلقه، ويخرج الحي من الميت كما يخرج الزروع والأشجار المتنوعة من
بذورها والمؤمن من الكافر والميت من الحي، كما يخرج الحبوب والنوى والزروع
والأشجار والبيضة من الطائر، فهو الذي يخرج المتضادات بعضها من بعض، وقد
انقادت له جميع العناصر. وقوله:
{بيدك الخير}؛ أي:
الخير كله منك ولا يأتي بالحسنات والخيرات إلا الله، وأما الشر فإنه لا
يضاف إلى الله تعالى لا وصفاً ولا اسماً ولا فعلاً، ولكنه يدخل في مفعولاته
ويندرج في قضائه وقدره، فالخير والشر كله داخل في القضاء والقدر فلا يقع في
ملكه إلا ما شاءه، ولكن الشرَّ لا يضاف إلى الله، فلا يقال بيدك الخير
والشر، بل يقال بيدك الخير كما قاله الله وقاله رسوله،
وأما استدراك بعض المفسرين حيث قال:
وكذلك الشر بيد الله فإنه وهم محض، ملحظهم حيث ظنوا أن تخصيص الخير بالذكر
ينافي قضاءه وقدره العام، وجوابه ما فصلناه.
وقوله:
{وترزق من تشاء بغير حساب}؛
وقد ذكر الله في غير هذه الآية الأسباب التي ينال بها رزقه كقوله:
{ومن يتق الله يجعل له مخرجاً ويرزقه من حيث لا يحتسب}؛ {ومن يتوكل على الله فهو حسبه}؛ فعلى
العباد أن لا يطلبوا الرزق إلا من الله، ويسعوا فيه بالأسباب التي يسرها
الله وأباحها.
(26-27) Pada dasarnya Allah تعالى memerintahkan
kepada NabiNya ﷺ dan orang lain yang mengikuti
(beliau) agar menyam-paikan dari Tuhannya secara
tegas akan keesaanNya dalam me-ngatur segala perkara, mengontrol seluruh
alam, baik langit maupun bumi, dan juga tentang hakNya untuk dikhususkan
dengan kekua-saan yang mutlak dan pengaturan yang bijaksana, dan
bahwasanya Dia memberikan kekuasaan kepada siapa yang Dia kehendaki, dan
mencabut kekuasaan itu dari siapa yang Dia kehendaki, Dia memuliakan siapa
yang dikehendakiNya dan menghinakan siapa yang dikehendakiNya. Dan itu
tidak berdasarkan angan-angan ahli Kitab atau selain mereka, namun perkara
itu semuanya adalah di Tangan Allah, dan pengaturan berada di bawah
kekuasaanNya. Maka tidak ada yang dapat menolaknya dalam pengaturanNya
tersebut, tidak pula ada penolong untukNya dalam ketetapan tak-dirNya. Dan
bahwasanya sebagaimana Dia adalah Pengatur per-putaran hari
(kemenangan) di antara manusia, Dia pun Pengatur
akan masa itu sendiri, di mana Dia memasukkan siang ke dalam malam dan
memasukkan malam ke dalam siang. Artinya Allah memasukkan yang ini ke
dalam yang itu dan yang ini menempati posisi yang itu, Dia menambah yang
ini apa yang kurang dari yang itu agar dengan hal itu semua tegaklah
kemaslahatan makhluk-makhlukNya. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang
mati seba-gaimana Dia mengeluarkan tumbuh-tumbuhan, pepohonan yang
bermacam-macam dari biji-biji benih, orang Mukmin dari orang kafir, orang
hidup dari yang mati, sebagaimana juga Allah menge-luarkan biji-bijian,
benih, tanaman, pepohonan dan telur dari bu-rung. Dia-lah yang
mengeluarkan segala bentuk benda-benda yang berlawanan sebagiannya dari
sebagian yang lain, dan sesungguh-nya seluruh unsur-unsur yang ada di alam
ini patuh terhadapNya. Dan FirmanNya, ﴾ بِيَدِكَ ٱلۡخَيۡرُۖ
﴿ "Di TanganMu-lah segala kebaikan," artinya segala kebajikan itu
berasal dariMu dan tidaklah ada yang mendatangkan kebaikan dan karunia
kecuali Allah. Sedangkan keburukan tidaklah dinisbatkan kepada Allah
تعالى, baik secara sifat maupun nama dan tidak pula perbuatan, akan
tetapi termasuk dalam tindakan-tindakan makhlukNya dan di bawah
ketetapan dan takdirNya. Kebaikan dan keburukan termasuk dalam Qadha`
dan Qadar. Dan tidak ada sesuatu pun yang terjadi di dalam kerajaan-Nya
kecuali yang Dia kehendaki. Akan tetapi hal yang buruk itu tidaklah
dinisbatkan kepada Allah, maka tidaklah dikatakan, "di TanganMu-lah
segala kebaikan dan keburukan," namun seharus-nya dikatakan, di
TanganMu-lah segala kebaikan sebagaimana yang telah dikatakan oleh Allah
dan oleh RasulNya. Adapun kesimpulan temuan yang dikatakan oleh sebagian
ahli tafsir, di mana mereka berkata, "Demikian pula keburukan, berada di
TanganNya," maka itu adalah sebuah kesalahan yang murni. Pandangan
mereka di-dasari oleh karena mereka mengira bahwa pengkhususan kebaikan
dalam penyebutan itu meniadakan Qadha` dan QadarNya yang umum. Dan
bantahan terhadap pandangan ini, adalah apa yang telah kami jelaskan
secara rinci. Dan FirmanNya, ﴾
وَتَرۡزُقُ مَن تَشَآءُ بِغَيۡرِ حِسَابٖ
﴿ "Dan Engkau beri rizki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab
(batas)." Allah تعالى telah me-nyebutkan pada
ayat yang lain sebab-sebab yang mengakibatkan datangnya rizki Allah,
seperti FirmanNya, ﴾
وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجۡعَل لَّهُۥ مَخۡرَجٗا 2 وَيَرۡزُقۡهُ مِنۡ حَيۡثُ
لَا يَحۡتَسِبُۚ
﴿ "Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan
baginya jalan keluar, dan memberinya rizki dari arah yang tiada
disangka-sangkanya."
(Ath-Thalaq: 2-3),
﴾
وَمَن يَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسۡبُهُۥٓۚ ﴿ "Dan barangsiapa yang
bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya."
(Ath-Thalaq: 3). Karena
itu wajib atas manusia agar tidak memohon rizki kecuali dari Allah, lalu
mereka berusaha meraihnya dengan mela-kukan sebab-sebabnya yang telah
dimudahkan oleh Allah dan dibolehkanNya.
{لَا يَتَّخِذِ الْمُؤْمِنُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ
الْمُؤْمِنِينَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَلَيْسَ مِنَ اللَّهِ فِي شَيْءٍ
إِلَّا أَنْ تَتَّقُوا مِنْهُمْ تُقَاةً وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ
نَفْسَهُ وَإِلَى اللَّهِ الْمَصِيرُ
(28)}
.
"Janganlah orang-orang Mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali
dengan meninggalkan orang-orang Mukmin. Barangsiapa berbuat demikian,
niscaya lepaslah ia dari perto-longan Allah, kecuali karena
(siasat) memelihara diri dari sesuatu yang
ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu ter-hadap diri
(siksa)Nya. Dan hanya kepada Allah-lah
kembali
(mu)."
(Ali Imran: 28).
#
{28} هذا نهي من الله وتحذير للمؤمنين أن
يتخذوا الكافرين أولياء من دون المؤمنين، فإن المؤمنين بعضهم أولياء بعض،
والله وليهم {ومن يفعل ذلك}؛ التولي،
{فليس من الله في شيء}؛
أي:
فهو بريء من الله، والله بريء منه كقوله تعالى:
{ومن يتولهم منكم فإنه منهم}؛
وقوله:
{إلا أن تتقوا منهم تقاة}؛
أي:
إلا أن تخافوا على أنفسكم في إبداء العداوة للكافرين فلكم في هذه الحال
الرخصة في المسالمة والمهادنة لا في التولي الذي هو محبة القلب الذي تتبعه
النصرة،
{ويحذركم الله نفسه}؛
أي:
فخافوه واخشوه وقدموا خشيته على خشية الناس فإنه هو الذي يتولى شؤون
العباد، وقد أخذ بنواصيهم وإليه يرجعون وسيصيرون إليه، فيجازي من قدم خوفه
ورجاءه على غيره بالثواب الجزيل، ويعاقب الكافرين ومن تولاهم بالعذاب
الوبيل.
(28) Ini adalah larangan Allah dan peringatan bagi
kaum Mukminin agar tidak menjadikan orang-orang kafir sebagai wali-wali
(pemimpin-pemimpin) mereka selain kaum Mukminin.
Karena kaum Mukminin itu sebagian mereka adalah wali bagi sebagian
lainnya. Dan Allah adalah wali bagi mereka. ﴾ وَمَن يَفۡعَلۡ ذَٰلِكَ
﴿ "Barang-siapa berbuat demikian", yakni menjadikan orang-orang kafir
sebagai pemimpin (pelindung dan penolong),
﴾
فَلَيۡسَ مِنَ ٱللَّهِ فِي شَيۡءٍ
﴿ "niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah," artinya, niscaya ia
terlepas dari Allah dan Allah juga berlepas diri
(bara`) darinya, sebagaimana Firman Allah تعالى,
﴾
وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمۡ فَإِنَّهُۥ مِنۡهُمۡۗ
﴿ "Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka
sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka."
(Al-Ma`idah: 51). Dan
Firman Allah, ﴾
إِلَّآ أَن تَتَّقُواْ مِنۡهُمۡ تُقَىٰةٗۗ
﴿ "Kecuali karena (siasat) memelihara diri dari
sesuatu yang ditakuti dari mereka," yakni, kecuali bila kalian khawatir
akan diri kalian dalam memulai permusuhan terhadap kaum kafir, maka
kalian mendapatkan keringanan, dalam kondisi seperti itu, untuk
mengadakan perjanjian dan perdamaian, bukan dalam kapasitas memberi
loyalitas (wala`) yang merupakan bentuk
kecintaan hati lalu diikuti oleh pembelaan. ﴾
وَيُحَذِّرُكُمُ ٱللَّهُ نَفۡسَهُۥۗ ﴿ "Dan Allah memperingatkan kamu
terhadap Diri
(siksa)Nya." Maksudnya, takutlah
kalian dariNya, khawatirlah terhadapNya, dan dahulukanlah rasa takut
kepadaNya itu dari rasa takut kalian terhadap manusia, karena Dia-lah yang
mengurus segala urusan manusia, dan Dia-lah yang mengendalikan
(mengua-sai) diri mereka, dan kepadaNya-lah mereka
akan kembali dan pulang. Kemudian Dia akan membalas orang-orang yang
menda-hulukan rasa takutnya terhadapNya dan rasa harapnya kepadaNya atas
selainNya dengan pahala yang melimpah, dan menyiksa orang-orang kafir dan
orang-orang yang menjadikan mereka pemimpin dengan siksaan yang
menghinakan.
{قُلْ إِنْ تُخْفُوا مَا فِي صُدُورِكُمْ أَوْ تُبْدُوهُ يَعْلَمْهُ
اللَّهُ وَيَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَاللَّهُ
عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (29) يَوْمَ تَجِدُ
كُلُّ نَفْسٍ مَا عَمِلَتْ مِنْ خَيْرٍ مُحْضَرًا وَمَا عَمِلَتْ مِنْ
سُوءٍ تَوَدُّ لَوْ أَنَّ بَيْنَهَا وَبَيْنَهُ أَمَدًا بَعِيدًا
وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ نَفْسَهُ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ
(30)}
.
"Katakanlah, 'Jika kamu menyembunyikan sesuatu yang ada dalam hatimu atau
kamu menampakkannya, pasti Allah menge-tahuinya.' Allah mengetahui apa-apa
yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi. Dan Allah Mahakuasa atas
segala sesuatu. Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan
diha-dapkan
(di mukanya), begitu
(juga) kejahatan yang telah dikerja-kannya; ia
ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh; dan
Allah memperingatkan kamu terhadap siksaNya. Dan Allah sangat Penyayang
kepada hamba-hambaNya."
(Ali Imran: 29-30).
#
{29 ـ 30} يخبر تعالى بإحاطة علمه بما في
الصدور سواء أخفاه العباد أو أبدوه، كما أن علمه محيط بكل شيء في السماء
والأرض فلا تخفى عليه خافية، ومع إحاطة علمه فهو العظيم القدير على كل شيء
الذي لا يمتنع عن إرادته موجود. ولما ذكر لهم من عظمته وسعة أوصافه ما يوجب
للعباد أن يراقبوه في كل أحوالهم، ذكر لهم أيضاً داعياً آخر إلى مراقبته
وتقواه وهو أنهم كلهم صائرون إليه وأعمالهم حينئذ من خير وشر محضرة، فحينئذ
يغتبط أهل الخير بما قدموه لأنفسهم، ويتحسر أهل الشر إذا وجدوا ما عملوه
محضراً، ويودون أن بينهم وبينه أمداً بعيداً. فإذا عرف العبد أنه ساعٍ إلى
ربه وكادحٌ في هذه الحياة، وأنه لا بد أن يلاقي ربه ويلاقي سعيه أوجب له
أخذ الحذر والتوقي من الأعمال التي توجب الفضيحة والعقوبة، والاستعداد
بالأعمال الصالحة التي توجب السعادة والمثوبة،
ولهذا قال تعالى:
{ويحذركم الله نفسه}؛ وذلك بما يبدي لكم من
أوصاف عظمته وكمال عدله وشدَّة نكاله، ومع شدَّة عقابه فإنه رءوف رحيم، ومن
رأفته ورحمته أنه خوَّف العباد، وزجرهم عن الغيِّ والفساد،
كما قال تعالى لما ذكر العقوبات:
{ذلك يخوِّف الله به عباده، يا عباد فاتقون}؛
فرأفته ورحمته سهلت لهم الطرق التي ينالون بها الخيرات، ورأفته ورحمته
حذرتهم من الطرق التي تفضي بهم إلى المكروهات. فنسأله تعالى أن يتمم علينا
إحسانه بسلوك الصراط المستقيم والسلامة من الطرق التي تفضي بسالكها إلى
الجحيم.
(29-30) Allah تعالى memberitakan tentang ilmuNya
yang meliputi apa yang ada dalam dada, baik yang disembunyikan oleh
manusia atau yang ditampakkannya. Sebagaimana ilmuNya itu meliputi segala
yang di langit dan di bumi, dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi
dariNya. Di samping ilmuNya yang meli-puti segala hal itu Dia juga
Mahaagung lagi Mahakuasa atas segala sesuatu yang tidak ada suatu apa pun
yang ada
(di alam ini) dapat menolak kehendakNya.
Dan setelah Allah menyebutkan tentang keagunganNya dan luasnya
sifat-sifatNya yang mengharuskan manusia agar merasa diawasi olehNya dalam
segala keadaan me-reka, Allah menyebutkan juga bagi mereka pendorong lain
untuk merasakan pengawasan Allah atasnya dan rasa takut kepadaNya, yaitu
bahwa mereka semua akan kembali kepadaNya dan amal perbuatan mereka saat
itu dari yang baik maupun yang buruk akan dihadirkan. Di saat itu kaum
Mukminin merasa kurang terhadap apa yang telah mereka lakukan bagi diri
mereka berupa kebajikan, sedang orang-orang kafir akan menyesal ketika
perbuatan-perbuat-an mereka dihadirkan, dan mereka berharap agar antara
mereka dengan hari itu masih panjang jaraknya. Maka apabila seorang hamba
mengetahui bahwasanya ia ber-jalan menuju Rabbnya dan berjuang di dunia
ini, dan bahwasanya pastilah ia akan menjumpai Rabbnya dan melihat
usahanya, niscaya hal itu mengharuskan dirinya mengambil sikap hati-hati
dan was-pada dari perbuatan-perbuatan yang mengharuskannya diperma-lukan
dan disiksa, dan bersiap-siap dengan amal-amal shalih yang mendatangkan
kebahagiaan dan pahala. Itulah sebabnya Allah تعالى berfirman, ﴾
وَيُحَذِّرُكُمُ ٱللَّهُ نَفۡسَهُۥۗ
﴿ "Dan Allah memperingatkan kamu ter-hadap Diri
(siksa)Nya," yang demikian itu dengan Allah
memper-lihatkan buat kalian sifat-sifat keagunganNya, kesempurnaan
ke-adilanNya, dan kerasnya siksaanNya. Dan di samping pedihnya
hukumanNya, Allah juga Maha Penyantun lagi Maha Penyayang. Dan di antara
santun dan kasih sayangNya adalah bahwa Dia me-nakut-nakuti
hamba-hambaNya dan mengingatkan mereka dari kezhaliman dan pengrusakan,
sebagaimana Allah تعالى berfirman ketika menyebutkan hukumanNya, ﴾
ذَٰلِكَ يُخَوِّفُ ٱللَّهُ بِهِۦ عِبَادَهُۥۚ يَٰعِبَادِ فَٱتَّقُونِ 16 ﴿
"Demikianlah Allah mempertakuti hamba-hambaNya dengan azab itu. Maka
bertakwalah kepadaKu hai hamba-hambaKu."
(Az-Zumar: 16). Belas
kasih dan sayang Allah telah memudahkan bagi mereka jalan-jalan memperoleh
kebaikan-kebaikan, dan kasih sayangNya telah menghindarkan mereka dari
jalan-jalan yang menjerumuskan mereka ke dalam hal-hal yang tidak disukai.
Karena itu, kita memohon kepada Allah agar menyempurna-kan kebaikanNya
atas kita dengan menempuh jalan yang lurus, dan keselamatan dari
jalan-jalan yang menghantarkan orang yang menempuhnya kepada Neraka Jahim.
{قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ
اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
(31) قُلْ أَطِيعُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ
فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْكَافِرِينَ
(32)}
.
"Katakanlah, 'Jika kamu
(benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah aku,
niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa-mu.' Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang. Katakanlah, 'Taatilah Allah dan RasulNya; jika kamu
berpaling, maka sesung-guhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir'."
(Ali Imran: 31-32).
#
{31 ـ 32} هذه الآية هي الميزان التي يُعرَف
بها من أحب الله حقيقة ومن ادعى ذلك دعوى مجردة؛ فعلامة محبة الله اتباع
محمد - صلى الله عليه وسلم - الذي جعل متابعته وجميع ما يدعو إليه طريقاً
إلى محبته ورضوانه فلا تُنال محبة الله ورضوانه وثوابه إلا بتصديق ما جاء
به الرسول من الكتاب والسنة وامتثال أمرهما واجتناب نهيهما، فمن فعل ذلك
أحبه الله وجازاه جزاء المحبين، وغفر له ذنوبه وستر عليه عيوبه،
فكأنه قيل:
ومع ذلك فما حقيقة اتباع الرسول وصفتها؟
فأجاب بقوله:
{قل أطيعوا الله والرسول}؛ بامتثال الأمر
واجتناب النهي وتصديق الخبر {فإن تولوا}؛ عن
ذلك؛ فهذا هو الكفر والله {لا يحب الكافرين}.
(31-32) Ayat ini merupakan patokan di mana
dengannya kita dapat membedakan orang yang mencintai Allah dengan
sebe-nar-benarnya dengan orang yang hanya sekedar mengaku-aku semata.
Tanda-tanda kecintaan kepada Allah adalah mengikuti Rasulullah, Muhammad
ﷺ, di mana Allah menjadikan tindakan mencontohi Rasulullah ﷺ dan mengikuti
segala yang diserukan beliau sebagai jalan kepada kecintaan kepadaNya dan
keridhaan-Nya. Oleh karena itu, tidaklah akan diperoleh kecintaan Allah
dan keridhaanNya serta pahalaNya kecuali dengan membenarkan apa yang
dibawa oleh Muhammad ﷺ berupa al-Qur`an dan as-Sunnah, dan menaati
perintah keduanya dan menjauhi larangan keduanya. Maka barangsiapa yang
melakukan hal itu, niscaya Allah akan mencintainya lalu membalasnya dengan
balasan orang-orang yang dicintai, mengampuni dosa-dosanya dan menutupi
aib-aibnya. Kemudian seolah-olah dikatakan, "Dan bersama itu semua, maka
apakah sebenarnya hakikat mengikuti Rasul dan tata caranya?" Maka Allah
menjawabnya dengan FirmanNya, ﴾ قُلۡ أَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَۖ
﴿ "Katakanlah,'Taatilah Allah dan RasulNya'," yaitu dengan menaati
perintah dan menjauhi larangan serta mempercayai kabar berita. ﴾
فَإِن تَوَلَّوۡاْ
﴿ "Jika kamu berpaling" dari hal itu, maka inilah kekufuran, dan Allah
﴾
لَا يُحِبُّ ٱلۡكَٰفِرِينَ ﴿ "tidak menyukai orang-orang kafir."
{إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى آدَمَ وَنُوحًا وَآلَ إِبْرَاهِيمَ وَآلَ
عِمْرَانَ عَلَى الْعَالَمِينَ (33) ذُرِّيَّةً
بَعْضُهَا مِنْ بَعْضٍ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
(34) إِذْ قَالَتِ امْرَأَتُ عِمْرَانَ رَبِّ
إِنِّي نَذَرْتُ لَكَ مَا فِي بَطْنِي مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّي
إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
(35) فَلَمَّا وَضَعَتْهَا قَالَتْ رَبِّ إِنِّي
وَضَعْتُهَا أُنْثَى وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا وَضَعَتْ وَلَيْسَ
الذَّكَرُ كَالْأُنْثَى وَإِنِّي سَمَّيْتُهَا مَرْيَمَ وَإِنِّي
أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ {(36)
فَتَقَبَّلَهَا رَبُّهَا بِقَبُولٍ حَسَنٍ وَأَنْبَتَهَا نَبَاتًا
حَسَنًا وَكَفَّلَهَا زَكَرِيَّا كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيْهَا زَكَرِيَّا
الْمِحْرَابَ وَجَدَ عِنْدَهَا رِزْقًا قَالَ يَامَرْيَمُ أَنَّى لَكِ
هَذَا قَالَتْ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَرْزُقُ مَنْ
يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
(37) هُنَالِكَ دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّهُ قَالَ
رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ
الدُّعَاءِ (38) فَنَادَتْهُ الْمَلَائِكَةُ
وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي فِي الْمِحْرَابِ أَنَّ اللَّهَ يُبَشِّرُكَ
بِيَحْيَى مُصَدِّقًا بِكَلِمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَسَيِّدًا وَحَصُورًا
وَنَبِيًّا مِنَ الصَّالِحِينَ (39) قَالَ رَبِّ
أَنَّى يَكُونُ لِي غُلَامٌ وَقَدْ بَلَغَنِيَ الْكِبَرُ وَامْرَأَتِي
عَاقِرٌ قَالَ كَذَلِكَ اللَّهُ يَفْعَلُ مَا يَشَاءُ
(40) قَالَ رَبِّ اجْعَلْ لِي آيَةً قَالَ
آيَتُكَ أَلَّا تُكَلِّمَ النَّاسَ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ إِلَّا رَمْزًا
وَاذْكُرْ رَبَّكَ كَثِيرًا وَسَبِّحْ بِالْعَشِيِّ وَالْإِبْكَارِ
(41) وَإِذْ قَالَتِ الْمَلَائِكَةُ يَامَرْيَمُ
إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاكِ وَطَهَّرَكِ وَاصْطَفَاكِ عَلَى نِسَاءِ
الْعَالَمِينَ (42) يَامَرْيَمُ اقْنُتِي
لِرَبِّكِ وَاسْجُدِي وَارْكَعِي مَعَ الرَّاكِعِينَ
(43) ذَلِكَ مِنْ أَنْبَاءِ الْغَيْبِ نُوحِيهِ
إِلَيْكَ وَمَا كُنْتَ لَدَيْهِمْ إِذْ يُلْقُونَ أَقْلَامَهُمْ
أَيُّهُمْ يَكْفُلُ مَرْيَمَ وَمَا كُنْتَ لَدَيْهِمْ إِذْ يَخْتَصِمُونَ
(44) إِذْ قَالَتِ الْمَلَائِكَةُ يَامَرْيَمُ
إِنَّ اللَّهَ يُبَشِّرُكِ بِكَلِمَةٍ مِنْهُ اسْمُهُ الْمَسِيحُ عِيسَى
ابْنُ مَرْيَمَ وَجِيهًا فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَمِنَ
الْمُقَرَّبِينَ (45) وَيُكَلِّمُ النَّاسَ فِي
الْمَهْدِ وَكَهْلًا وَمِنَ الصَّالِحِينَ
(46) قَالَتْ رَبِّ أَنَّى يَكُونُ لِي وَلَدٌ
وَلَمْ يَمْسَسْنِي بَشَرٌ قَالَ كَذَلِكِ اللَّهُ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ
إِذَا قَضَى أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
(47) وَيُعَلِّمُهُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ
وَالتَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ (48) وَرَسُولًا
إِلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ أَنِّي قَدْ جِئْتُكُمْ بِآيَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ
أَنِّي أَخْلُقُ لَكُمْ مِنَ الطِّينِ كَهَيْئَةِ الطَّيْرِ فَأَنْفُخُ
فِيهِ فَيَكُونُ طَيْرًا بِإِذْنِ اللَّهِ وَأُبْرِئُ الْأَكْمَهَ
وَالْأَبْرَصَ وَأُحْيِ الْمَوْتَى بِإِذْنِ اللَّهِ وَأُنَبِّئُكُمْ
بِمَا تَأْكُلُونَ وَمَا تَدَّخِرُونَ فِي بُيُوتِكُمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ
لَآيَةً لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
(49) وَمُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ
التَّوْرَاةِ وَلِأُحِلَّ لَكُمْ بَعْضَ الَّذِي حُرِّمَ عَلَيْكُمْ
وَجِئْتُكُمْ بِآيَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ
(50) إِنَّ اللَّهَ رَبِّي وَرَبُّكُمْ
فَاعْبُدُوهُ هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ
(51) فَلَمَّا أَحَسَّ عِيسَى مِنْهُمُ
الْكُفْرَ قَالَ مَنْ أَنْصَارِي إِلَى اللَّهِ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ
نَحْنُ أَنْصَارُ اللَّهِ آمَنَّا بِاللَّهِ وَاشْهَدْ بِأَنَّا
مُسْلِمُونَ (52) رَبَّنَا آمَنَّا بِمَا
أَنْزَلْتَ وَاتَّبَعْنَا الرَّسُولَ فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ
(53) وَمَكَرُوا وَمَكَرَ اللَّهُ وَاللَّهُ
خَيْرُ الْمَاكِرِينَ (54) إِذْ قَالَ اللَّهُ
يَاعِيسَى إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ
الَّذِينَ كَفَرُوا وَجَاعِلُ الَّذِينَ اتَّبَعُوكَ فَوْقَ الَّذِينَ
كَفَرُوا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ
فَأَحْكُمُ بَيْنَكُمْ فِيمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ
(55)}
.
"Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga
'Imran melebihi segala umat
(di masa mereka masing-masing),
(sebagai) satu keturunan yang sebagiannya
(ke-turunan) dari yang lain. Dan Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.
(Ingatlah), ketika
istri 'Imran berkata, 'Ya Rabbku, sesungguhnya aku menadzarkan kepadaMu
anak yang dalam kan-dunganku menjadi hamba yang shalih dan berkhidmat
(di Baitul Maqdis), karena itu terimalah
(nadzar) itu dariku. Sesungguhnya Engkau-lah Yang
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.' Maka tatkala istri 'Imran melahirkan
anaknya, dia pun berkata, 'Ya Rabbku, sesungguhnya aku melahirkannya
seorang anak perem-puan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya
itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku
telah menamai dia Maryam, dan aku mohon perlindungan untuknya serta
anak-anak keturunannya kepada
(pemeliharaan)-Mu
dari setan yang terkutuk.' Maka Rabbnya menerimanya
(se-bagai nadzar) dengan penerimaan yang baik, dan
mendidiknya dengan pendidikan yang baik, dan Allah menjadikan Zakaria
seba-gai pemeliharanya. Setiap Zakaria masuk untuk menemui Maryam di
mihrab, maka ia mendapati makanan di sisinya. Zakaria ber-kata, 'Hai
Maryam, dari mana kamu memperoleh
(makanan) ini?'
Maryam menjawab, 'Makanan itu dari sisi Allah.' Sesungguhnya Allah memberi
rizki kepada siapa yang dikehendakiNya tanpa hisab. Di sanalah Zakaria
berdoa kepada Rabbnya seraya ber-kata, 'Ya Rabbku, berilah aku dari sisiMu
seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa.' Kemudian
Malaikat
(Jibril) memanggil Zakaria, sedang ia
tengah berdiri melakukan shalat di mihrab,
(katanya), 'Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu
dengan kelahiran
(seorang putramu) Yahya, yang
membenar-kan kalimat
(yang datang) dari Allah,
menjadi ikutan, menahan diri
(dari hawa nafsu) dan
seorang Nabi yang termasuk keturunan orang-orang shalih.' Zakaria berkata,
'Ya Rabbku, bagaimana aku bisa mendapat anak sedang aku telah sangat tua
dan istriku pun seorang yang mandul.' Allah berfirman, 'Demikianlah, Allah
berbuat apa yang dikehendakiNya.' Berkata Zakaria, 'Berilah aku suatu
tanda
(bahwa istriku telah mengandung).' Allah
berfirman, 'Tandanya bagimu, kamu tidak dapat berkata-kata dengan manu-sia
selama tiga hari, kecuali dengan isyarat. Dan sebutlah
(nama) Rabbmu sebanyak-banyaknya serta
bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari.' Dan
(ingatlah) ketika Malaikat
(Jibril) berkata, 'Hai Maryam, sesungguhnya Allah
telah memilih kamu, menyucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita
di dunia
(yang semasa dengan kamu). Hai Maryam,
taatlah kepada Rabbmu, sujud dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk.'
Yang demikian itu adalah sebagian dari berita-berita ghaib yang Kami
wahyukan kepada kamu
(ya Muhammad); padahal kamu
tidak hadir beserta mereka, ketika mereka melemparkan anak-anak panah
mereka
(untuk mengundi) siapa di antara mereka
yang akan memelihara Maryam. Dan kamu tidak hadir di sisi mereka ketika
mereka bersengketa.
(Ingatlah), ketika Malaikat
berkata, 'Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu
(dengan kelahiran seorang putra yang diciptakan)
dengan kalimat
(yang datang) dari padaNya, namanya
al-Masih, Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan
termasuk orang-orang yang didekatkan
(kepada Allah), dan dia berbicara dengan manusia
dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan dia termasuk di antara
orang-orang yang shalih.' Maryam berkata, 'Ya Rabbku, bagaimana mungkin
aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang
laki-laki pun.' Allah berfirman
(de-ngan perantaraan Jibril), 'Demikianlah Allah
menciptakan apa yang dikehendakiNya. Apabila Allah berkehendak menetapkan
sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya, 'Jadilah,' maka jadilah
dia. Dan Allah akan mengajarkan kepadanya al-Kitab, Hikmah, Taurat, dan
Injil. Dan
(sebagai) Rasul kepada Bani Israil
(yang berkata kepada mereka), 'Sesungguhnya aku
telah datang kepadamu dengan membawa suatu tanda
(mukjizat) dari Rabbmu, yaitu aku membuat untuk
kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi
seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta
sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan
orang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu
makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian
itu adalah suatu tanda
(kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu
sungguh-sung-guh beriman. Dan
(aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang
datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah
diharamkan untukmu, dan aku datang kepadamu de-ngan membawa suatu tanda
(mukjizat) dari Rabbmu. Karena itu bertakwalah
kepada Allah dan taatlah kepadaku. Sesungguhnya Allah, Rabbku dan Rabbmu,
karena itu sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus.' Maka tatkala Isa
mengetahui keingkaran mereka
(Bani Israil) berkatalah dia, 'Siapakah yang akan
menjadi peno-long-penolongku untuk
(menegakkan agama) Allah.' Para hawa-riyyin
(sahabat-sahabat setia) menjawab, 'Kamilah
penolong-penolong
(agama) Allah. Kami beriman
kepada Allah; dan saksi-kanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang
yang ber-serah diri. Ya Rabb kami, kami telah beriman kepada apa yang
telah Engkau turunkan dan telah kami ikuti rasul, karena itu masukkanlah
kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi
(tentang keesaan Allah).' Orang-orang kafir itu
membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah
sebaik-baik pembalas tipu daya.
(Ingatlah), ketika
Allah berfirman, 'Hai 'Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada
akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepadaKu serta membersih-kan kamu dari
orang-orang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas
orang-orang yang kafir hingga Hari Kiamat. Kemudian hanya kepada Aku-lah
kembalimu, lalu Aku memutuskan di antaramu tentang hal-hal yang selalu
kamu ber-selisih padanya'."
(Ali Imran: 33-55).
#
{33 ـ 55} لله تعالى من عباده أصفياء يصطفيهم
ويختارهم ويمن عليهم بالفضائل العالية والنعوت السامية والعلوم النافعة
والأعمال الصالحة والخصائص المتنوعة، فذكر هذه البيوت الكبار وما احتوت
عليه من كُمَّل الرجال الذين حازوا أوصاف الكمال، وأن الفضل والخير تسلسل
في ذراريهم، وشمل ذكورهم ونساءهم وهذا من أجل مننه وأفضل مواقع جوده وكرمه
{والله سميع عليم}؛ يعلم من يستحق الفضل
والتفضيل فيضع فضله حيث اقتضت حكمته. فلما قرر عظمة هذه البيوت ذكر قصة
مريم وابنها عيسى - صلى الله عليه وسلم - وكيف تسلسلا من هذه البيوت
الفاضلة، وكيف تنقلت بهما الأحوال من ابتداء أمرهما إلى آخره، وأن امرأة
عمران قالت متضرعة إلى ربها متقربة إليه بهذه القربة التي يحبها،
التي فيها تعظيم بيته وملازمة طاعته:
{إني نذرت لك ما في بطني محرراً}؛ أي خادماً
لبيت العبادة المشحون بالمتعبدين
{فتقبل مني}؛ هذا العمل أي اجعله مؤسساً على
الإيمان والإخلاص مثمراً للخير والثواب
{إنك أنت السميع العليم. فلما وضعتها قالت رب إني وضعتها أنثى والله
أعلم بما وضعت وليس الذكر كالأنثى}؛ كأن في هذا الكلام نوع تضرع منها وانكسار نفس حيث كان نذرها بناءً على
أنه يكون ذكراً يحصل منه من القوة والخدمة والقيام بذلك ما يحصل من أهل
القوة، والأنثى بخلاف ذلك، فجبر الله قلبها وتقبل الله نذرها، وصارت هذه
الأنثى أكمل وأتم من كثير من الذكور، بل من أكثرهم، وحصل بها من المقاصد
أعظم مما يحصل بالذكر، ولهذا قال:
{فتقبلها ربها بقبول حسن وأنبتها نباتاً حسناً}؛ أي: ربيت تربية عجيبة دينية أخلاقية أدبية،
كملت بها أحوالها، وصلحت بها أقوالها وأفعالها، ونما فيها كمالها، ويسر
الله لها زكريا كافلاً، وهذا من مِنَّةِ الله على العبد أن يجعل من يتولى
تربيته من الكاملين المصلحين. ثم إن الله تعالى أكرم مريم وزكريا حيث يسَّر
لمريم من الرزق الحاصل بلا كدٍّ ولا تعب، وإنما هو كرامة أكرمها الله به،
إذ {كلما دخل عليها زكريا المحراب}؛ وهو محل
العبادة وفيه إشارة إلى كثرة صلاتها وملازمتها لمحرابها
{وجد عندها رزقاً}؛
هنيئاً معدًّا قال:
{أنى لك هذا قالت هو من عند الله إن الله يرزقُ من يشاء بغير
حساب}؛ فلما رأى زكريا هذه الحال والبر واللطف من الله بها،
ذكَّرَه أن يسأل الله تعالى حصول الولد على حين اليأس منه فقال:
{رب هَب لي من لَدُنك ذرية طيبة إنك سميعُ الدُّعاء. فنادته الملائكة
وهو قائم يصلي في المحراب أنَّ الله يبشرك بيحيى مصدقاً بكلمة من
الله}؛ اسمه أي: الكلمة التي مِنَ الله عيسى بن مريم
فكانت بشارته بهذا النبي الكريم تتضمن البشارة بعيسى بن مريم والتصديق له
والشهادة له بالرسالة، فهذه الكلمة من الله كلمة شريفة اختص الله بها عيسى
بن مريم، وإلا فهي من جملة كلماته التي أوجد بها المخلوقات،
كما قال تعالى:
{إن مثل عيسى عند الله كمثل آدم خلقه من تراب ثم قال له كن فيكون}. وقوله:
{وسيداً وحصوراً}؛
أي:
هذا المبَشَّر به وهو يحيى سيد من فضلاء الرسل وكرامهم، والحصور قيل هو
الذي لا يولد له ولا شهوة له في النساء، وقيل هو الذي عصم وحفظ من الذنوب
والشهوات الضارة، وهذا أليق المعنيين،
{ونبياً من الصالحين}؛ الذين بلغوا في الصلاح
ذروته العالية،
{قال رب أنى يكون لي غلام وقد بلغني الكبر وامرأتي عاقر}؛ فهذان مانعان فمن أي طريق يا رب يحصل لي ذلك مع ما ينافي ذلك
{قال كذلك الله يفعل ما يشاء}؛ فإنه كما
اقتضت حكمته جريان الأمور بأسبابها المعروفة، فإنه قد يخرق ذلك لأنه
الفعَّالُ لما يريد، الذي قد انقادت الأسباب لقدرته، ونفذت فيها مشيئته
وإرادته فلا يتعاصى على قدرته شيء من الأسباب ولو بلغت في القوة ما بلغت
{قال رب اجعل لي آية}؛ ليحصل السرور
والاستبشار وإن كنت يا رب متيقناً ما أخبرتني به ولكن النفس تفرح، ويطمئن
القلب إلى مقدمات الرحمة واللطف،
{قال آيتك أن لا تكلم الناس ثلاثة أيام إلا رمزاً}؛ وفي هذه المدة
{اذكر ربك كثيراً وسبح بالعشي والإبكار}؛ أول
النهار وآخره، فمنع من الكلام في هذه المدة، فكان في هذا مناسبة لحصول
الولد من بين الشيخ الكبير والمرأة العاقر، وكونه لا يقدر على مخاطبة
الآدميين ولسانه منطلق بذكر الله وتسبيحه آية أخرى، فحينئذ حصل له الفرح
والاستبشار، وشكر الله، وأكثر من الذكر والتسبيح بالعشايا والإبكار. وكان
هذا المولود من بركات مريم بنت عمران على زكريا، فإن ما منَّ الله به عليها
من ذلك الرزق الهني الذي يحصل بغير حساب ذكَّره وهيَّجه على التضرع
والسؤال، والله تعالى هو المتفضل بالسبب والمسبب ولكنه يقدر أموراً محبوبة
على يد من يحبه ليرفع الله قدره ويُعْظِمَ أجره،
ثم عاد تعالى إلى ذكر مريم وأنها بلغت في العبادة والكمال مبلغاً عظيماً
فقال تعالى:
{وإذ قالت الملائكة يا مريم إن الله اصطفاك}؛ أي: اختارك ووهب لك من الصفات الجليلة والأخلاق
الجميلة {وطهرك}؛ من الأخلاق الرذيلة
{واصطفاك على نساء العالمين}؛ ولهذا قال -
صلى الله عليه وسلم -:
«كمل من الرجال كثير، ولم يكمل من النساء إلا مريم بنت عمران وآسية بنت
مزاحم وخديجة بنت خويلد، وفضل عائشة على النساء كفضل الثريد على سائر
الطعام»
، فنادتها الملائكة عن أمر الله لها بذلك لتغتبط بنعم الله وتشكر الله،
وتقوم بحقوقه، وتشتغل بخدمته، ولهذا قال الملائكة:
{يا مريم اقنتي لربك}؛
أي:
أكثري من الطاعة والخضوع والخشوع لربك وأديمي ذلك
{واركعي مع الراكعين}؛
أي:
صلي مع المصلين فقامت بكل ما أمرت به وبرزت وفاقت في كمالها. ولما كانت هذه
القصة وغيرها من أكبر الأدلة على رسالة محمد - صلى الله عليه وسلم - حيث
أخبر بها مفصلة محققة لا زيادة فيها ولا نقص،
وما ذاك إلا لأنه وحي من الله العزيز الحكيم لا بتعلم من الناس قال
تعالى:
{ذلك من أنباء الغيب نوحيه إليك، وما كنت لديهم إذ يلقون أقلامهم أيهم
يكفل مريم}؛ حيث جاءت بها أمها فاختصموا أيهم يكفلها لأنها بنت إمامهم ومقدمهم،
وكلهم يريد الخير والأجر من الله حتى وصلت بهم الخصومة إلى أن اقترعوا
عليها فألقوا أقلامهم مقترعين، فأصابت القرعة زكريا رحمة من الله به وبها
فأنت ـ يا أيها الرسول ـ لم تحضر تلك الحالة لتعرفها فتقصها على الناس،
وإنما الله نبأك بها، وهذا هو المقصود الأعظم من سياق القصص أنه يحصل بها
العبرة، وأعظم العبر والاستدلال بها على التوحيد والرسالة والبعث وغيرها من
الأصول الكبار
{إذ قالت الملائكة يا مريم إن الله يبشرك بكلمة منه اسمه المسيح عيسى
ابن مريم وجيهاً في الدنيا والآخرة ومن المقربين}؛ أي: له الوجاهة والجاه العظيم في الدنيا
والآخرة عند الخلق، ومع ذلك فهو عند الله من المقربين الذين هم أقرب
الخلائق إلى الله وأعلاهم درجة، وهذه بشارة لا يشبهها شيء من البشارات، ومن
تمام هذه البشارة أنه {يكلم الناس في المهد}؛
فيكون تكليمه آية من آيات الله ورحمة منه بأمه وبالخلق، وكذلك يكلمهم
{كهلاً}؛ أي: في حال
كهولته، وهذا تكليم النبوة والدعوة والإرشاد، فكلامه في المهد فيه آيات
وبراهين على صدقه ونبوته وبراءة أمِّه مما يظن بها من الظنون السيئة،
وكلامه في كهولته فيه نفعه العظيم للخلق وكونه واسطة بينهم وبين ربهم في
وحيه وتبليغ دينه وشرعه، ومع ذلك فهو
{من الصالحين}؛ الذين أصلح الله قلوبهم
بمعرفته وحبه، وألسنتهم بالثناء عليه وذكره وجوارحهم بطاعته وخدمته
{قالت رب أنى يكون لي ولد ولم يمسسني بشر}؛
وهذا هو من الأمور المستغربة
{قال كذلك الله يخلق ما يشاء}؛ ليعلم العباد
أنه على كل شيء قدير وأنه لا ممانع لإرادته
{إذا قضى أمراً فإنما يقول له كن فيكون. ويعلمه الكتاب}؛ أي: جنس الكتب السابقة والحكم بين الناس ويعطيه
النبوة ويجعله
{رسولاً إلى بني إسرائيل}؛
ويؤيده بالآيات البينات والأدلة القاهرة حيث قال:
{أني قد جئتكم بآية من ربكم}؛ تدلكم أني رسول
الله حقاً، وذلك
{أني أخلق لكم من الطين كهيئة الطير فأنفخ فيه فيكون طيراً بإذن الله
وأبرئ الأكمه}؛ وهو ممسوح العينين الذي فقد بصره وعيناه
{والأبرص وأحيي الموتى بإذن الله وأنبئكم بما تأكلون وما تدخرون في
بيوتكم، إن في ذلك}؛ المذكور
{لآية لكم إن كنتم مؤمنين. ومصدقاً لما بين يدي من التوراة}؛ فأيده الله بجنسين من الآيات والبراهين الخوارق المستغربة التي لا يمكن
لغير الأنبياء الإتيان بها، والرسالة والدعوة والدين الذي جاء به وأنه دين
التوراة ودين الأنبياء السابقين، وهذا أكبر الأدلة على صدق الصادقين، فإنه
لو كان من الكاذبين لخالف ما جاءت به الرسل ولناقضهم في أصولهم وفروعهم،
فعلم بذلك أنه رسول الله وأن ما جاء به حق لا ريب فيه،
وأيضاً فقوله:
{ولأحل لكم بعض الذي حرم عليكم}؛
أي:
ولأخفف عنكم بعض الآصار والأغلال
{فاتقوا الله وأطيعون. إن الله ربي وربكم فاعبدوه}؛ وهذا ما يدعو إليه جميع الرسل عبادة الله وحده لا شريك له وطاعتهم، وهذا
هو الصراط المستقيم الذي من سلكه أوصله إلى جنات النعيم. فحينئذ اختلفت
أحزاب بني إسرائيل في عيسى فمنهم من آمن به واتبعه ومنهم من كفر به وكذبه
ورمى أمه بالفاحشة كاليهود
{فلما أحس عيسى منهم الكفر}؛ والاتفاق على رد
دعوته {قال}؛
نادباً لبني إسرائيل على مؤازرته:
{من أنصاري إلى الله، قال الحواريون}؛
أي:
الأنصار:
{نحن أنصار الله آمنَّا بالله واشهد بأنا مسلمون}؛ وهذا من مِنَّةِ الله عليهم وعلى عيسى حيث ألهم هؤلاء الحواريين الإيمان
به والانقياد لطاعته والنصرة لرسوله
{ربنا آمنا بما أنزلت واتبعنا الرسول}؛ وهذا
التزام تام للإيمان بكل ما أنزل الله ولطاعة رسوله
{فاكتبنا مع الشاهدين}؛ لك بالوحدانية ولنبيك
بالرسالة ولدينك بالحق والصدق. وأما من أحسَّ عيسى منهم الكفرَ وهم جمهور
بني إسرائيل فإنهم {مكروا}؛ بعيسى
{ومكر الله}؛ بهم
{والله خير الماكرين}؛ فاتفقوا على قتله
وصلبه،
وشُبِّهَ لهم شَبَهُ عيسى فقبضوا على من شُبِّهَ لهم به وقال الله
لعيسى:
{إني متوفيك ورافعك إليَّ ومطهرك من الذين كفروا}؛ فرفعه الله إليه، وطهره من الذين كفروا، وصلبوا من قتلوه، ظانِّين أنه
عيسى، وباؤوا بالإثم العظيم. وسينزل عيسى بن مريم في آخر هذه الأمة حكماً
عدلاً يقتل الخنزير ويكسر الصليب ويتبع ما جاء به محمد - صلى الله عليه
وسلم -، ويعلم الكاذبون غرورَهم وخداعَهم وأنهم مغرورون مخدوعون.
وقوله:
{وجاعل الذين اتبعوك فوق الذين كفروا إلى يوم القيامة}؛ المراد بمن اتبعه الطائفة التي آمنت به ونصرهم الله على من انحرف عن
دينه، ثم لما جاءت أمة محمد - صلى الله عليه وسلم - كانوا هم أتباعه حقًّا
فأيدهم ونصرهم على الكفار كلهم، وأظهرهم بالدين الذي جاءهم به محمد - صلى
الله عليه وسلم -
{وعد الله الذين آمنوا منكم وعملوا الصالحات ليستخلفنهم في الأرض}؛ الآية. ولكن حكمة الله عادلة فإنها اقتضت أن من تمسك بالدين نصره النصر
المبين، وأن من ترك أمره ونهيه ونبذ شرعه وتجرأ على معاصيه أن يعاقبه ويسلط
عليه الأعداء. والله عزيز حكيم. وقوله:
{ثم إليَّ مرجعكم فأحكم بينكم فيما كنتم فيه تختلفون}.
(33-55) Allah memiliki hamba-hamba pilihan dari
seluruh hamba-hambaNya. Dia memilih mereka, memilah mereka dan
mengaruniakan atas mereka keutamaan-keutamaan yang tinggi, sifat-sifat
yang luhur, ilmu-ilmu yang bermanfaat, amal perbuatan yang shalih, dan
keistimewaan-keistimewaan yang bermacam-macam. Dan Allah menyebutkan
keluarga-keluarga besar tersebut dan apa yang di dalamnya berupa
manusia-manusia agung yang memiliki sifat-sifat kesempurnaan, dan
bahwasanya keutamaan dan kebaikan itu telah diwariskan secara turun
temurun oleh anak cucu mereka, yang mencakup laki-laki maupun wanita di
antara mereka. Ini merupakan karuniaNya yang paling utama dan
tempat-tempat kemurahan dan kebaikanNya yang paling utama,﴾ وَٱللَّهُ
سَمِيعٌ عَلِيمٌ
﴿ "dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui," Dia menge-tahui
siapa yang berhak menerima keutamaan dan penghormatan, hingga Dia
meletakkan keutamaanNya itu yang didasari oleh hik-mahNya yang pasti.
Ketika Allah menetapkan keagungan keluarga tersebut lalu Allah
menyebutkan kisah Maryam dan putranya, Isa عليه السلام, dan bagaimana
turun temurunnya dari keluarga yang mulia ini, dan bagaimana silih
bergantinya keadaan keduanya dari awal hingga akhirnya, dan bahwa istri
Imran berkata seraya tunduk kepada Rabbnya dengan mendekatkan diri
kepadaNya dengan persembahan yang Dia cintai, yang mengandung
pengagungan terhadap rumahNya dan konsistensi dalam ketaatanNya,
(istri Imran berkata), ﴾
إِنِّي نَذَرۡتُ لَكَ مَا فِي بَطۡنِي مُحَرَّرٗا
﴿ "Sesungguhnya aku mena-dzarkan kepadaMu anak yang dalam kandunganku
menjadi hamba yang shalih dan berkhidmat
(di Baitul Maqdis)," yakni, sebagai pelayan bagi
rumah ibadah yang dipenuhi dengan ahli-ahli ibadah. ﴾
فَتَقَبَّلۡ مِنِّيٓۖ
﴿ "Karena itu terimalah (nadzar) itu dari
padaku," yakni perbuatan ini, maksudnya, jadikanlah ia di atas dasar
keimanan dan keikhlasan yang membuahkan kebaikan dan pahala. ﴾
إِنَّكَ أَنتَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡعَلِيمُ 35
﴿ "Se-sungguhnya Engkau-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."
﴾
فَلَمَّا وَضَعَتۡهَا قَالَتۡ رَبِّ إِنِّي وَضَعۡتُهَآ أُنثَىٰ وَٱللَّهُ
أَعۡلَمُ بِمَا وَضَعَتۡ وَلَيۡسَ ٱلذَّكَرُ كَٱلۡأُنثَىٰۖ
﴿ "Maka tatkala istri Imran melahirkan anaknya, dia pun berkata, 'Ya
Tuhanku, sesungguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan;' dan
Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki
tidaklah seperti anak perempuan." Seolah-olah dalam perkataan ini
menyim-pan makna ketundukan dan jiwa yang pasrah, di mana nadzarnya itu
didasari oleh harapan anak itu adalah laki-laki yang memiliki kekuatan
dan pelayanan, serta pelaksanaan terhadap hal itu seba-gaimana yang
dapat dilakukan oleh orang-orang yang kuat, se-dangkan anak wanita tidak
seperti itu, lalu Allah menguatkan hatinya dan menerima nadzarnya. Anak
wanita itu bahkan menjadi lebih sempurna dan lebih baik dari kebanyakan
anak laki-laki, bahkan dari mayoritas mereka, lalu maksud-maksud yang
dikehendaki tercapai dengan lebih baik daripada yang diperoleh oleh anak
laki-laki. Oleh karena itu, Allah berfirman, ﴾
فَتَقَبَّلَهَا رَبُّهَا بِقَبُولٍ حَسَنٖ وَأَنۢبَتَهَا نَبَاتًا حَسَنٗا
﴿ "Maka Rabbnya meneri-manya
(sebagai nadzar) dengan penerimaan yang baik,
dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik." Artinya ia dididik dengan
didikan yang mengagumkan, baik agama, akhlak maupun bahasanya, di mana
dengannya sempurnalah kondisinya, baiklah perkataan dan perbuatannya,
kesempurnaannya tumbuh padanya, lalu Allah memudahkannya dengan Zakaria
sebagai pemeliharanya. Ini meru-pakan karunia Allah atas hambaNya yaitu
menjadikan orang yang menjadi pemeliharanya dari orang-orang yang
terbaik dan shalih. Kemudian Allah تعالى memuliakan Maryam dan Zakaria
di mana Allah memudahkan bagi Maryam rizki yang diperoleh tanpa keringat
dan lelah, hal itu adalah sebuah karamah sebagai kemuliaan dari Allah
untuknya, karena ﴾
كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيۡهَا زَكَرِيَّا ٱلۡمِحۡرَابَ
﴿ "setiap Zakaria masuk untuk menemui Maryam di mihrab," yakni tempat
untuk ibadah, dan di sini terkandung isyarat akan banyaknya shalat yang
dilaku-kan Maryam dan konsistensinya terhadap tempat ibadah tersebut,
﴾
وَجَدَ عِندَهَا رِزۡقٗاۖ
﴿ "maka dia mendapati makanan di sisinya" dengan nikmat dan tersedia.
Zakaria berkata, ﴾
أَنَّىٰ لَكِ هَٰذَاۖ
﴿ "Hai Maryam, dari mana kamu memperoleh
(makanan) ini?" ﴾
قَالَتۡ هُوَ مِنۡ عِندِ ٱللَّهِۖ إِنَّ ٱللَّهَ يَرۡزُقُ مَن يَشَآءُ
بِغَيۡرِ حِسَابٍ
﴿ "Maryam menjawab, 'Makanan itu dari sisi Allah.' Sesungguhnya Allah
memberi rizki kepada siapa yang dikehendakiNya tanpa hisab." Ketika
Zakaria menyaksikan kondisi tersebut, kebaikan dan seperti itulah kasih
Allah terhadap Maryam, maka itu mengingat-kan dirinya untuk memohon
kepada Allah تعالى seorang anak laki-laki, dalam kondisinya yang hampir
putus asa seraya berkata, ﴾
رَبِّ هَبۡ لِي مِن لَّدُنكَ ذُرِّيَّةٗ طَيِّبَةًۖ إِنَّكَ سَمِيعُ
ٱلدُّعَآءِ
﴿ "Ya Tuhanku, berilah aku dari sisiMu seorang anak yang baik.
Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa." ﴾
فَنَادَتۡهُ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ وَهُوَ قَآئِمٞ يُصَلِّي فِي ٱلۡمِحۡرَابِ
أَنَّ ٱللَّهَ يُبَشِّرُكَ بِيَحۡيَىٰ مُصَدِّقَۢا بِكَلِمَةٖ مِّنَ ٱللَّهِ
﴿ "Ke-mudian Malaikat (Jibril) memanggil
Zakaria, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab,
(katanya), 'Sesungguhnya Allah menggem-birakan
kamu dengan kelahiran (seorang putramu), Yahya,
yang mem-benarkan kalimat (yang datang) dari
Allah," yakni, namanya (Yahya), dan kalimat yang
datangnya dari Allah adalah Isa Ibnu Maryam, berita gembira itu adalah
dengan Nabi yang mulia tersebut yang mengandung juga berita gembira
dengan Isa Ibnu Maryam, sebagai pembenaran dan kesaksian tentang
kerasulannya. Kalimat tersebut dari Allah, merupakan kalimat yang mulia
di mana Allah mengkhususkan Isa Ibnu Maryam dengannya, bila tidak
demikian, maka kalimat itu merupakan salah satu kalimatNya di mana
dengannya Allah menciptakan segala makhluk, sebagai-mana Allah تعالى
berfirman, ﴾
إِنَّ مَثَلَ عِيسَىٰ عِندَ ٱللَّهِ كَمَثَلِ ءَادَمَۖ خَلَقَهُۥ مِن تُرَابٖ
ثُمَّ قَالَ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ 59
﴿ "Sesungguhnya permisalan (penciptaan) Isa di
sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam.
Allah menciptakan Adam dari tanah, kemu-dian Allah berfirman kepadanya,
'Jadilah' (seorang manusia), maka jadi-lah dia."
(Ali Imran: 59). Dan FirmanNya, ﴾
وَسَيِّدٗا وَحَصُورٗا
﴿ "Menjadi ikutan dan menahan diri
(dari hawa nafsu)." Artinya yang menjadi obyek
berita gembira itu adalah Yahya yang merupakan panutan dari Rasul-rasul
yang mulia dan yang terhormat, dan menahan diri
(hashur), artinya, yang tidak bisa punya anak
dan tidak berkehendak kepada wanita. Pendapat lain mengatakan orang yang
dijaga dan diselamatkan dari dosa dan hawa nafsu yang menjerumuskan, dan
yang terakhir inilah yang paling sesuai dari kedua makna tersebut.
﴾
وَنَبِيّٗا مِّنَ ٱلصَّٰلِحِينَ
﴿ "Dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang shalih", maksud-nya,
orang-orang yang mencapai puncak kebaikan yang tinggi. ﴾
قَالَ رَبِّ أَنَّىٰ يَكُونُ لِي غُلَٰمٞ وَقَدۡ بَلَغَنِيَ ٱلۡكِبَرُ
وَٱمۡرَأَتِي عَاقِرٞۖ
﴿ "Zakaria berkata, 'Ya Tuhanku, bagaimana aku bisa mendapat anak
sedang aku telah sangat tua dan istriku pun seorang yang mandul?'" Kedua
hal itu merupakan penghalang, karena itu dari jalan manakah wahai Tuhan,
saya mendapatkan anak tersebut padahal ada penghalangnya? ﴾
قَالَ كَذَٰلِكَ ٱللَّهُ يَفۡعَلُ مَا يَشَآءُ
﴿ "Allah berfirman, 'Demikianlah, Allah berbuat apa yang
dikehendakiNya'." Bahwasanya sebagaimana telah berlaku hikmah-Nya dengan
berjalannya segala sesuatu itu menurut sebab-sebabnya yang wajar, maka
Allah juga terkadang merubah
(hukum alam) tersebut karena Allah Maha Berbuat
apa yang dikehendakiNya, di mana segala sebab telah patuh pada
kekuasaanNya, kehendakNya dan keinginanNya terealisasikan padanya, dan
tidak ada suatu sebab pun yang bisa menyalahi titahNya walaupun memiliki
ke-kuatan yang besar sekalipun. ﴾
قَالَ رَبِّ ٱجۡعَل لِّيٓ ءَايَةٗۖ
﴿ "Berkata Zakaria, 'Berilah aku suatu tanda
(bahwa istriku telah mengandung)'," agar saya
mendapatkan kebahagiaan dan rasa senang, walaupun sebenarnya saya yakin
akan apa yang Engkau kabarkan wahai Rabbku. Akan tetapi agar jiwa ini
senang dan hati ini tenang dengan pendahuluan-pendahuluan rahmat dan
kasih sayang. ﴾
قَالَ ءَايَتُكَ أَلَّا تُكَلِّمَ ٱلنَّاسَ ثَلَٰثَةَ أَيَّامٍ إِلَّا
رَمۡزٗاۗ
﴿ "Allah berfirman, 'Tandanya bagimu, kamu tidak dapat berkata-kata
dengan manusia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat'," dan dalam
masa itu, ﴾
وَٱذۡكُر رَّبَّكَ كَثِيرٗا وَسَبِّحۡ بِٱلۡعَشِيِّ وَٱلۡإِبۡكَٰرِ
﴿ "Sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya
serta bertas-bihlah di waktu petang dan pagi hari," yakni, awal hari dan
di akhir-nya. Zakaria terlarang dari berbicara dengan orang lain pada
masa tersebut, dan itu sesuai untuk didapatkannya seorang anak dari
seorang suami yang telah tua dan istri yang mandul, keadaannya yang
tidak mampu berbicara dengan orang lain padahal lisannya lancar
berdzikir kepada Allah dan memujiNya adalah merupakan tanda yang lain.
Maka ketika itulah ia mendapat kebahagiaan dan kesenangan tersebut, lalu
ia bersyukur kepada Allah, dan ia mem-perbanyak dzikir dan tasbih pada
saat petang maupun pagi hari. Dan anak bayi tersebut merupakan berkah
dari Maryam binti Imran terhadap Zakaria. Karena apa yang Allah
karuniakan atas Maryam berupa rizki yang banyak yang hadir tanpa hisab,
meng-ingatkannya dan mengobarkannya untuk bermunajat dan memohon. Sedang
Allah تعالى adalah Maha Memberi penyebab maupun aki-batnya, namun Allah
menentukan beberapa perkara yang disukai, terjadi pada orang yang
dicintaiNya, agar Allah mengangkat ke-hormatannya dan melimpahkan
pahalanya. Allah تعالى kembali menyebutkan kisah Maryam, yaitu bahwa
Maryam itu telah mencapai puncak ibadah dan kesempurnaan, seraya
berfirman, ﴾
وَإِذۡ قَالَتِ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ يَٰمَرۡيَمُ إِنَّ ٱللَّهَ ٱصۡطَفَىٰكِ
﴿ "Dan (ingatlah) ketika Malaikat
(Jibril) berkata, 'Hai Maryam, sesungguhnya
Allah telah memilih kamu'." Maksudnya, Allah memilihmu dan memberikan
kepadamu sifat-sifat yang mulia dan akhlak-akhlak yang luhur, ﴾
وَطَهَّرَكِ
﴿ "dan menyucikan kamu" dari akhlak-akhlak yang hina, ﴾
وَٱصۡطَفَىٰكِ عَلَىٰ نِسَآءِ ٱلۡعَٰلَمِينَ
﴿ "dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia
(yang semasa dengan kamu)." Karena itu
Rasulullah ﷺ bersabda, كَمَلَ مِنَ الرِّجَالِ كَثِيْرٌ، وَلَمْ يَكْمُلْ
مِنَ النِّسَاءِ إِلَّا مَرْيَمُ بِنْتُ عِمْرَانَ، وَآسِيَةُ بِنْتُ
مُزَاحِمٍ، وَخَدِيْجَةُ بِنْتُ خُوَيْلِدٍ. وَفَضْلُ عَائِشَةَ عَلَى
النِّسَاءِ كَفَضْلِ الثَّرِيْدِ عَلَى سَائِرِ الطَّعَامِ. "Telah banyak
yang mencapai kesempurnaan dari para laki-laki, namun belum mencapai
kesempurnaan dari para wanita kecuali Maryam binti Imran, Asiyah binti
Muzahim dan Khadijah binti Khuwailid; dan keutamaan Aisyah atas seluruh
wanita adalah seperti keutamaan daging yang dilapisi adonan[1]
atas seluruh makanan yang ada."[2] Kemudian
Malaikat menyeru Maryam atas perintah Allah untuknya agar ia menerima
nikmat-nikmat Allah dan ia bersyukur kepada Allah, kemudian menunaikan
segala hak-hakNya, dan me-nyibukkan diri untuk melayaniNya. Karena itu
malaikat berkata, ﴾
يَٰمَرۡيَمُ ٱقۡنُتِي لِرَبِّكِ
﴿ "Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu," artinya, per-banyaklah
ketaatan, ketundukan, dan kekhusyu'an kepada Rabbmu lalu konsistenlah
atas hal tersebut, ﴾
وَٱرۡكَعِي مَعَ ٱلرَّٰكِعِينَ
﴿ "dan rukuklah ber-sama orang-orang yang rukuk," yakni shalatlah
bersama orang-orang yang shalat. Lalu ia menunaikan segala perkara yang
diperintahkan hingga ia menjadi mulia dan istimewa dalam
kesempurnaannya. Kisah ini dan kisah-kisah lainnya merupakan dalil yang
paling besar atas kerasulan Nabi Muhammad ﷺ di mana beliau menga-barkan
tentang kisah tersebut secara terperinci lagi autentik yang tidak ada
penambahan maupun pengurangan padanya. Semua itu karena ia merupakan
wahyu dari Allah yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana, dan bukan karena
belajar dari manusia. Allah تعالى berfirman,﴾
ذَٰلِكَ مِنۡ أَنۢبَآءِ ٱلۡغَيۡبِ نُوحِيهِ إِلَيۡكَۚ وَمَا كُنتَ
لَدَيۡهِمۡ إِذۡ يُلۡقُونَ أَقۡلَٰمَهُمۡ أَيُّهُمۡ يَكۡفُلُ مَرۡيَمَ
﴿ "Yang demikian itu adalah sebagian dari berita-berita ghaib yang Kami
wahyukan kepada kamu (ya Muhammad); padahal kamu
tidak hadir beserta mereka, ketika mereka melemparkan anak-anak panah
mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka
yang akan memelihara Maryam," yaitu ketika ibunya membawanya kepada
kaumnya, lalu mereka berselisih siapakah di antara mereka yang akan
memelihara Maryam, karena ia adalah anak wanita pemimpin mereka dan
tokoh mereka, sedang mereka semua menginginkan kebaikan dan pahala dari
Allah, hingga terjadilah perselisihan yang sengit, yang akhirnya mereka
harus mengadakan undian atasnya, lalu mereka melemparkan pena-pena
mereka seraya mengundi dan ternyata undian itu jatuh pada Zakaria
sebagai suatu rahmat dari Allah untuknya dan untuk anak wanita Imran
tersebut. Maka engkau -wahai Rasul- tidak hadir saat itu hingga eng-kau
mengetahuinya dan menceritakannya kepada manusia, akan tetapi Allah yang
mengabarkan kepadamu tentang kisah tersebut. Inilah maksud terbesar dari
adanya kisah-kisah dalam al-Qur`an yaitu bahwasanya ia menjadi pelajaran
bagi manusia. Dan pela-jaran yang paling agung adalah berdalil dengannya
atas tauhid, kerasulan, kebangkitan kembali, dari pokok-pokok Agama
lainnya. ﴾
إِذۡ قَالَتِ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ يَٰمَرۡيَمُ إِنَّ ٱللَّهَ يُبَشِّرُكِ
بِكَلِمَةٖ مِّنۡهُ ٱسۡمُهُ ٱلۡمَسِيحُ عِيسَى ٱبۡنُ مَرۡيَمَ وَجِيهٗا فِي
ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأٓخِرَةِ وَمِنَ ٱلۡمُقَرَّبِينَ
﴿ "(Ingatlah), ketika Malaikat berkata, 'Hai
Maryam, se-sungguhnya Allah menggembirakanmu
(dengan kelahiran seorang putra yang diciptakan)
dengan kalimat (yang datang) dariNya, namanya
al-Masih Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan akhirat dan
termasuk orang-orang yang didekatkan
(kepada Allah)'." Maksudnya, ia mempunyai
kedudukan dan posisi yang agung di dunia dan akhirat di antara para
makhluk. Di samping itu, dia termasuk di antara makhluk Allah yang
paling dekat kepadaNya dan paling tinggi derajatnya. Ini merupakan kabar
gembira yang tidak dapat disamakan dengan kabar-kabar gembira lainnya.
Dan di antara kesempurnaan dari kabar gembira itu adalah bahwa dia
﴾
ي ُ ك َ ل ّ ِ م ُ ٱلنَّاسَ فِي ٱلۡمَهۡدِ
﴿ "berbicara dengan manusia dalam buaian", sehingga kemampuan berbicara
saat dalam buaian itu merupakan tanda kebesaran di antara tanda-tanda
kebesaran Allah dan rahmat dariNya kepada ibunya dan kepada manusia
seluruhnya. Demikian juga ia berbicara dengan mereka ﴾
وَكَهۡلٗا
﴿ "ketika sudah dewasa", yaitu pada saat ia telah besar. Ini merupakan
ungkapan kenabian, dakwah, dan bimbingan. Berbicaranya saat dalam buaian
merupakan tanda kebesaran dan keterangan yang jelas atas kebenarannya,
kenabiannya, dan ter-bebasnya ibunya dari segala sangkaan buruk yang
ditudingkan kepadanya. Dan pembicaraannya saat telah dewasa mengandung
manfaat yang besar bagi manusia, dan bahwa ia adalah perantara antara
manusia dengan Tuhan mereka dalam hal wahyuNya dan penyampaian agama dan
syariatNya. Di samping itu juga ia ﴾
م ِ ن َ ٱلصَّٰلِحِينَ
﴿ "adalah termasuk orang-orang yang shalih", yakni, orang-orang yang
hati mereka diberikan keshalihan oleh Allah dengan mengenal dan
mencintaiNya, dan lisan mereka diberikan keshalihan dengan pujian
atasNya dan dzikir kepadaNya, dan tubuh mereka diberikan keshalihan
dengan ketaatan kepadaNya dan melayaniNya. Dan FirmanNya, ﴾
قَالَتۡ رَبِّ أَنَّىٰ يَكُونُ لِي وَلَدٞ وَلَمۡ يَمۡسَسۡنِي بَشَرٞۖ
﴿ "Maryam berkata, 'Ya Rabbku, bagaimana mungkin aku mempunyai anak,
padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-laki pun?'" Ini
merupakan perkara yang aneh. ﴾
قَالَ كَذَٰلِكِ ٱللَّهُ يَخۡلُقُ مَا يَشَآءُۚ
﴿ "Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril),
'Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendakiNya'," untuk
memberitakan kepada hamba-hambaNya bahwa Dia adalah Maha-kuasa atas
segala sesuatu dan tidak ada penghalang bagi kehendak-Nya. ﴾
إِذَا قَضَىٰٓ أَمۡرٗا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ
﴿ "Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup
berkata kepadanya, 'Jadilah,' maka jadilah dia." ﴾
وَيُعَلِّمُهُ ٱلۡكِتَٰبَ
﴿ "Dan Allah akan mengajarkan kepadanya al-Kitab," yaitu, kitab-kitab
terdahulu pada umumnya yang memutuskan hukum di antara manusia, dan
Allah memberikan kepadanya ke-nabian lalu Allah menjadikannya ﴾
وَرَسُولًا إِلَىٰ بَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ
﴿ "(sebagai) Rasul kepada Bani Israil." Allah
mengukuhkannya dengan ayat-ayat yang jelas serta dalil-dalil yang tegas
di mana dia berkata, ﴾
أَنِّي قَدۡ جِئۡتُكُم بِـَٔايَةٖ مِّن رَّبِّكُمۡ
﴿ "Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda
(mukjizat) dari Tuhanmu," yang menjelaskan
kepada kalian bahwa aku adalah benar-benar seorang Rasul Allah. Yang
demikian itu,﴾
أَنِّيٓ أَخۡلُقُ لَكُم مِّنَ ٱلطِّينِ كَهَيۡـَٔةِ ٱلطَّيۡرِ فَأَنفُخُ
فِيهِ فَيَكُونُ طَيۡرَۢا بِإِذۡنِ ٱللَّهِۖ وَأُبۡرِئُ ٱلۡأَكۡمَهَ
﴿ "bahwa aku membuat untuk kamu dari tanah ber-bentuk burung; kemudian
aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan
aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya," yakni yang kedua
matanya cacat, hilang pandangannya dan buta, ﴾
وَٱلۡأَبۡرَصَ وَأُحۡيِ ٱلۡمَوۡتَىٰ بِإِذۡنِ ٱللَّهِۖ وَأُنَبِّئُكُم بِمَا
تَأۡكُلُونَ وَمَا تَدَّخِرُونَ فِي بُيُوتِكُمۡۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ
﴿ "dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati
dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan
apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demi-kian itu,"
yakni hal-hal yang telah disebutkan, ﴾
لَأٓيَةٗ لَّكُمۡ إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِينَ 49 وَمُصَدِّقٗا لِّمَا بَيۡنَ
يَدَيَّ مِنَ ٱلتَّوۡرَىٰةِ
﴿ "adalah suatu tanda
(kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu
sungguh-sungguh beriman. Dan
(aku datang kepada-mu) membenarkan Taurat yang
datang sebelumku." Allah mengukuhkan beliau dengan dua bentuk ayat dan
bukti nyata yaitu hal-hal di luar kebiasaan yang tidak mungkin
dilaku-kan oleh selain nabi untuk menghadirkannya, juga kerasulan dan
dakwah serta agama yang dibawa olehnya yang mana ajaran itu adalah agama
Taurat dan agama nabi-nabi sebelumnya. Ini meru-pakan dalil yang paling
besar atas kebenaran orang-orang yang benar, karena seandainya ia di
antara orang-orang yang dusta, niscaya pasti ia akan menyalahi apa yang
dibawa oleh para Rasul sebelumnya dan akan menyimpang dari mereka dalam
masalah-masalah akidah dan hukum-hukum mereka. Dengan demikian
diketahuilah bahwa beliau adalah Rasulullah dan bahwa apa yang dibawa
oleh beliau adalah benar, yang tidak ada keraguan padanya. Juga
perkataannya, ﴾
وَلِأُحِلَّ لَكُم بَعۡضَ ٱلَّذِي حُرِّمَ عَلَيۡكُمۡۚ
﴿ "Dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan
untukmu," yakni, agar saya meringankan dari kalian beberapa beban dan
tanggung jawab. ﴾
فَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَأَطِيعُونِ 50 إِنَّ ٱللَّهَ رَبِّي وَرَبُّكُمۡ
فَٱعۡبُدُوهُۚ
﴿ "Karena itu bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.
Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu, karena itu sembahlah
Dia." Ini adalah ajaran yang di-serukan oleh seluruh Rasul, yaitu
beribadah hanya kepada Allah semata yang tidak ada sekutu bagiNya dan
taat kepada mereka, dan inilah jalan yang lurus di mana orang yang
menempuhnya akan menghantarkannya kepada surga yang penuh nikmat. Saat
itulah sikap kelompok-kelompok Bani Israil terpecah terhadap Nabi Isa
عليه السلام. Di antara mereka ada yang beriman kepada beliau dan
mengikuti beliau, dan di antara mereka ada yang kafir kepada beliau,
mendustai beliau dan memfitnah ibu beliau sebagai seorang yang melakukan
kekejian, sebagaimana
(yang dilakukan orang-orang) Yahudi. ﴾
فَلَمَّآ أَحَسَّ عِيسَىٰ مِنۡهُمُ ٱلۡكُفۡرَ
﴿ "Maka tatkala Isa me-ngetahui keingkaran mereka
(Bani lsrail)" dan sepakat dalam menolak dakwah
beliau, ﴾
قَالَ
﴿ "Isa berkata" seraya menyeru Bani Israil untuk menjadi penolongnya,
﴾
مَنۡ أَنصَارِيٓ إِلَى ٱللَّهِۖ قَالَ ٱلۡحَوَارِيُّونَ
﴿ "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk
(menegakkan agama) Allah?" Para hawariyyin
(sahabat-sahabat setia) menjawab," yakni
orang-orang yang membela, ﴾
نَحۡنُ أَنصَارُ ٱللَّهِ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَٱشۡهَدۡ بِأَنَّا مُسۡلِمُونَ
﴿ "Kamilah peno-long-penolong (agama) Allah,
kami beriman kepada Allah; dan saksikan-lah bahwa sesungguhnya kami
adalah orang-orang yang berserah diri." Ini merupakan anugerah Allah
atas mereka dan khususnya atas Nabi Isa عليه السلام, di mana Allah telah
menjadikan para hawariyyun tersebut beriman kepadaNya, tunduk dalam
ketaatan kepadaNya dan membela RasulNya. ﴾
رَبَّنَآ ءَامَنَّا بِمَآ أَنزَلۡتَ وَٱتَّبَعۡنَا ٱلرَّسُولَ
﴿ "Ya Rabb kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau
turunkan dan kami telah mengikuti rasul." Ini adalah suatu integritas
yang sempurna dalam beriman kepada seluruh hal yang diturunkan oleh
Allah dan dalam menaati RasulNya. ﴾
فَٱكۡتُبۡنَا مَعَ ٱلشَّٰهِدِينَ
﴿ "Karena itu masuk-kanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang
menjadi saksi" bagiMu dengan keesaan dan bagi RasulMu dengan kerasulan
serta bagi agamaMu dengan kebenaran dan kejujuran. Adapun orang-orang
yang dirasakan oleh Isa عليه السلام penging-karan mereka, sedang mereka
itu adalah sebagian besar Bani Israil, maka mereka ﴾
وَمَكَرُواْ
﴿ "membuat tipu daya" terhadap Nabi Isa, ﴾
وَمَكَرَ ٱللَّهُۖ
﴿ "dan Allah membalas tipu daya itu" terhadap mereka, ﴾
وَٱللَّهُ خَيۡرُ ٱلۡمَٰكِرِينَ
﴿ "dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya." Mereka bersepakat untuk
membunuh dan menyalibnya, namun dijadikan buat mereka orang yang serupa
dengan Nabi Isa lalu mereka me-nangkap orang yang serupa tersebut, dan
Allah berfirman kepada Isa, ﴾
إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ ٱلَّذِينَ
كَفَرُواْ
﴿ "Sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan
mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang
kafir." Lalu Allah mengangkatnya kepadaNya dan membersihkannya dari
orang-orang kafir, dan orang-orang kafir itu menyalib orang yang telah
mereka bunuh tersebut seraya menduga bahwa orang yang mereka salib itu
adalah Isa عليه السلام, dan mereka justru menanggung dosa yang besar.
Dan Isa Ibnu Maryam عليه السلام akan turun kembali di akhir masa umat
ini sebagai hakim yang adil, ia akan membunuh babi, meng-hancurkan salib
dan ia akan mengikuti apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad ﷺ. Orang-orang
yang berdusta itu akan mengetahui keterpedayaan dan ketertipuan mereka
yaitu bahwa mereka itu telah terpedaya dan tertipu. Dan
FirmanNya,﴾
وَجَاعِلُ ٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوكَ فَوۡقَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓاْ إِلَىٰ يَوۡمِ
ٱلۡقِيَٰمَةِۖ
﴿ "Dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang
yang kafir hingga Hari Kiamat." Yang dimaksud orang-orang yang
mengikutinya adalah kelompok yang telah beriman kepada beliau, dan Allah
membela mereka atas orang-orang yang menyimpang dari agamaNya. Kemudian
ketika umat Muhammad ﷺ tiba, mereka itu benar-benar mengikutinya hingga
Allah me-nguatkan mereka dan membela mereka atas orang-orang yang kafir
secara keseluruhan, dan Allah memenangkan mereka dengan agama yang
dibawa oleh Nabi Muhammad ﷺ kepada mereka. ﴾
وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ
لَيَسۡتَخۡلِفَنَّهُمۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ
﴿ "Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara
kamu dan mengerjakan amal-amal yang shalih bahwa Dia sungguh-sungguh
akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi."
(An-Nur: 55). Akan
tetapi hikmah Allah itu adil, yaitu bahwasanya hikmah-Nya berlaku bagi
siapa yang berpegang teguh dengan Agama, niscaya Allah akan membelanya
dengan pembelaan yang nyata, dan bahwa orang yang meninggalkan
perintahNya dan melanggar laranganNya, melemparkan syariatNya dan berani
lancang berbuat kemaksiatan kepadaNya, niscaya Dia akan menghukumnya dan
akan membuat musuh-musuhnya menguasainya. Allah Mahaper-kasa lagi
Mahabijaksana. Dan FirmanNya, ﴾
ثُمَّ إِلَيَّ مَرۡجِعُكُمۡ فَأَحۡكُمُ بَيۡنَكُمۡ فِيمَا كُنتُمۡ فِيهِ
تَخۡتَلِفُونَ ﴿ "Kemudian hanya kepada Aku-lah kembalimu, lalu Aku
memutuskan di antaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih
padanya."
Kemudian Allah menjelaskan tentang apa yang dilakukanNya terhadap mereka,
seraya berfirman,
{فَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا فَأُعَذِّبُهُمْ عَذَابًا شَدِيدًا فِي
الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَمَا لَهُمْ مِنْ نَاصِرِينَ
(56) وَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ فَيُوَفِّيهِمْ أُجُورَهُمْ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ
الظَّالِمِينَ (57)}
.
"Adapun orang-orang yang kafir, maka akan Aku siksa me-reka dengan siksa
yang sangat keras di dunia dan di akhirat, dan mereka tidak memperoleh
penolong. Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan
yang shalih, maka Allah akan memberikan kepada mereka dengan sempurna
pahala amalan-amalan mereka; dan Allah tidak menyukai orang-orang yang
zhalim."
(Ali Imran: 56-57).
#
{56 ـ 57} وهذا الجزاء عام لكل من اتصف بهذه
الأوصاف من جميع أهل الأديان السابقة. ثم لما بعث سيد المرسلين وخاتم
النبيين، ونسخت رسالته الرسالات كلها، ونسخ دينه جميع الأديان صار المتمسك
بغير هذا الدين من الهالكين. وقوله تعالى:
(56-57) Balasan
(dalam ayat) ini bersifat umum atas semua orang
yang bersifat seperti itu dari seluruh pemeluk agama-agama dahulu.
Kemudian ketika diutusnya penghulu para Rasul dan penutup para Nabi di
mana syariatnya menghapus seluruh syariat terdahulu dan agamanya menghapus
seluruh agama-agama ter-dahulu, maka barangsiapa yang berpegang pada
selain agama tersebut, maka ia termasuk orang-orang yang celaka.
{ذَلِكَ نَتْلُوهُ عَلَيْكَ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ
(58)}
.
"Demikianlah
(kisah 'Isa), Kami membacakannya
kepada kamu sebagian dari bukti-bukti
(kerasulannya) dan
(membacakan) al-Qur`an yang penuh hikmah."
(Ali Imran: 58).
#
{58} أي: هذا القرآن العظيم الذي فيه نبأ
الأولين والآخرين والأنبياء والمرسلين هو آيات الله البينات، وهو الذي يذكر
العباد كل ما يحتاجونه، وهو الحكيم المحكم صادق الأخبار، حسن الأحكام.
(58) Maksudnya, al-Qur`an yang agung ini yang di
dalam-nya terdapat kisah orang-orang terdahulu dan yang datang bela-kangan
(nanti), para Nabi dan Rasul merupakan ayat-ayat
Allah yang jelas. Dan al-Qur`an selalu mengingatkan manusia pada setiap
perbuatan mereka, Dia adalah pemutus perkara yang bijaksana dan
kisah-kisah yang benar, serta hukum-hukum yang baik.
{إِنَّ مَثَلَ عِيسَى عِنْدَ اللَّهِ كَمَثَلِ آدَمَ خَلَقَهُ مِنْ
تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
(59) الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلَا تَكُنْ مِنَ
الْمُمْتَرِينَ (60) فَمَنْ حَاجَّكَ فِيهِ مِنْ
بَعْدِ مَا جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ فَقُلْ تَعَالَوْا نَدْعُ
أَبْنَاءَنَا وَأَبْنَاءَكُمْ وَنِسَاءَنَا وَنِسَاءَكُمْ وَأَنْفُسَنَا
وَأَنْفُسَكُمْ ثُمَّ نَبْتَهِلْ فَنَجْعَلْ لَعْنَتَ اللَّهِ عَلَى
الْكَاذِبِينَ (61) إِنَّ هَذَا لَهُوَ
الْقَصَصُ الْحَقُّ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلَّا اللَّهُ وَإِنَّ اللَّهَ
لَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (62) [فَإِنْ
تَوَلَّوْا فَإِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِالْمُفْسِدِينَ
(63)] }
.
"Sesungguhnya permisalan
(penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti
(penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari
tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya, 'Jadilah'
(seorang manusia), maka jadilah dia.
(Apa yang telah Kami ceritakan itu), itulah yang
benar, yang datang dari Tuhanmu, karena itu jangan-lah kamu termasuk
orang-orang yang ragu-ragu. Siapa yang mem-bantahmu tentang kisah Isa
sesudah datang ilmu
(yang meyakin-kan kamu), maka
katakanlah
(kepadanya), 'Marilah kita memang-gil
anak-anak kami dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istri kamu,
diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah
dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang
dusta.' Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tidak ada tuhan
(yang berhak di-sembah) melainkan Allah; dan
sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Kemudian
jika mereka berpa-ling
(dari kebenaran), maka
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui orang-orang yang berbuat kerusakan."
(Ali Imran: 59-63).
[3]
#
{59 ـ 62} لما ذكر قصة مريم وعيسى ونبأهما
الحق، وأنه عبد أنعم الله عليه، وأن من زعم أن فيه شيئاً من الإلهية فقد
كذب على الله، وكذب جميع أنبيائه وكذب عيسى - صلى الله عليه وسلم - فإن
الشبهة التي عرضت لمن اتخذه إلهاً شبهة باطلة، فلو كان لها وجه صحيح لكان
آدم أحق منه فإنه خلق من دون أم ولا أب، ومع ذلك فاتفق البشر كلُّهم على
أنه عبد من عباد الله، فدعوى إلهية عيسى بكونه خلق من أم بلا أب دعوى من
أبطل الدعاوي،
وهذا هو الحق الذي لا ريب فيه أن عيسى كما قال عن نفسه:
{ما قلت لهم إلا ما أمرتني به أن اعبدوا الله ربي وربكم}؛ وكان قد قدم على النبي - صلى الله عليه وسلم - وفد نصارى نجران ، وقد
تصلبوا على باطلهم بعدما أقام عليهم النبي - صلى الله عليه وسلم - البراهين
بأن عيسى عبد الله ورسوله حيث زعموا إلهيته، فوصلت به وبهم الحال إلى أن
أمره الله تعالى أن يباهلهم فإنه قد اتضح لهم الحق ولكن العناد والتعصب
منعاهم منه، فدعاهم رسول الله - صلى الله عليه وسلم - إلى المباهلة بأن
يحضر هو وأهله وأبناؤه، وهم يحضرون بأهلهم وأبنائهم ثم يدعون الله تعالى أن
ينزل عقوبته ولعنته على الكاذبين، فتشاوروا هل يجيبونه إلى ذلك، فاتفق
رأيهم أن لا يجيبوه لأنهم عرفوا أنه نبي الله حقًّا، وأنهم إن باهلوه هلكوا
هم وأولادهم وأهلوهم فصالحوه وبذلوا له الجزية، وطلبوا منه الموادعة
والمهادنة فأجابهم - صلى الله عليه وسلم - ولم يحرجهم لأنه حصل المقصود من
وضوح الحق، وتبين عنادهم حيث صمموا على الامتناع عن المباهلة، وذلك يبرهن
على أنهم كانوا ظالمين. ولهذا قال تعالى:
{إن هذا لهو القصص الحق}؛
أي:
الذي لا ريب فيه،
{وإن الله لهو العزيز} الذي قهر بقدرته وقوته
جميع الموجودات وأذعنت له سكان الأرض والسماوات، ومع ذلك فهو
{الحكيم}؛ الذي يضع الأشياء مواضعها وينزلها
منازلها.
(59-62) Ketika Allah memberitakan tentang kisah
Maryam dan Nabi Isa, dan berita tersebut adalah suatu kebenaran, dan
bah-wasanya beliau adalah seorang hamba yang telah diberikan oleh Allah
karunia atasnya, dan bahwa barangsiapa yang menduga bahwa ada suatu sifat
ketuhanan padanya, maka sesungguhnya ia telah berdusta terhadap Allah
تعالى, ia telah mendustai seluruh nabi-nabiNya dan mendustai Isa عليه
السلام. Sesungguhnya syubhat yang terjangkit pada orang yang menjadikan
beliau itu sebagai tuhan
(yang disembah) adalah
syubhat yang sangat batil. Sekiranya ada sedikit saja kebenaran dalam hal
itu, maka pastilah Nabi Adam عليه السلام lebih berhak dikultuskan sebagai
tuhan, karena beliau diciptakan tanpa ayah dan ibu. Tapi sekalipun
demikian, seluruh manusia bersepakat bahwasanya beliau itu adalah seorang
hamba di antara hamba-hamba Allah تعالى, maka klaim ketuhanan Isa عليه
السلام yang di-dasari oleh penciptaannya hanya dengan seorang ibu tanpa
ayah merupakan klaim yang paling batil dari tuduhan-tuduhan yang ada.
Inilah yang haq, yang tidak ada keraguan padanya yaitu bahwa Isa عليه
السلام itu adalah sebagaimana yang beliau sendiri katakan tentang dirinya,
﴾ مَا قُلۡتُ لَهُمۡ إِلَّا مَآ أَمَرۡتَنِي بِهِۦٓ أَنِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ
رَبِّي وَرَبَّكُمۡۚ
﴿ "Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau
perintahkan kepadaku (mengatakan)nya yaitu,
'Sembahlah Allah, Rabbku dan Rabbmu'."
(Al-Ma`idah: 117).
Datang kepada Nabi ﷺ delegasi kaum Nasrani daerah Najran[4]
di mana mereka bersikeras (ngotot) dalam
kebatilan mereka setelah Nabi ﷺ menegakkan atas mereka hujjah-hujjah dan
keterangan yang jelas bahwasanya Isa عليه السلام itu adalah seorang
hamba Allah dan RasulNya di mana mereka meyakini ketuhanannya. Sikap
keras kepala mereka telah sampai pada titik di mana Allah memerintah-kan
kepada beliau agar menantang mereka untuk bermubahalah karena
sesungguhnya kebenaran itu telah jelas bagi mereka, akan tetapi
kedurhakaan dan fanatisme telah menghalangi mereka dari menerima
kebenaran tersebut. Maka Rasulullah ﷺ menantang me-reka untuk
bermubahalah di mana mereka menghadirkan keluarga dan anak-anak mereka
dan beliau pun menghadirkan keluarga dan anak-anak beliau kemudian
mereka semua berdoa kepada Allah تعالى agar menurunkan siksa dan
laknatNya atas orang-orang yang berdusta. Kemudian mereka mengadakan
musyawarah dahulu apakah mereka menerima tantangan itu, dan akhirnya
keputusan mereka sepakat untuk tidak akan meladeni tantangan tersebut
karena mereka yakin bahwa beliau itu adalah benar-benar Nabi Allah dan
bahwa apabila mereka menerima tantangan itu, pastilah mereka beserta
keluarga dan anak-anak mereka akan celaka, maka akhirnya mereka meminta
perjanjian damai dengan beliau dengan memberikan kepada beliau bayaran
jizyah, lalu Rasulullah ﷺ me-nerima keputusan mereka tersebut dan tidak
mengusir mereka, karena maksud yang diinginkan telah terpenuhi yaitu
jelasnya kebenaran. Tampak jelaslah kedurhakaan mereka di mana mereka
bersikeras untuk tidak menerima tantangan tersebut, dan hal itu
menjelaskan bahwa mereka itu adalah orang-orang yang zhalim. Oleh karena
itulah Allah berfirman, ﴾
إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ ٱلۡقَصَصُ ٱلۡحَقُّۚ
﴿ "Se-sungguhnya ini adalah kisah yang benar," yaitu kisah yang tidak
ada keraguan padanya. ﴾
وَإِنَّ ٱللَّهَ لَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ
﴿ "Dan sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Mahaperkasa," yakni, yang
dengan kekuasaan dan kekuatan-Nya menguasai seluruh makhluk yang tunduk
patuh kepadaNya dari penghuni langit dan bumi. Dan bersama itu, Dia
﴾
ٱلۡحَكِيمُ ﴿ "Mahabijaksana" Yang meletakkan segala sesuatu pada tempatnya
dan menempatkannya pada posisinya yang tepat.
{قُلْ يَاأَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ
بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ
بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ
اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ
(64)}
.
"Katakanlah, 'Hai ahli Kitab, marilah
(berpegang) kepada suatu kalimat
(ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara
kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah kecuali Allah dan kita tidak
mempersekutukanNya dengan sesuatu pun dan tidak
(pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain
sebagai tuhan selain Allah.' Jika mereka berpaling, maka katakanlah kepada
mereka, 'Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang ber-serah diri
(kepada Allah)'."
(Ali Imran: 64).
#
{64} هذه الآية الكريمة كان النبي - صلى الله
عليه وسلم - يكتب بها إلى ملوك أهل الكتاب. وكان يقرأ أحياناً في الركعة
الأولى من سنة الفجر {قولوا آمنا بالله}؛
الآية؛ ويقرأ بها في الركعة الآخرة من سنة الصبح لاشتمالها على الدعوة إلى
دين واحد، قد اتفقت عليه الأنبياء والمرسلون، واحتوت على توحيد الإلهية
المبني على عبادة الله وحده لا شريك له، وأن يعتقد أن البشر وجميع الخلق
كلهم في طور البشرية لا يستحق منهم أحد شيئاً من خصائص الربوبية ولا من
نعوت الإلهية، فإن انقاد أهل الكتاب وغيرهم إلى هذا فقد اهتدوا و
{إن تولوا فقولوا اشهدوا بأنا مسلمون}؛
كقوله تعالى:
{قل يا أيها الكافرون ... }؛ إلى آخرها.
(64) Ayat yang mulia ini adalah ayat yang ditulis
(baca: dicantumkan) oleh Nabi ﷺ untuk dikirim
kepada raja-raja Ahli Kitab. Beliau ﷺ
(kadang) membacanya pada rakaat pertama dari
shalat sunnah fajar, ﴾ قُولُوٓاْ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ
﴿ "Katakanlah (hai orang-orang Mukmin), 'Kami
beriman kepada Allah'."
(Al-Baqarah: 136). Dan
beliau membaca ayat tadi pada rakaat terakhir dari shalat sunnah Shubuh;
karena mengandung dakwah kepada satu agama, yang telah disepakati oleh
para Nabi dan Rasul. Ayat itu juga mengandung tauhid uluhiyah yang
berasaskan ibadah kepada Allah semata yang tidak ada sekutu bagiNya. Dan
agar diyakini bahwa manusia dan seluruh makhluk dalam kapasitas
kemanusia-an, salah seorang di antara mereka tidak berhak sedikit pun
memi-liki sifat-sifat kerububiyahan dan tidak pula sifat-sifat
keuluhiyahan. Bila ahli Kitab dan selain mereka patuh terhadap hal itu,
maka mereka telah mendapat petunjuk d a n ﴾
فَإِن تَوَلَّوۡاْ فَقُولُواْ ٱشۡهَدُواْ بِأَنَّا وَوَصَّىٰ بِهَآ
إِبۡرَٰهِـۧمُ بَنِيهِ وَيَعۡقُوبُ يَٰبَنِيَّ إِنَّ ٱللَّهَ ٱصۡطَفَىٰ
لَكُمُ ٱلدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ
﴿ "jika mereka berpaling, maka katakanlah kepada mereka, 'Saksikanlah,
bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri
(kepada Allah)'." Ini persis seperti Firman
Allah تعالى, ﴾
قُلۡ يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡكَٰفِرُونَ 1 لَآ أَعۡبُدُ مَا تَعۡبُدُونَ 2 وَلَآ
أَنتُمۡ عَٰبِدُونَ مَآ أَعۡبُدُ 3 وَلَآ أَنَا۠ عَابِدٞ مَّا عَبَدتُّمۡ 4
وَلَآ أَنتُمۡ عَٰبِدُونَ مَآ أَعۡبُدُ 5 لَكُمۡ دِينُكُمۡ وَلِيَ دِينِ 6
﴿ "Katakanlah, 'Hai orang-orang yang kafir, aku tidak akan menyem-bah apa
yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku
tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah
(pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku'."
(Al-Kafirun: 1-6).
{يَاأَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تُحَاجُّونَ فِي إِبْرَاهِيمَ وَمَا
أُنْزِلَتِ التَّوْرَاةُ وَالْإِنْجِيلُ إِلَّا مِنْ بَعْدِهِ أَفَلَا
تَعْقِلُونَ (65) هَاأَنْتُمْ هَؤُلَاءِ
حَاجَجْتُمْ فِيمَا لَكُمْ بِهِ عِلْمٌ فَلِمَ تُحَاجُّونَ فِيمَا لَيْسَ
لَكُمْ بِهِ عِلْمٌ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
(66) مَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ يَهُودِيًّا وَلَا
نَصْرَانِيًّا وَلَكِنْ كَانَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ
الْمُشْرِكِينَ (67) إِنَّ أَوْلَى النَّاسِ
بِإِبْرَاهِيمَ لَلَّذِينَ اتَّبَعُوهُ وَهَذَا النَّبِيُّ وَالَّذِينَ
آمَنُوا وَاللَّهُ وَلِيُّ الْمُؤْمِنِينَ
(68)}
.
"Hai ahli Kitab, mengapa kamu bantah membantah tentang hal Ibrahim,
padahal Taurat dan Injil tidak diturunkan melainkan sesudah Ibrahim.
Apakah kamu tidak berpikir? Beginilah kamu. Kamu ini
(sewajarnya) bantah membantah tentang hal yang
kamu ketahui, maka kenapa kamu bantah membantah tentang hal yang tidak
kamu ketahui? Allah mengetahui sedang kamu tidak me-ngetahui. Ibrahim
bukan seorang Yahudi dan bukan
(pula) seorang
Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri
(kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia
termasuk go-longan orang-orang musyrik. Sesungguhnya orang yang paling
dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini
(Muhammad), beserta orang-orang yang beriman
(kepada Muhammad), dan Allah adalah Pelindung
semua orang-orang yang beriman."
(Ali Imran: 65-68).
#
{65 ـ 68} كانت الأديان كلها اليهود والنصارى
والمشركون وكذلك المسلمون كلهم يدعون أنهم على ملة إبراهيم، فأخبر الله
تعالى أن أولى الناس به محمد - صلى الله عليه وسلم - وأتباعه وأتباع الخليل
قبل محمد - صلى الله عليه وسلم -، وأما اليهود والنصارى والمشركون فإبراهيم
بريء منهم ومن ولايتهم لأن دينه الحنيفية السمحة التي فيها الإيمان بجميع
الرسل وجميع الكتب، وهذه خصيصة المسلمين، وأما دعوى اليهود والنصارى أنهم
على ملة إبراهيم فقد علم أن اليهودية والنصرانية التي هم يدعون أنهم عليها
لم تؤسس إلا بعد الخليل، فكيف يحاجون في هذا الأمر الذي يعلم به كذبهم
وافتراؤهم، فهب أنهم حاجوا فيما لهم به علم فكيف يحاجون في هذه الحالة،
فهذا قبل أن ينظر ما احتوى عليه قولهم من البطلان يعلم فساد دعواهم، وفي
هذه الآية دليل على أنه لا يحل للإنسان أن يقول أو يجادل فيما لا علم له
به. وقوله:
{والله ولي المؤمنين}؛ فكلما قوي إيمان العبد
تولاه الله بلطفه، ويسره لليسرى وجنبه العسرى.
(65-68) Seluruh agama
(samawi) dari Yahudi, Nasrani, kaum musyrikin
demikian juga Islam mengaku bahwa mereka mengikuti ajaran Nabi Ibrahim
عليه السلام. Allah تعالى memberitakan bahwa manusia yang paling berhak
atasnya adalah Nabi Muhammad ﷺ beserta para pengikut beliau serta pengikut
al-Khalil
(Nabi Ibrahim sendiri) sebelum Muhammad
ﷺ. Adapun orang-orang Yahudi, Nasrani dan kaum musyrikin, sesungguhnya
Ibrahim عليه السلام berlepas diri dari mereka dan dari menjadi pembela
mereka, oleh karena agama beliau adalah yang hanif
(yang bersih dari syirik dan kebu-rukan)
dan membawa kemudahan yang mengandung keimanan kepada seluruh Rasul dan
seluruh kitab-kitab
(suci), dan ini adalah
keistimewaan kaum Muslimin. Adapun klaim Yahudi dan Nasrani bahwa mereka
berada di atas ajaran Ibrahim عليه السلام, maka telah dike-tahui bahwa
agama Yahudi dan Nasrani yang mengaku menganut ajaran tersebut belum
dibentuk kecuali setelah Ibrahim عليه السلام, lalu bagaimanakah mereka
dapat membantah perkara ini yang telah diketahui padanya kebohongan dan
dusta mereka? Taruhlah an-daikan mereka mendebat tentang suatu hal yang
mereka memiliki ilmu tentangnya namun bagaimana dalam kondisi seperti ini?
Hal ini sebelum diperhatikan pendapat mereka yang penuh dengan kebohongan
yang dapat diketahui akan batilnya klaim mereka tersebut. Ayat ini juga
merupakan sebuah dalil bahwa tidaklah halal bagi seorang manusia berkata
atau berdebat tentang sesuatu yang tidak ia miliki ilmunya. Dan FirmanNya,
﴾ وَٱللَّهُ وَلِيُّ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ﴿ "Dan Allah adalah Pelindung semua
orang-orang yang beriman." Maka semakin kuat iman seorang manusia, niscaya
Allah akan melindungiNya dengan kelembutan-Nya, memudahkannya dengan
segala kemudahan, dan menjauh-kannya dari kesulitan.
{وَدَّتْ طَائِفَةٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يُضِلُّونَكُمْ وَمَا
يُضِلُّونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ
(69) يَاأَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تَكْفُرُونَ
بِآيَاتِ اللَّهِ وَأَنْتُمْ تَشْهَدُونَ
(70) يَاأَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تَلْبِسُونَ
الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُونَ الْحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
(71) وَقَالَتْ طَائِفَةٌ مِنْ أَهْلِ
الْكِتَابِ آمِنُوا بِالَّذِي أُنْزِلَ عَلَى الَّذِينَ آمَنُوا وَجْهَ
النَّهَارِ وَاكْفُرُوا آخِرَهُ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
(72) وَلَا تُؤْمِنُوا إِلَّا لِمَنْ تَبِعَ
دِينَكُمْ قُلْ إِنَّ الْهُدَى هُدَى اللَّهِ أَنْ يُؤْتَى أَحَدٌ مِثْلَ
مَا أُوتِيتُمْ أَوْ يُحَاجُّوكُمْ عِنْدَ رَبِّكُمْ قُلْ إِنَّ
الْفَضْلَ بِيَدِ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ
عَلِيمٌ (73) يَخْتَصُّ بِرَحْمَتِهِ مَنْ
يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ
(74)}
.
"Segolongan dari ahli Kitab ingin menyesatkan kamu, pada-hal mereka
(sebenarnya) tidak menyesatkan melainkan dirinya
sendiri, dan mereka tidak menyadarinya. Hai ahli Kitab, mengapa kamu
mengingkari ayat-ayat Allah, padahal kamu mengetahui
(kebenarannya). Hai ahli Kitab, mengapa kamu
mencampur aduk-kan yang haq dengan yang batil, dan menyembunyikan
kebenaran, padahal kamu mengetahuinya? Segolongan
(lain) dari ahli Kitab berkata
(kepada sesamanya), 'Perlihatkanlah
(seolah-olah) kamu beriman kepada apa yang
diturunkan kepada orang-orang beriman
(sahabat-sahabat Rasul) pada permulaan siang dan
ingkarilah ia pada akhirnya, supaya mereka
(orang-orang Mukmin) kembali
(kepada kekafiran). Dan janganlah kamu percaya
melainkan ke-pada orang yang mengikuti agamamu.' Katakanlah, 'Sesungguhnya
petunjuk
(yang harus diikuti) ialah petunjuk
Allah, dan
(janganlah kamu percaya) bahwa akan
diberikan kepada seseorang seperti apa yang diberikan kepadamu, dan
(jangan pula kamu percaya) bahwa mereka akan
mengalahkan hujjahmu di sisi Tuhanmu.' Katakan-lah, 'Sesungguhnya karunia
itu di Tangan Allah, Allah memberikan karuniaNya kepada siapa yang
dikehendakiNya; dan Allah Maha-luas
(karuniaNya) lagi Maha Mengetahui.' Allah
menentukan rahmatNya
(kenabian) kepada siapa yang
dikehendakiNya dan Allah mempunyai karunia yang besar."
(Ali Imran: 69-74).
#
{69 ـ 74} هذا من منة الله على هذه الأمة حيث
أخبرهم بمكر أعدائهم من أهل الكتاب وأنهم من حرصهم على إضلال المؤمنين
ينوعون المكرات الخبيثة فقالت طائفة منهم:
{آمنوا بالذي أنزل على الذين آمنوا وجه النهار}؛ أي: أوله وارجعوا عن دينهم آخر النهار فإنهم
إذا رأوكم راجعين وهم يعتقدون فيكم العلم استرابوا بدينهم وقالوا لولا أنهم
رأوا فيه ما لا يعجبهم ولا يوافق الكتب السابقة لم يرجعوا، هذا مكرهم والله
تعالى هو الذي يهدي من يشاء وهو الذي بيده الفضل يختص به من يشاء، فخصكم يا
هذه الأمة بما لم يخص به غيركم، ولم يدر هؤلاء الماكرون أن دين الله حق إذا
وصلت حقيقته إلى القلوب لم يزدد صاحبه على طول المدى إلا إيماناً ويقيناً،
ولم تزده الشبه إلا تمسكاً بدينه وحمداً لله وثناء عليه حيث منَّ به
عليه. وقولهم:
{أن يؤتى أحد مثل ما أوتيتم أو يحاجوكم عند ربكم}؛ يعني أن الذي حملهم على هذه الأعمال المنكرة الحسد والبغي وخشية
الاحتجاج عليهم، كما قال تعالى:
{ود كثير من أهل الكتاب لو يردونكم من بعد إيمانكم كفاراً حسداً من عند
أنفسهم من بعد ما تبين لهم الحق}؛ الآية.
(69-74) Ini merupakan karunia Allah atas umat ini
di mana Allah memberitakan kepada mereka tentang tipu daya musuh-musuh
mereka dari Ahli Kitab, dan bahwa di antara usaha keras mereka dalam
menyesatkan kaum Mukminin adalah mereka me-makai berbagai cara dalam makar
(konspirasi) mereka yang busuk. Sekelompok di
antara mereka berkata,﴾ ءَامِنُواْ بِٱلَّذِيٓ أُنزِلَ عَلَى ٱلَّذِينَ
ءَامَنُواْ وَجۡهَ ٱلنَّهَارِ
﴿ "Perlihatkanlah (seolah-olah) kamu beriman
kepada apa yang di-turunkan kepada orang-orang beriman
(sahabat-sahabat Rasul) pada permulaan siang,"
yakni, di awal hari dan berpalinglah dari agama mereka kembali pada
petang hari, dan bila mereka melihat kalian berpaling sedang mereka
yakin kalian memiliki ilmu, itu akan membuat mereka ragu terhadap agama
mereka, lalu mereka akan berkata, "Sekiranya mereka tidak melihat dalam
agama ini apa yang tidak menarik bagi mereka dan tidak sesuai dengan
kitab-kitab terdahulu, niscaya mereka pasti tidak akan berpaling." Ini
adalah tipu daya mereka. Dan Allah تعالى yang memberikan petunjuk kepada
siapa yang dikehendakiNya, hanya di TanganNya segala karunia yang Dia
khususkan buat siapa yang dikehendaki-Nya, lalu Allah mengkhususkan
kalian wahai umat ini dengan sesuatu yang tidak Dia khususkan bagi umat
selain kalian. Dan orang-orang yang berbuat tipu daya itu tidak
mengetahui bahwa agama Allah itu adalah haq, yang apabila hakikatnya
sampai kepada hati tidaklah akan bertambah waktu bagi orang tersebut
ke-cuali akan semakin bertambah pula keimanan dan keyakinan, dan
syubhat-syubhat yang ada itu justru menambah kuatnya mereka berpegang
teguh pada agamanya dan semakin bersyukur kepada Allah serta memujiNya,
di mana Dia telah melimpahkan karunia-Nya itu atasnya. Dan perkataan
mereka, ﴾
أَن يُؤۡتَىٰٓ أَحَدٞ مِّثۡلَ مَآ أُوتِيتُمۡ أَوۡ يُحَآجُّوكُمۡ عِندَ
رَبِّكُمۡۗ
﴿ "Dan (janganlah kamu percaya) bahwa akan
diberikan kepada seseorang seperti apa yang diberikan kepadamu, dan
(jangan pula kamu percaya) bahwa mereka akan
mengalahkan hujjahmu di sisi Rabbmu," artinya, bahwa yang menyebabkan
mereka melakukan perbuatan-perbuatan ke-mungkaran adalah hasad, dengki,
dan ketakutan akan dikalahkan dalam berdebat, sebagaimana Allah تعالى
berfirman, ﴾
وَدَّ كَثِيرٞ مِّنۡ أَهۡلِ ٱلۡكِتَٰبِ لَوۡ يَرُدُّونَكُم مِّنۢ بَعۡدِ
إِيمَٰنِكُمۡ كُفَّارًا حَسَدٗا مِّنۡ عِندِ أَنفُسِهِم مِّنۢ بَعۡدِ مَا
تَبَيَّنَ لَهُمُ ٱلۡحَقُّۖ ﴿ "Sebagian besar ahli Kitab menginginkan agar
mereka dapat me-ngembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman,
karena dengki yang
(timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata
bagi mereka kebe-naran."
(Al-Baqarah: 109).
{وَمِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ مَنْ إِنْ تَأْمَنْهُ بِقِنْطَارٍ يُؤَدِّهِ
إِلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَنْ إِنْ تَأْمَنْهُ بِدِينَارٍ لَا يُؤَدِّهِ
إِلَيْكَ إِلَّا مَا دُمْتَ عَلَيْهِ قَائِمًا ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ
قَالُوا لَيْسَ عَلَيْنَا فِي الْأُمِّيِّينَ سَبِيلٌ وَيَقُولُونَ عَلَى
اللَّهِ الْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
(75) بَلَى مَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ وَاتَّقَى
فَإِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَّقِينَ
(76)}
.
"Di antara ahli Kitab ada orang yang jika kamu mempercaya-kan kepadanya
harta yang banyak, dikembalikannya kepadamu; dan di antara mereka ada
orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya satu dinar, tidak
dikembalikannya kepadamu kecuali jika kamu selalu menagihnya. Yang
demikian itu lantaran mereka mengatakan, 'Tidak ada dosa bagi kami
terhadap orang-orang ummi.' Mereka berkata dusta terhadap Allah, padahal
mereka mengetahui.
(Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati
janji
(yang dibuat)nya dan bertakwa, maka
sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa."
(Ali Imran: 75-76).
#
{75} يخبر تعالى عن أهل الكتاب أن منهم طائفة
أمناء بحيث لو أمنته على قناطير من النقود وهي المال الكثير يؤده إليك،
ومنهم طائفة خونة يخونك في أقل القليل،
ومع هذه الخيانة الشنيعة فإنهم يتأولون بالأعذار الباطلة فيقولون:
{ليس علينا في الأميين سبيل}؛
أي:
ليس علينا جناح إذا خناهم واستبحنا أموالهم، لأنهم لا حرمة لهم،
قال تعالى:
{ويقولون على الله الكذب وهم يعلمون}؛ أن
عليهم أشد الحرج، فجمعوا بين الخيانة وبين احتقار العرب وبين الكذب على
الله، وهم يعلمون ذلك ليسوا كمن فعل ذلك جهلاً وضلالاً.
(75) Allah تعالى memberitakan tentang Ahli Kitab
bahwasa-nya ada sekelompok dari mereka orang-orang yang jujur
(terper-caya), di mana bila Anda berikan kepada
mereka sejumlah harta yang banyak, niscaya mereka akan menunaikannya
dengan ama-nah kepada Anda. Ada juga sekelompok dari mereka orang-orang
yang tidak jujur yang akan selalu berkhianat walaupun
(nilai) hartanya sedikit sekali, dan bersama
pengkhianatan yang keji ini, mereka membuat dalih-dalih yang batil dengan
berkata, ﴾ لَيۡسَ عَلَيۡنَا فِي ٱلۡأُمِّيِّـۧنَ سَبِيلٞ
﴿ "Tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi"
(orang-orang Arab), artinya, tidak ada kesalahan
atas kami bila mengkhianati mereka dan menghalalkan harta mereka, karena
mereka tidak memiliki kehormatan. Allah تعالى berfirman,﴾
وَيَقُولُونَ عَلَى ٱللَّهِ ٱلۡكَذِبَ وَهُمۡ يَعۡلَمُونَ ﴿ "Mereka berkata
dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui," artinya, mereka
menanggung dosa yang paling dahsyat di mana mereka menyatukan
pengkhianatan dengan penghinaan terhadap bangsa Arab dan juga dengan dusta
atas nama Allah, dan mereka mengetahui hal tersebut, bahwa mereka bukan
seperti orang-orang yang melakukan hal semacam itu atas dasar tidak
mengerti dan tersesat.
#
{76} ثم قال تعالى:
{بلى}؛ أي:
ليس الأمر كما قالوا.
{من أوفى بعهده واتقى}؛
أي:
قام بحقوق الله وحقوق خلقه فإن هذا هو المتقي والله يحبه،
أي:
ومن كان بخلاف ذلك فلم يف بعهده وعقوده التي بينه وبين الخلق ولا قام بتقوى
الله، فإن الله يمقته، وسيجازيه على ذلك أعظم النكال.
(76) Kemudian Allah تعالى berfirman, ﴾ بَلَىٰۚ
﴿ "Bukan demikian" artinya, tidaklah perkara itu seperti yang mereka
katakan.﴾
مَنۡ أَوۡفَىٰ بِعَهۡدِهِۦ وَٱتَّقَىٰ ﴿ "Sebenarnya siapa yang menepati
janji
(yang dibuat)nya dan bertakwa," yaitu yang
menunaikan hak-hak Allah dan hak-hak makhlukNya, maka orang seperti inilah
yang bertakwa, di mana Allah mencintainya. Artinya barangsiapa yang
bertentangan de-ngan hal itu yakni tidak memenuhi janjinya antara ia
dengan sesa-manya dan tidak pula menunaikan ketakwaan kepada Allah, maka
sesungguhnya Allah akan memurkai dan akan membalasnya atas perbuatannya
itu dengan siksaan yang berat.
{إِنَّ الَّذِينَ يَشْتَرُونَ بِعَهْدِ اللَّهِ وَأَيْمَانِهِمْ ثَمَنًا
قَلِيلًا أُولَئِكَ لَا خَلَاقَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ وَلَا
يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ وَلَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
وَلَا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
(77)}
.
"Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji
(nya dengan) Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan
harga yang sedikit, mereka itu tidak mendapat bagian
(pahala) di akhirat, dan Allah tidak akan
berbicara kepada mereka dan tidak akan melihat ke-pada mereka pada Hari
Kiamat dan tidak
(pula) akan menyucikan mereka,
serta bagi mereka azab yang pedih."
(Ali Imran: 77).
#
{77} أي: إن الذين يشترون الدنيا بالدين
فيختارون الحطام القليل من الدنيا ويتوسلون إليها بالأيمان الكاذبة والعهود
المنكوثة فهؤلاء
{لا يكلمهم الله ولا ينظر إليهم يوم القيامة ولا يزكيهم ولهم عذاب
أليم}؛ أي: قد حق عليهم سخط الله ووجب عليهم عقابه،
وحرموا ثوابه، ومنعوا من التزكية، وهي التطهير. بل يردون القيامة متلوثون
بالجرائم، متدنسون بالذنوب العظائم.
(77) Maksudnya, sesungguhnya orang-orang yang
menu-kar Agama dengan dunia lalu mereka lebih memilih kenikmatan yang
sedikit dari dunia dan mereka memakai cara dalam menda-patkannya dengan
sumpah-sumpah dan janji-janji palsu yang tidak mereka penuhi, maka mereka
itu adalah orang-orang yang mana ﴾ وَلَا يُكَلِّمُهُمُ ٱللَّهُ وَلَا
يَنظُرُ إِلَيۡهِمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ وَلَا يُزَكِّيهِمۡ وَلَهُمۡ عَذَابٌ
أَلِيمٞ ﴿ "Allah tidak akan berbicara kepada mereka dan tidak akan melihat
kepada mereka pada Hari Kiamat dan tidak
(pula) akan menyucikan mereka, serta bagi mereka
azab yang pedih." Artinya, mereka telah berhak mendapatkan murka Allah dan
menjalani siksa dariNya, jauh dari pahalaNya, terhalang dari penyucian
yaitu pembersihan diri, bahkan mereka pada Hari Kiamat kelak akan bangkit
dengan bergelimang kejahatan dan dikotori oleh dosa-dosa besar.
{وَإِنَّ مِنْهُمْ لَفَرِيقًا يَلْوُونَ أَلْسِنَتَهُمْ بِالْكِتَابِ
لِتَحْسَبُوهُ مِنَ الْكِتَابِ وَمَا هُوَ مِنَ الْكِتَابِ وَيَقُولُونَ
هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَمَا هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَيَقُولُونَ
عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
(78)}
.
"Sesungguhnya di antara mereka ada segolongan yang memu-tar-mutar lidahnya
membaca al-Kitab, supaya kamu menyangka yang dibacanya itu sebagian dari
al-Kitab, padahal ia bukan dari al-Kitab dan mereka mengatakan, 'Ia
(yang dibaca itu datang) dari sisi Allah,' padahal
ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta atas Nama Allah sedang
mereka mengetahui."
(Ali Imran: 78).
#
{78} أي: وإن من أهل الكتاب فريقاً محرفون
لكتاب الله
{يلوون ألسنتهم بالكتاب لتحسبوه من الكتاب}؛
وهذا يشمل التحريف اللفظي والتحريف المعنوي، ثم هم مع هذا التحريف الشنيع،
يوهمون أنه من الكتاب وهم كذبة في ذلك ويصرحون بالكذب على الله، وهم يعلمون
حالهم وسوء مغبتهم.
(78) Maksudnya, di antara Ahli Kitab ada suatu
kelompok yang memutarbalikkan Kitabullah, ﴾ يَلۡوُۥنَ أَلۡسِنَتَهُم
بِٱلۡكِتَٰبِ لِتَحۡسَبُوهُ مِنَ ٱلۡكِتَٰبِ وَمَا هُوَ مِنَ ٱلۡكِتَٰبِ ﴿
"yang memutar-mutar lidahnya membaca al-Kitab, supaya kamu menyangka yang
dibacanya itu sebagian dari al-Kitab." Ini adalah pemutarbalikan lafazh
dan maknanya. Kemudian di sam-ping penyimpangan yang sangat keji itu,
mereka membuat hal itu seolah-olah dari al-Kitab, padahal mereka adalah
orang-orang yang berdusta dalam hal tersebut, mereka menampakkan kedustaan
terhadap Allah, padahal mereka mengetahui keadaan mereka dan buruknya
akibatnya.
{مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُؤْتِيَهُ اللَّهُ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ
وَالنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُوا عِبَادًا لِي مِنْ دُونِ
اللَّهِ وَلَكِنْ كُونُوا رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنْتُمْ تُعَلِّمُونَ
الْكِتَابَ وَبِمَا كُنْتُمْ تَدْرُسُونَ
(79) وَلَا يَأْمُرَكُمْ أَنْ تَتَّخِذُوا
الْمَلَائِكَةَ وَالنَّبِيِّينَ أَرْبَابًا أَيَأْمُرُكُمْ بِالْكُفْرِ
بَعْدَ إِذْ أَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (80)}
.
"Tidak wajar bagi seorang manusia, yang Allah berikan ke-padanya al-Kitab,
hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia, 'Hendaklah kamu
menjadi penyembah-penyembahku selain Allah.' Akan tetapi
(dia berkata), 'Hendaklah kamu menjadi orang-orang
rabbani, karena kamu selalu mengajarkan al-Kitab dan disebabkan kamu tetap
mempelajarinya.' Dan
(tidak wajar pula baginya) menyuruhmu menjadikan
malaikat dan para nabi sebagai tuhan. Apakah
(patut) dia menyuruhmu berbuat kekafiran di waktu
kamu sudah
(menganut agama) Islam?"
(Ali Imran: 79-80).
#
{79 ـ 80} أي: يمتنع ويستحيل كل الاستحالة
لبشر منَّ الله عليه بالوحي والكتاب والنبوة وأعطاه الحكم الشرعي، أن يأمر
الناس بعبادته ولا بعبادة النبيين والملائكة واتخاذهم أرباباً، لأن هذا هو
الكفر، فكيف وقد بعث بالإسلام المنافي للكفر من كل وجه فكيف يأمر بضده، هذا
من الممتنع لأن حاله وما هو عليه وما منَّ الله به عليه من الفضائل
والخصائص تقتضي العبودية الكاملة والخضوع التام لله الواحد القهار، وهذا
جواب لوفد نجران حين تمادى بهم الغرور ووصلت بهم الحال والكبر أن قالوا
أتأمرنا يا محمد أن نعبدك حين أمرهم بعبادة الله وطاعته، فبين الباري
انتفاء ما قالوا وأن كلامهم وكلام أمثالهم في هذا ظاهر البطلان.
(79-80) Maksudnya, tidak akan terjadi dan bahkan
sangat mustahil sekali bagi seorang manusia yang telah dikaruniakan wahyu
oleh Allah, al-Kitab dan Kenabian dan memberikan kepa-danya hukum-hukum
syariat, untuk menyuruh manusia untuk beribadah kepada dirinya dan kepada
para Nabi dan malaikat serta menjadikan mereka sebagai tuhan-tuhan lain.
Karena semua itu adalah kekufuran, bagaimana mungkin, padahal ia telah
diutus dengan Islam yang memberantas kekufuran dengan segala ben-tuknya,
lalu bagaimana ia menyeru kepada hal yang berlawanan dengan itu. Ini
adalah di antara perkara yang tidak mungkin terjadi, dan apa yang dibawa
olehnya dan semua yang telah Allah karunia-kan kepadanya berupa keutamaan
dan keistimewaan mengharus-kan ubudiyah yang total dan ketundukan yang
sempurna kepada Allah yang Esa lagi Mahaperkasa. Ini merupakan jawaban
atas delegasi Nasrani negeri Najran ketika mereka bersikeras dengan
keterpedayaan mereka hingga keadaan mereka semakin jauh, dan mereka
berkata dengan kesom-bongannya, "Apakah engkau menyeru kami wahai Muhammad
untuk menyembahmu?" Ketika beliau memerintahkan mereka untuk beribadah
hanya kepada Allah dan taat kepadaNya. Lalu Allah menjelaskan tentang
kesalahan perkataan mereka dan bahwa-sanya perkataan mereka dan perkataan
selain mereka yang seperti itu sangat batil.
{وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ النَّبِيِّينَ لَمَا آتَيْتُكُمْ مِنْ
كِتَابٍ وَحِكْمَةٍ ثُمَّ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَكُمْ
لَتُؤْمِنُنَّ بِهِ وَلَتَنْصُرُنَّهُ قَالَ أَأَقْرَرْتُمْ وَأَخَذْتُمْ
عَلَى ذَلِكُمْ إِصْرِي قَالُوا أَقْرَرْنَا قَالَ فَاشْهَدُوا وَأَنَا
مَعَكُمْ مِنَ الشَّاهِدِينَ (81) فَمَنْ
تَوَلَّى بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
(82)}
.
"Dan
(ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian
dari para nabi, 'Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab
dan hikmah kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa
yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan
menolongnya.' Allah berfirman, 'Apakah kamu mengakui dan menerima
perjanjianKu terhadap yang demikian itu?' Mereka menjawab, 'Kami
mengakui.' Allah berfirman, 'Kalau begitu saksikanlah
(hai para nabi) dan Aku menjadi saksi
(pula) bersamamu. Barangsiapa yang berpaling
sesudah itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik'."
(Ali Imran: 81-82).
#
{81 ـ 82} هذا إخبار منه تعالى أنه أخذ عهد
النبيين وميثاقهم كلِّهم بسبب ما أعطاهم، ومنَّ به عليهم من الكتاب والحكمة
المقتضي للقيام التام بحق الله وتوفيته، أنه إن جاءهم رسول مصدق لما معهم
بُعِثَ بما بعثوا به من التوحيد والحق والقسط والأصول التي اتفقت عليها
الشرائع أنهم يؤمنون به وينصرونه، فأقروا على ذلك، واعترفوا، والتزموا،
وأشهدهم، وشهد عليهم، وتوعد من خالف هذا الميثاق. وهذا أمر عام بين
الأنبياء أن جميعهم طريقهم واحد وأن دعوة كل واحد منهم قد اتفقوا وتعاقدوا
عليها، وعموم ذلك أنه أخذ على جميعهم الميثاق بالإيمان والنصرة لمحمد - صلى
الله عليه وسلم -، فمن ادعى أنه من أتباعهم فهذا دينهم الذي أخذه الله
عليهم وأقروا به واعترفوا، فمن تولى عن اتباع محمد ممن يزعم أنه من أتباعهم
فإنه فاسق خارج عن طاعة الله مكذب للرسول الذي يزعم أنه من أتباعه مخالف
لطريقه، وفي هذا إقامة الحجة والبرهان على كل من لم يؤمن بمحمد - صلى الله
عليه وسلم - من أهل الكتب والأديان، وأنه لا يمكنهم الإيمان برسلهم الذين
يزعمون أنهم أتباعهم حتى يؤمنوا بإمامهم وخاتمهم - صلى الله عليه وسلم -.
(81-82) Ini adalah berita dari Allah تعالى bahwa
Dia telah mengambil janji dari para Nabi dan ikatan sumpah pada mereka
semuanya yang disebabkan oleh apa yang telah Allah karuniakan kepada
mereka dan karena semua yang telah Dia berikan untuk mereka berupa
al-Kitab dan al-Hikmah yang berkonsekuensi wajib-nya menegakkan hak-hak
Allah dan menunaikannya dengan sebaik-baiknya; bahwa apabila datang kepada
mereka seorang Rasul yang membenarkan apa yang ada pada mereka, yang
diutus untuk me-nyampaikan ketauhidan, kebenaran, keadilan dan
prinsip-prinsip dasar yang disepakati oleh seluruh syariat, maka mereka
akan beriman kepadanya dan membelanya. Mereka pun menyetujui hal tersebut,
mengakuinya, konsisten terhadapnya, mempersaksikan mereka, dan ia bersaksi
atas mereka, serta mengancam orang-orang yang menyalahi perjanjian
tersebut. Ini merupakan perintah yang bersifat umum di antara para Nabi,
bahwasanya jalan mereka adalah satu, dan bahwa dakwah dari setiap Nabi di
antara mereka telah mereka sepakati dan telah mereka setujui bersama,
keumuman itu adalah bahwa Allah mengambil janji dari mereka untuk beriman
dan membela Nabi Muhammad ﷺ. Karena itu, barangsiapa yang mengaku bahwa ia
adalah pengikut salah seorang dari mereka, maka ini adalah agama mereka
yang telah diambil oleh Allah perjanjian dari mereka lalu mereka
menyetujui dan mengakuinya. Maka barangsiapa yang berpaling dari mengikuti
Nabi Muhammad ﷺ dari orang-orang yang me-nyangka bahwasanya mereka
termasuk pengikut Nabi-nabi terse-but, maka ia adalah fasik yang keluar
dari ketaatan kepada Allah dan mendustakan Rasul yang diakuinya bahwa ia
termasuk pengi-kutnya padahal ia menyimpang dari jalannya. Ini merupakan
penegakan hujjah dan keterangan yang kuat atas setiap orang yang tidak
beriman kepada Nabi Muhammad ﷺ dari ahli kitab dan agama-agama lainnya,
dan tidaklah mungkin mereka beriman kepada Rasul-rasul mereka di mana
mereka me-ngakui sebagai pengikut-pengikut mereka hingga mereka beriman
kepada pemimpin dari Rasul-rasul tadi dan penutup mereka ﷺ.
{أَفَغَيْرَ دِينِ اللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِي
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ
(83) قُلْ آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ
عَلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ
وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَى وَعِيسَى
وَالنَّبِيُّونَ مِنْ رَبِّهِمْ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ
وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ (84) وَمَنْ يَبْتَغِ
غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي
الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ (85)}
.
"Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal
kepadaNya-lah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik
dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allah-lah mereka
dikembalikan? Katakanlah, 'Kami ber-iman kepada Allah dan kepada apa yang
diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq,
Ya'qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan para
nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara
mereka dan hanya kepadaNya-lah kami menyerah-kan diri.' Barangsiapa
mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima
(agama itu) dari padanya, dan dia di akhirat
termasuk orang-orang yang rugi."
(Ali Imran: 83-85).
#
{83 ـ 85} قد تقدم في سورة البقرة أن هذه
الأصول التي هي أصول الإيمان التي أمر الله بها هذه الأمة قد اتفقت عليها
الكتب والرسل، وأنها هي الغرض الموجه لكل أحد وأنها هي الدين والإسلام
الحقيقي، وأن من ابتغى غيرها فعمله مردود وليس له دين يعول عليه، فمن زهد
عنه ورغب عنه فأين يذهب؟ إلى عبادة الأشجار والأحجار والنيران، أو إلى
اتخاذ الأحبار والرهبان والصلبان، أو إلى التعطيل لرب العالمين، أو إلى
الأديان الباطلة التي هي من وحي الشياطين؟ وهؤلاء كلهم في الآخرة من
الخاسرين.
(83-85) Telah berlalu pada surat al-Baqarah bahwa
dasar-dasar ini yang merupakan pokok-pokok keimanan yang diperin-tahkan
oleh Allah kepada umat ini telah disepakati oleh kitab-kitab dan
Rasul-rasul. Itulah tujuan asasi yang ditujukan kepada setiap orang, dan
bahwasanya itu adalah agama dan Islam yang hakiki. Dan bahwa orang yang
mencari selainnya dan beramal dengannya, maka perbuatannya itu tertolak
hingga ia tidak memiliki ajaran yang ia kembali kepadanya. Barangsiapa
yang tidak membutuhkan dan membencinya, maka kemanakah ia akan pergi?
Kepada pe-nyembahan pohon, batu atau api? Atau kepada penyembahan rahib,
pendeta atau salib? Atau kepada peniadaan Rabb alam semesta? Atau kepada
agama-agama yang batil yang merupakan wahyu dari setan? Mereka semua itu
di akhirat nanti termasuk orang-orang yang merugi.
{كَيْفَ يَهْدِي اللَّهُ قَوْمًا كَفَرُوا بَعْدَ إِيمَانِهِمْ
وَشَهِدُوا أَنَّ الرَّسُولَ حَقٌّ وَجَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَاللَّهُ
لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
(86) أُولَئِكَ جَزَاؤُهُمْ أَنَّ عَلَيْهِمْ
لَعْنَةَ اللَّهِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
(87) خَالِدِينَ فِيهَا لَا يُخَفَّفُ عَنْهُمُ
الْعَذَابُ وَلَا هُمْ يُنْظَرُونَ (88) إِلَّا
الَّذِينَ تَابُوا مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ وَأَصْلَحُوا فَإِنَّ اللَّهَ
غَفُورٌ رَحِيمٌ (89) إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا
بَعْدَ إِيمَانِهِمْ ثُمَّ ازْدَادُوا كُفْرًا لَنْ تُقْبَلَ
تَوْبَتُهُمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الضَّالُّونَ
(90) إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَمَاتُوا وَهُمْ
كُفَّارٌ فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْ أَحَدِهِمْ مِلْءُ الْأَرْضِ ذَهَبًا
وَلَوِ افْتَدَى بِهِ أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ وَمَا لَهُمْ
مِنْ نَاصِرِينَ (91)}
.
"Bagaimana Allah akan menunjuki suatu kaum yang kafir sesudah mereka
beriman, serta mereka telah mengakui bahwa Rasul itu
(Muhammad) benar-benar rasul, dan
keterangan-keterangan pun telah datang kepada mereka? Allah tidak
menunjuki orang-orang yang zhalim. Mereka itu, balasannya ialah bahwasanya
laknat Allah ditimpakan kepada mereka,
(demikian pula) laknat para malaikat dan manusia
seluruhnya. Mereka kekal di dalam-nya, tidak diringankan siksa dari
mereka, dan tidak
(pula) mereka ditangguhkan.
Kecuali orang-orang yang taubat, sesudah
(kafir) itu dan mengadakan perbaikan. Karena
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya
orang-orang yang kafir sesudah beriman, kemudian bertambah kekafirannya,
sekali-kali tidak akan diterima taubat-nya; dan mereka itulah orang-orang
yang sesat. Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati sedang mereka
tetap dalam kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari seseorang di
antara mereka emas sepenuh bumi, walaupun dia menebus dirinya dengan emas
(yang sebanyak) itu. Bagi mereka itulah siksa yang
pedih dan sekali-kali mereka tidak memperoleh penolong."
(Ali Imran: 86-91).
#
{86 ـ 88} يعني أنه يبعد كل البعد أن يهدي
الله قوماً عرفوا الإيمان، ودخلوا فيه وشهدوا أن الرسول حق ثم ارتدوا على
أعقابهم ناكصين ناكثين، لأنهم عرفوا الحق فرفضوه، ولأن من هذه الحالة وصفه
فإن الله يعاقبه بالانتكاس وانقلاب القلب جزاء له إذ عرف الحق فتركه،
والباطل فآثره فولاه الله ما تولى لنفسه، فهؤلاء
{عليهم لعنة الله والملائكة والناس أجمعين}؛
خالدين في اللعنة والعذاب
{لا يخفف عنهم العذاب ولا هم ينظرون}؛ إذا
جاءهم أمر الله، لأن الله عمرهم ما يتذكر فيه ما تذكر، وجاءهم النذير.
(86-87) Maksudnya, bahwa sangatlah tidak mungkin
Allah memberikan petunjukNya kepada suatu kaum yang telah menge-nal
keimanan, lalu masuk ke dalamnya dan bersaksi bahwasanya Rasul itu adalah
haq kemudian mereka keluar kembali kepada kondisi mereka dahulu, berbalik
dan berkhianat; karena mereka telah mengetahui kebenaran lalu mereka
menolaknya. Dan karena kondisi seperti itulah yang menyebabkan Allah
menghukum me-reka dengan terjerembab kembali dan terbaliknya hati mereka
se-bagai suatu balasan buat mereka, di mana mereka telah mengetahui
kebenaran namun meninggalkannya, dan kebatilan namun lebih memilihnya,
hingga Allah memalingkannya kepada apa yang dia sendiri memalingkan
dirinya kepadanya. Mereka itulah yang mana, ﴾ عَلَيۡهِمۡ لَعۡنَةَ ٱللَّهِ
وَٱلۡمَلَٰٓئِكَةِ وَٱلنَّاسِ أَجۡمَعِينَ
﴿ "laknat Allah ditimpakan kepada mereka,
(demikian pula) laknat para malaikat dan manusia
seluruhnya." Mereka kekal dalam laknat dan azab tersebut. ﴾
لَا يُخَفَّفُ عَنۡهُمُ ٱلۡعَذَابُ وَلَا هُمۡ يُنظَرُونَ ﴿ "Tidak
diringankan siksa dari mereka, dan tidak
(pula) mereka ditangguhkan," karena telah datang
ketentuan Allah, karena Allah telah memanjangkan usia mereka di mana
mereka mengingat apa yang harus diingat dan telah da-tang kepada mereka
seorang pemberi peringatan.
#
{89 ـ 91} ثم إنه تعالى استثنى من هذا الوعيد
التائبين من كفرهم وذنوبهم المصلحين لعيوبهم فإن الله يغفر لهم ما قدموه
ويعفو عنهم ما أسلفوه، ولكن من كفر وأصر على كفره، ولم يزدد إلا كفراً حتى
مات على كفره، فهؤلاء هم الضالون عن طريق الهدى السالكون لطريق الشقاء، وقد
استحقوا بهذا العذاب الأليم، فليس لهم ناصر من عذاب الله ولو بذلوا ملء
الأرض ذهباً ليفتدوا به لم ينفعهم شيئاً. فعياذًا بالله من الكفر وفروعه.
(89-91) Kemudian Allah تعالى membuat pengecualian
dari ancaman tersebut, yaitu orang-orang yang bertaubat dari kekufur-an
dan dosa-dosa mereka lalu mereka memperbaiki kekurangan-kekurangan mereka
itu; maka Allah تعالى mengampuni mereka dari apa yang telah mereka lakukan
dan memaafkan mereka dari segala hal yang telah lalu. Akan tetapi bagi
mereka yang kufur dan tetap memilih kekufuran lalu kekufuran bertambah
hingga ia meninggal dalam kekufurannya tersebut, maka mereka itulah
orang-orang yang tersesat dari jalan petunjuk dan mereka menempuh jalan
kesengsaraan, dan dengan demikian mereka telah berhak menda-patkan siksaan
yang pedih, dan mereka tidak memiliki penolong dari siksaan Allah walaupun
mereka mengerahkan segala isi bumi berupa emas agar dapat menebus diri
mereka darinya itu, tidak akan berguna bagi mereka sama sekali. Kepada
Allah kita berlin-dung dari kekufuran dan segala macam bentuknya.
{لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ وَمَا
تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ
(92)}
.
"Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan, sebelum kamu menafkahkan
sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka
sesungguhnya Allah mengeta-huinya."
(Ali Imran: 92).
#
{92} يعني
{لن تنالوا} وتدركوا
{البر}،
الذي هو اسم جامع للخيرات وهو:
الطريق الموصل إلى الجنة
{حتى تنفقوا مما تحبون} من أطيب أموالكم
وأزكاها، فإن النفقة من الطيب المحبوب للنفوس من أكبر الأدلة على سماحة
النفس واتصافها بمكارم الأخلاق ورحمتها ورقتها، ومن أدل الدلائل على محبة
الله وتقديم محبته على محبة الأموال التي جبلت النفوس على قوة التعلق بها،
فمن آثر محبة الله على محبة نفسه فقد بلغ الذروة العليا من الكمال وكذلك من
أنفق الطيبات وأحسن إلى عباد الله أحسن الله إليه ووفقه أعمالاً وأخلاقاً
لا تحصل بدون هذه الحالة. وأيضاً فمن قام بهذه النفقة على هذا الوجه كان
قيامه ببقية الأعمال الصالحة والأخلاق الفاضلة من طريق الأولى والأحرى، ومع
أن النفقة من الطيبات هي أكمل الحالات فمهما أنفق العبد من نفقة قليلة أو
كثيرة من طيب أو غيره {فإن الله به عليم}،
وسيجزي كل منفق بحسب عمله، سيجزيه في الدنيا بالخلف العاجل وفي الآخرة
بالنعيم الآجل.
(92) Maksudnya, ﴾ لَن تَنَالُواْ
﴿ "Kamu sekali-kali tidak sampai" dan tidak akan mendapatkan ﴾
ٱلۡبِرَّ
﴿ "kebajikan", yang artinya adalah sebuah kata yang menyeluruh tentang
kebajikan, yaitu jalan yang menyampaikan kepada surga, ﴾
حَتَّىٰ تُنفِقُواْ مِمَّا تُحِبُّونَۚ
﴿ "sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai" dari harta
kalian yang terbaik dan paling istimewa. Hal itu karena berinfak dengan
apa-apa yang baik lagi disayangi oleh jiwa merupakan tanda yang paling
besar dari kelapangan jiwa dan sifatnya yang mulia, kasih sayangnya dan
kelembutannya, dan juga merupakan tanda yang paling jelas tentang
kecintaannya kepada Allah dan sikap menda-hulukan Allah atas kecintaan
terhadap harta yang sangat dicintai oleh jiwa. Karena itu, barangsiapa
yang mendahulukan kecintaan ke-pada Allah atas kecintaan terhadap
dirinya sendiri, maka sesung-guhnya ia telah mencapai puncak
kesempurnaan, demikian pula bagi seseorang yang menginfakkan hal-hal
yang baik dan berbuat kebajikan kepada hamba-hamba Allah, niscaya Allah
akan berbuat baik kepadanya dan membimbingnya kepada perbuatan-perbuatan
dan akhlak-akhlak yang tidak mungkin dapat diperoleh dengan selain
kondisi seperti ini. Demikian juga, barangsiapa yang menunaikan infak
dengan bentuk yang seperti ini, niscaya pelaksanaannya terhadap
amalan-amalan shalih lainnya dan akhlak-akhlak yang mulia adalah lebih
baik dan lebih patut. Di samping berinfak dengan hal-hal yang baik
merupakan bentuk yang paling sempurna, maka seberapa pun seorang hamba
berinfak, baik sedikit maupun banyak dari yang baik atau lainnya,
﴾
فَإِنَّ ٱللَّهَ بِهِۦ عَلِيمٞ ﴿ "maka sesungguhnya Allah menge-tahuinya."
Allah akan memberikan ganjaran kepada setiap orang yang berinfak sesuai
dengan amalannya, dan Allah akan memba-lasnya di dunia dengan segera
memberikan gantinya dan di akhirat dengan kenikmatan yang tertunda.
{كُلُّ الطَّعَامِ كَانَ حِلًّا لِبَنِي إِسْرَائِيلَ إِلَّا مَا
حَرَّمَ إِسْرَائِيلُ عَلَى نَفْسِهِ مِنْ قَبْلِ أَنْ تُنَزَّلَ
التَّوْرَاةُ قُلْ فَأْتُوا بِالتَّوْرَاةِ فَاتْلُوهَا إِنْ كُنْتُمْ
صَادِقِينَ (93) فَمَنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ
الْكَذِبَ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
(94)}
.
"Semua makanan adalah halal bagi Bani Israil kecuali ma-kanan yang
diharamkan oleh Isra`il
(Ya'qub) untuk dirinya sendiri sebelum Taurat
diturunkan. Katakanlah, '
(Jika kamu mengatakan ada makanan yang diharamkan sebelum turun
Taurat), maka bawalah Taurat itu, lalu bacalah ia jika kamu orang-orang yang
benar.' Maka barangsiapa mengada-adakan dusta terhadap Allah sesudah itu,
maka merekalah orang-orang yang zhalim."
(Ali Imran: 93-94).
#
{93 ـ 94} من جملة الأمور التي قدح فيها
اليهود بنبوة عيسى ومحمد - صلى الله عليه وسلم - أنهم زعموا أن النسخ باطل،
وأنه لا يمكن أن يأتي نبي يخالف النبي الذي قبله. فكذبهم الله بأمر
يعرفونه، فإنهم يعترفون بأن جميع الطعام قبل نزول التوراة كان حلالاً لبني
إسرائيل إلا أشياء يسيرة، حرمها إسرائيل وهو يعقوب عليه السلام على نفسه
ومنعها إياه لمرض أصابه، ثم إن التوراة فيها من التحريمات التي نسخت ما كان
حلاًّ قبل ذلك شيء كثير. قل لهم إن أنكروا ذلك
{فأتوا بالتوراة فاتلوها إن كنتم صادقين}؛
بزعمكم أنه لا نسخ ولا تحليل ولا تحريم. وهذا من أبلغ الحجج أن يحتج على
الإنسان بأمر يقوله ويعترف به ولا ينكره، فإن انقاد للحق فهو الواجب، وإن
أبى ولم ينقد بعد هذا البيان تبين كذبه وافتراؤه وظلمه وبطلان ما هو عليه،
وهو الواقع من اليهود.
(93-94) Dari sejumlah perkara yang dituduhkan oleh
kaum Yahudi sebagai suatu masalah dalam kenabian Nabi Isa عليه السلام dan
Nabi Muhammad ﷺ, yaitu mereka meyakini bahwasanya nasakh itu batil, dan
bahwa seorang Nabi yang akan datang tidaklah mungkin menyalahi Nabi yang
sebelumnya. Maka Allah mendus-takan mereka dengan suatu perkara yang
mereka ketahui, yaitu, bahwa mereka mengetahui semua makanan sebelum
turunnya Taurat adalah halal bagi Bani Israil kecuali beberapa jenis saja
yang diharamkan oleh Isra`il –Nabi Ya'qub عليه السلام– atas dirinya dan
hal itu ia lakukan karena suatu penyakit yang dideritanya. Kemudian dalam
Taurat ada beberapa perkara yang diharamkan yang me-nasakh apa yang
sebelumnya halal, dan hal ini banyak terjadi. Katakan kepada mereka
apabila mereka mengingkari hal itu, ﴾ فَأۡتُواْ بِٱلتَّوۡرَىٰةِ
فَٱتۡلُوهَآ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ ﴿ "maka bawalah Taurat itu, lalu
bacalah ia jika kamu orang-orang yang benar" dengan keyakinan kalian bahwa
tidak ada nasakh, tidak pula ada penghalalan dan pengharaman. Ini
merupakan hujjah yang paling tegas yakni seseorang di-gugat dengan sesuatu
yang ia ketahui sendiri dan tidak ia ingkari. Apabila ia patuh terhadap
kebenaran itu, maka itulah yang seha-rusnya terjadi, namun apabila ia
enggan dan tidak patuh setelah keterangan tersebut, maka jelaslah
kebohongan, fitnah, kezhaliman dan batilnya apa yang ia yakini, dan itulah
realita kaum Yahudi.
{قُلْ صَدَقَ اللَّهُ فَاتَّبِعُوا مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا
كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (95)}
.
"Katakanlah, 'Benarlah
(apa yang difirmankan) Allah.' Maka ikutilah agama
Ibrahim yang lurus, dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang musyrik."
(Ali Imran: 95).
#
{95} أي: قل صدق الله في كل ما قاله ومن أصدق
من الله قيلاً وحديثاً؟ وقد بين في هذه الآيات من الأدلة على صحة رسالة
محمد - صلى الله عليه وسلم - وبراهين دعوته وبطلان ما عليه المنحرفون من
أهل الكتاب الذين كذبوا رسوله وردوا دعوته، فقد صدق الله في ذلك وأقنع
عباده على ذلك ببراهين وحجج تتصدع لها الجبال وتخضع لها الرجال، فتعين عند
ذلك على الناس كلهم اتباع ملة إبراهيم من توحيد الله وحده لا شريك له،
وتصديق كل رسول أرسله الله، وكل كتاب أنزله والإعراض عن الأديان الباطلة
المنحرفة، فإن إبراهيم كان معرضاً عن كل ما يخالف التوحيد متبرئاً من الشرك
وأهله.
(95) Maksudnya; katakanlah, Mahabenar Allah dalam
segala yang difirmankanNya dan siapakah yang lebih benar perkataan dan
ucapannya daripada Allah? Dalam ayat ini telah dijelaskan tentang dalil
benarnya kera-sulan Nabi Muhammad ﷺ, keterangan-keterangan yang jelas
ten-tang dakwahnya dan batilnya apa yang diyakini oleh orang-orang yang
menyimpang dari ahli Kitab yaitu orang-orang yang mendus-takan Rasulnya
dan mereka menolak dakwahnya. Mahabenar Allah dalam perkara itu dan Dia
telah meyakinkan hamba-hambaNya akan hal tersebut dengan bukti-bukti nyata
yang jelas dan hujjah-hujjah yang kuat yang akan mengguncang gunung dan
menun-dukkan orang-orang. Karena itu wajiblah bagi seluruh manusia pada
saat itu untuk mengikuti ajaran Ibrahim, yaitu mengesakan Allah semata
yang tidak ada sekutu bagiNya, mempercayai seluruh Rasul yang diutus oleh
Allah, dan setiap kitab yang diturunkan olehNya dan berpaling dari
agama-agama yang batil dan menyim-pang. Karena sesungguhnya Ibrahim عليه
السلام itu berpaling dari segala perkara yang bertentangan dengan tauhid
dan berlepas diri
(bara`) dari kesyirikan.
{إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا
وَهُدًى لِلْعَالَمِينَ (96) فِيهِ آيَاتٌ
بَيِّنَاتٌ مَقَامُ إِبْرَاهِيمَ وَمَنْ دَخَلَهُ كَانَ آمِنًا وَلِلَّهِ
عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا
وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
(97)}
.
"Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk
(tem-pat beribadah) manusia, ialah Baitullah yang
di Bakkah
(Makkah) yang diberkahi dan menjadi
petunjuk bagi semua manusia. Pada-nya terdapat tanda-tanda yang nyata,
(di antaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa
memasukinya
(Baitullah itu) menjadi aman-lah dia.
Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia untuk Allah, yaitu
(bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke
Bai-tullah. Barangsiapa mengingkari
(kewajiban haji), maka sesung-guhnya Allah
Mahakaya
(tidak memerlukan sesuatu) dari semesta
alam."
(Ali Imran: 96-97).
#
{96 ـ 97} يخبر تعالى بعظمة بيته الحرام،
وأنه أول البيوت التي وضعها الله في الأرض لعبادته وإقامة ذكره، وأن فيه من
البركات وأنواع الهدايات وتنوع المصالح والمنافع للعالمين شيء كثير وفضل
غزير، وأن فيه آيات بينات تُذَكِّر بمقامات إبراهيم الخليل وتنقلاته في
الحج ومن بعده تذكر بمقامات سيد الرسل وإمامهم، وفيه الأمن الذي من دخله
كان آمناً قدراً مؤمناً شرعاً وديناً. فلما احتوى على هذه الأمور التي هذه
مجملاتها وتكثر تفصيلاتها، أوجب الله حجّه على المكلفين المستطيعين إليه
سبيلاً، وهو الذي يقدر على الوصول إليه بأي مركوب يناسبه وزاد يتزوده،
ولهذا أتى بهذا اللفظ الذي يمكنه تطبيقه على جميع المركوبات الحادثة والتي
ستحدث، وهذا من آيات القرآن حيث كانت أحكامه صالحة لكل زمان وكل حال ولا
يمكن الصلاح التام بدونها. فمن أذعن لذلك وقام به فهو من المهتدين
المؤمنين، ومن كفر فلم يلتزم حج بيته فهو خارج عن الدين،
{ومن كفر فإن الله غني عن العالمين}.
(96-97) Allah تعالى memberitakan tentang keagungan
Bai-tullah al-Haram, dan bahwa Baitullah al-Haram itu adalah rumah yang
pertama dibangun oleh Allah di bumi untuk beribadah kepadaNya dan
menegakkan dzikir kepadaNya. Di dalamnya ada keberkahan, berbagai bentuk
hidayah, berbagai macam kemasla-hatan dan manfaat yang begitu besar untuk
alam semesta dan ke-utamaan yang melimpah. Di sana juga ada tanda-tanda
yang jelas yang mengingatkan kepada maqam-maqam Ibrahim عليه السلام
al-Khalil
[5] dan perpindahannya dalam melaksanakan
haji dan setelahnya, mengingatkan kepada maqam-maqam penghulu para Rasul
dan pemimpin mereka, dan padanya ada ketenangan di mana seseorang bila
memasukinya, niscaya dia akan merasa aman lagi tentram, serta beriman
secara syariat maupun agama. Ketika Baitullah al-Haram mengandung segala
kebaikan yang disebutkan secara umum ini dan akan banyak
perincian-perincian-nya, maka Allah mewajibkan para hamba yang mukallaf
yang mampu melakukan perjalanan kepadanya untuk menunaikan Haji. Yaitu
orang-orang yang mampu sampai ke Baitullah dengan me-ngendarai kendaraan
apa pun yang sesuai dengannya dan perbe-kalan yang harus disiapkannya.
Karena itulah Allah berfirman dengan lafazh tersebut yang memungkinkannya
untuk mengenda-rai segala bentuk kendaraan yang modern dan yang akan
muncul di kemudian hari. Inilah ayat-ayat al-Qur`an, di mana
hukum-hukumnya rele-van untuk setiap waktu dan setiap kondisi yang mana
tanpanya suatu perkara tidak akan baik secara sempurna. Barangsiapa yang
tunduk patuh kepadanya dan menunaikannya, maka dia termasuk di antara
orang-orang yang diberi petunjuk lagi beriman. Dan ba-rangsiapa yang
ingkar terhadapnya dan tidak menunaikan haji ke Baitullah, maka dia telah
keluar dari agama. ﴾ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ
ٱلۡعَٰلَمِينَ ﴿ "Dan barangsiapa mengingkari
(kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Mahakaya
(tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam."
{قُلْ يَاأَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ
وَاللَّهُ شَهِيدٌ عَلَى مَا تَعْمَلُونَ
(98) قُلْ يَاأَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تَصُدُّونَ
عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ مَنْ آمَنَ تَبْغُونَهَا عِوَجًا وَأَنْتُمْ
شُهَدَاءُ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ
(99)}
.
"Katakanlah, 'Hai Ahli Kitab, mengapa kamu mengingkari ayat-ayat Allah,
padahal Allah Maha menyaksikan apa yang kamu kerjakan?' Katakanlah, 'Hai
Ahli Kitab, mengapa kamu menghalang-halangi dari jalan Allah orang-orang
yang telah beriman, kamu menghendakinya menjadi bengkok, padahal kamu
menyaksikan?' Allah sekali-kali tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan."
(Ali Imran: 98-99).
#
{98 ـ 99} لمّا أقام فيما تقدم الحجج على أهل
الكتاب مع أنهم قبل ذلك يعرفون النبي - صلى الله عليه وسلم -، كما يعرفون
أبناءهم، وَبَّخَ المعاندين منهم بكفرهم بآيات الله وصدهم الخلق عن سبيل
الله لأن عوامهم تبع لعلمائهم، والله تعالى يعلم أحوالهم وسيجازيهم على ذلك
أتمَّ الجزاء وأوفاه.
(98-99) Dan ketika hujjah-hujjah telah tegak atas
Ahli Kitab, sebagaimana yang telah lewat, padahal mereka sebelum itu
mengenal Nabi ﷺ sebagaimana pengetahuan mereka kepada anak-anak mereka,
maka Allah menjelek-jelekkan dari kalangan mereka orang-orang yang
bersikeras menolak karena telah ingkar terhadap ayat-ayat Allah, dan
tindakan mereka menghalangi hamba-hamba Allah dari jalan Allah, karena
masyarakat awam mengikuti para ulama mereka. Dan Allah Maha Mengetahui
keadaan mereka dan akan membalas semua itu dengan pembalasan yang setimpal
dan penuh.
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تُطِيعُوا فَرِيقًا مِنَ الَّذِينَ
أُوتُوا الْكِتَابَ يَرُدُّوكُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ كَافِرِينَ
(100) وَكَيْفَ تَكْفُرُونَ وَأَنْتُمْ تُتْلَى
عَلَيْكُمْ آيَاتُ اللَّهِ وَفِيكُمْ رَسُولُهُ وَمَنْ يَعْتَصِمْ
بِاللَّهِ فَقَدْ هُدِيَ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
(101)}
.
"Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti seba-gian dari
orang-orang yang diberi al-Kitab, niscaya mereka akan mengembalikanmu
menjadi orang kafir sesudah kamu beriman. Bagaimanakah kamu
(sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah
dibacakan kepadamu, dan RasulNya pun berada di tengah-tengah kamu?
Barangsiapa yang berpegang teguh kepada
(agama) Allah, maka sesungguhnya dia telah diberi
petunjuk kepada jalan yang lurus."
(Ali Imran: 100-101).
#
{100 ـ 101} لمّا أقام الحجج على أهل الكتاب
ووبَّخهم بكفرهم وعنادهم، حذر عباده المؤمنين عن الاغترار بهم، وبين لهم أن
هذا الفريق منهم حريصون على إضراركم وردكم إلى الكفر بعد الإيمان، ولكن
ولله الحمد أنتم يا معشر المؤمنين، بعدما منَّ الله عليكم بالدين ورأيتم
آياته ومحاسنه ومناقبه وفضائله، وفيكم رسول الله الذي أرشدكم إلى جميع
مصالحكم، واعتصمتم بالله وبحبله الذي هو دينه يستحيل أن يردوكم عن دينكم،
لأن الدين الذي بني على هذه الأصولِ والدعائمِ الثابتة الأساس، المشرقة
الأنوار تنجذب إليه الأفئدة، ويأخذ بمجامع القلوب، ويوصل العباد إلى أجل
غاية وأفضل مطلوب. {ومن يعتصم بالله}؛
أي:
يتوكل عليه ويحتمي بحماه
{فقد هدي إلى صراط مستقيم}؛ وهذا فيه الحث
على الاعتصام به وأنه السبيل إلى السلامة والهداية.
(100-101) Ketika Allah telah menegakkan hujjah
atas Ahli Kitab dan menjelek-jelekkan mereka karena kekufuran dan
kedur-hakaan mereka, maka Allah mengingatkan kaum Mukminin agar tidak
terpedaya oleh mereka. Dan Allah menjelaskan kepada me-reka bahwa di
antara kelompok ini ada yang selalu bersemangat dalam membahayakan kalian
dan mengembalikan kalian kepada kekufuran setelah keimanan. Akan tetapi
segala puji hanya milik Allah, kalian semua wahai sekalian kaum Mukminin,
setelah Allah mengaruniakan kalian dengan agama ini dan kalian telah
menyak-sikan ayat-ayat Allah, kebaikanNya, keramahanNya dan
keutamaan-keutamaanNya, sementara Rasulullah ﷺ ada di tengah kalian yang
akan memberikan kalian petunjuk kepada segala perkara yang bermanfaat
untuk kalian, dan kalian berpegang teguh kepada Allah dan kepada tali
agamaNya, niscaya mustahil mereka mampu mengembalikan kalian dari agama
kalian. Karena agama yang dibangun di atas dasar-dasar dan tonggak-tonggak
yang kokoh seperti ini, yang cahayanya sangat terang menyinari, bisa
menarik hati manusia, dan menyatukan semua hati manusia, serta
menyam-paikan hamba kepada tujuan yang paling mulia dan keinginan yang
paling utama. ﴾ وَمَن يَعۡتَصِم بِٱللَّهِ
﴿ "Barangsiapa yang berpegang teguh kepada
(agama) Allah," maksudnya, bertawakal kepadaNya
dan berlindung di bawah perlindunganNya, ﴾
فَقَدۡ هُدِيَ إِلَىٰ صِرَٰطٖ مُّسۡتَقِيمٖ ﴿ "maka sesungguhnya dia telah
diberi petunjuk kepada jalan yang lurus." Demikianlah, di dalamnya
terdapat anjuran untuk berpegang teguh kepada
(agama) Allah dan bahwa hal itu adalah jalan
menuju keselamatan dan pe-tunjuk.
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا
تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
(102) وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا
وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ
كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ
بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ
فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ
لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ (103) وَلْتَكُنْ
مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ
بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ
الْمُفْلِحُونَ (104) وَلَا تَكُونُوا
كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ
الْبَيِّنَاتُ وَأُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
(105)}
.
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar
takwa kepadaNya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam
keadaan beragama Islam. Dan berpegang-lah kamu semuanya kepada tali
(agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai,
dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu
(pada masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah
mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu –karena nikmat Allah–
orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah ber-ada di tepi jurang neraka,
lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan
ayat-ayatNya kepada-mu, agar kamu mendapat petunjuk. Dan hendaklah ada di
antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada
yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar; merekalah orang-orang yang
beruntung. Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai
dan berselisih, sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka
itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat."
(Ali Imran: 102-105).
#
{102 ـ 105} هذه الآيات فيها حث الله عباده
المؤمنين أن يقوموا بشكر نعمه العظيمة بأن يتقوه حق تقواه، وأن يقوموا
بطاعته وترك معصيته مخلصين له بذلك، وأن يقيموا دينهم ويستمسكوا بحبله الذي
أوصله إليهم، وجعله السبب بينهم وبينه وهو دينه وكتابه، والاجتماع على ذلك
وعدم التفرق، وأن يستديموا ذلك إلى الممات. وذكرهم ما هم عليه قبل هذه
النعمة وهو أنهم كانوا أعداء متفرقين فجمعهم بهذا الدين وألّف بين قلوبهم
وجعلهم إخواناً، وكانوا على شفا حفرة من النار فأنقذهم من الشقاء، ونهج بهم
طريق السعادة؛ لذلك بين
{الله لكم آياته لعلكم تهتدون}؛ إلى شكر الله
والتمسك بحبله. وأمرهم بتتميم هذه الحالة، والسبب الأقوى الذي يتمكنون به
من إقامة دينهم بأن يتصدى منهم طائفة يحصل فيها الكفاية
{يدعون إلى الخير}؛
وهو الدين:
أصوله وفروعه وشرائعه
{ويأمرون بالمعروف}؛ وهو ما عرف حسنه شرعاً
وعقلاً {وينهون عن المنكر}؛ وهو ما عرف قبحه
شرعاً وعقلاً {وأولئك هم المفلحون}؛ المدركون
لكل مطلوب الناجون من كل مرهوب، ويدخل في هذه الطائفة أهل العلم والتعليم
والمتصدون للخطابة ووعظ الناس عموماً وخصوصاً والمحتسبون، الذين يقومون
بإلزام الناس بإقامة الصلوات وإيتاء الزكاة والقيام بشرائع الدين، وينهونهم
عن المنكرات. فكل من دعا الناس إلى خير على وجه العموم أو على وجه الخصوص،
أو قام بنصيحة عامة أو خاصة فإنه داخل في هذه الآية الكريمة. ثم نهاهم عن
سلوك مسلك المتفرقين الذين جاءهم الدين والبينات الموجب لقيامهم به
واجتماعهم، فتفرقوا واختلفوا وصاروا شيعاً، ولم يصدر ذلك عن جهل وضلال
وإنما صدر عن علم وقصد سيئ وبغي من بعضهم على بعض،
ولهذا قال:
{وأولئك لهم عذاب عظيم}؛
ثم بين متى يكون هذا العذاب العظيم ويمسهم هذا العذاب الأليم فقال:
(102-105) Ayat-ayat ini mengandung anjuran Allah
kepada hamba-hambaNya, kaum Mukminin agar mendirikan syukur atas
nikmat-nikmatNya yang besar yaitu dengan bertakwa kepadaNya dengan
sebenar-benar takwa, dan agar mereka menaatiNya dan meninggalkan
kemaksiatan terhadapNya secara tulus ikhlas untuk-Nya, dan agar mereka
menegakkan agama mereka dan berpegang teguh kepada tali Allah yang telah
Dia hantarkan kepada mereka. Dan Dia menjadikan tali itu –yaitu agama dan
kitabNya– sebagai sebab antara mereka denganNya, serta bersatu dengan
berpedoman pada agama dan kitabNya dan tidak saling bercerai berai, dan
agar mereka selalu konsisten atas hal itu hingga mereka meninggal. Lalu
Allah menyebutkan kondisi mereka yang dahulu sebe-lum adanya nikmat
tersebut, yaitu bahwasanya mereka dahulu saling bermusuhan dan bercerai
berai. Kemudian Allah menyatu-kan mereka dengan agama ini dan merekatkan
hati-hati mereka, serta menjadikan mereka sebagai saudara. Padahal mereka
dahulu berada di pinggir jurang api neraka, lalu Allah menyelamatkan
mereka dari kesengsaraan, dan memberikan jalan kebahagiaan bagi mereka. ﴾
كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمۡ ءَايَٰتِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تَهۡتَدُونَ
﴿ "Demikianlah Allah menerang-kan ayat-ayatNya kepadamu, agar kamu
mendapat petunjuk" untuk ber-syukur kepada Allah dan berpegang teguh
kepada tali agamaNya. Dan Allah memerintahkan mereka untuk
menyempurnakan kondisi seperti ini, dan sebab terkuat yang membantu
mereka menegakkan agama mereka adalah keberadaan sekelompok dari mereka
yang bergerak dengan jumlah yang cukup, ﴾
يَدۡعُونَ إِلَى ٱلۡخَيۡرِ
﴿ "yang menyeru kepada kebajikan", yaitu berupa pokok-pokok agama,
cabang-cabang, dan syariat-syariatnya, ﴾
وَيَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ
﴿ "menyuruh kepada yang ma'ruf," yaitu sesuatu yang diketahui nilai
baiknya, baik secara syariat maupun akal, ﴾
وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِۚ
﴿ "dan mencegah dari yang mungkar," yaitu sesuatu yang diketahui nilai
buruknya secara syariat maupun akal, ﴾
وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ
﴿ "dan merekalah orang-orang yang beruntung," orang-orang yang
mendapatkan segala yang diinginkan dan sela-mat dari segala yang
dikhawatirkan. Termasuk dalam kelompok tersebut adalah para ulama dan
para pendidik, orang-orang yang bergerak dengan berkhutbah, berceramah,
dan memberikan nasihat kepada manusia secara umum maupun khusus serta
orang-orang yang mengingatkan orang lain, yang bertugas mengontrol
manusia dalam pelaksanaan shalat lima waktu, penunaian zakat dan
penegakan syariat-syariat agama, serta melarang mereka dari segala
kemungkaran. Oleh karena itu, setiap orang yang menyeru manusia kepada
kebaikan secara umum atau secara khusus, atau dia memberikan nasihat
kepada masyarakat umum atau kelompok khusus, maka dia termasuk dalam
ayat yang mulia tersebut. Kemudian Allah melarang mereka dari menempuh
jalan orang-orang yang bercerai berai yang mana agama dan
keterangan-keterangan yang jelas telah mendatangi mereka yang
mengharus-kan mereka untuk melaksanakannya dan bersatu karenanya, namun
mereka bercerai berai dan berselisih, hingga mereka men-jadi
berkelompok-kelompok, dan itu tidaklah muncul akibat dari kebodohan
maupun kesesatan, akan tetapi muncul dari pengeta-huan dan tujuan yang
buruk, serta kesewenang-wenangan sebagian mereka atas sebagian yang
lain. Karena itulah Allah berfirman, ﴾
وَأُوْلَٰٓئِكَ لَهُمۡ عَذَابٌ عَظِيمٞ ﴿ "Dan mereka itulah orang-orang
yang mendapat siksa yang berat."
{يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ فَأَمَّا الَّذِينَ
اسْوَدَّتْ وُجُوهُهُمْ أَكَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ فَذُوقُوا
الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ
(106) وَأَمَّا الَّذِينَ ابْيَضَّتْ
وُجُوهُهُمْ فَفِي رَحْمَةِ اللَّهِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
(107)}
.
Kemudian Allah menjelaskan tentang kapan terjadinya siksa-an yang berat
tersebut dan
(kapan) mereka merasakan siksaan yang
pedih tersebut seraya berfirman, "Pada hari itu ada muka yang putih
berseri, dan ada pula muka yang hitam muram. Adapun orang-orang yang hitam
muram mukanya
(kepada mereka dikatakan), 'Kenapa
kamu kafir sesudah kamu beriman? Karena itu rasakanlah azab disebabkan
kekafiran-mu itu.' Adapun orang-orang yang putih berseri mukanya, maka
mereka berada dalam rahmat Allah
(surga); mereka
kekal di dalam-nya."
(Ali Imran: 106-107).
#
{106 ـ 107} يخبر تعالى بتفاوت الخلق يوم
القيامة في السعادة والشقاوة، وأنه تبيض وجوه أهل السعادة، الذين آمنوا
بالله، وصدقوا رسله وامتثلوا أمره واجتنبوا نهيه، وأن الله تعالى يدخلهم
الجنات ويفيض عليهم أنواع الكرامات وهم فيها خالدون،
وتسود وجوه أهل الشقاوة الذين كذبوا رسله وعصوا أمره وفرقوا دينهم شيعاً
وأنهم يوبخون فيقال:
{أكفرتم بعد إيمانكم}؛ فكيف اخترتم الكفر على
الإيمان {فذوقوا العذاب بما كنتم تكفرون}.
(106-107) Allah تعالى memberitakan tentang
perbedaan tingkatan para makhluk pada Hari Kiamat dalam kebahagiaan dan
kesengsaraan, dan bahwasanya wajah-wajah penghuni kebahagia-an akan
memutih yaitu orang-orang yang beriman kepada Allah, membenarkan
rasul-rasulNya, menaati perintahNya, menjauhi laranganNya, dan bahwasanya
Allah تعالى memasukkan mereka ke dalam surga, dan akan melimpahkan segala
kebaikan atas mereka, dan mereka akan kekal selamanya
(di dalam surga). Sebaliknya wajah-wajah para
penghuni kesengsaraan akan menghitam
(muram) yaitu
orang-orang yang mendustai para rasulNya, bermaksiat pada perintahNya dan
memecah belah agama mereka menjadi beberapa kelompok, dan bahwa mereka
akan dijelek-jelekkan sehingga di-katakan kepada mereka, ﴾ أَكَفَرۡتُم
بَعۡدَ إِيمَٰنِكُمۡ
﴿ "kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman?" Bagaimana mungkin kalian
memilih kekufuran atas keimanan? ﴾
فَذُوقُواْ ٱلۡعَذَابَ بِمَا كُنتُمۡ تَكۡفُرُونَ ﴿ "Karena itu rasakanlah
azab disebabkan kekafiranmu itu."
{تِلْكَ آيَاتُ اللَّهِ نَتْلُوهَا عَلَيْكَ بِالْحَقِّ وَمَا اللَّهُ
يُرِيدُ ظُلْمًا لِلْعَالَمِينَ (108) وَلِلَّهِ
مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَإِلَى اللَّهِ تُرْجَعُ
الْأُمُورُ (109)}
.
"Itulah ayat-ayat Allah. Kami bacakan ayat-ayat itu kepa-damu dengan
benar; dan tiadalah Allah berkehendak untuk meng-aniaya hamba-hambaNya.
Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan bumi; dan kepada
Allah-lah segala urusan dikemba-likan."
(Ali Imran: 108-109).
#
{108} يثني تعالى على ما قصه على نبيه من
آياته التي حصل بها الفرقان بين الحق والباطل وبين أولياء الله وأعدائه،
وما أعده لهؤلاء من الثواب وللآخرين من العقاب، وأن ذلك مقتضى فضله وعدله
وحكمته، وأنه لم يظلم عباده ولم ينقصهم من أعمالهم أو يعذب أحداً بغير ذنبه
أو يحمل عليه وزر غيره.
ولما ذكر أن له الأمر والشرع ذكر أن له تمام الملك والتصرف والسلطان
فقال:
(108) Allah تعالى memuji atas sesuatu yang telah
Dia cerita-kan kepada NabiNya, berupa ayat-ayatNya yang menjadi pembeda
antara yang benar dengan yang batil, antara wali-wali Allah dengan
musuh-musuhNya, dan sesuatu yang Allah siapkan untuk mereka berupa pahala
dan untuk selain mereka berupa hukuman, dan bahwa hal tersebut adalah
tuntutan karunia, keadilan, dan hikmah-Nya. Dan bahwasanya Allah tidaklah
menzhalimi hamba-hamba-Nya, tidak mengurangi
(pahala) dari amalan-amalan mereka atau menyiksa
seseorang tanpa ada dosa, atau memikulkan seseorang dengan dosa orang
lain. Dan ketika Allah memberitahukan bahwa kepunyaan Allah-lah segala
urusan dan syariat, maka Allah juga menyebutkan bahwa kepunyaanNya-lah
kesempurnaan kekuasaan, tindakan, dan kerajaanNya seraya berfirman,
#
{109}
{ولله ما في السموات وما في الأرض وإلى الله ترجع الأمور}؛ فيجازي المحسنين بإحسانهم والمسيئين بعصيانهم، وكثيراً ما يذكر الله
أحكامه الثلاثة مجتمعة يبين لعباده أنه الحاكم المطلق فله الأحكام القدرية
والأحكام الشرعية والأحكام الجزائية، فهو الحاكم بين عباده في الدنيا
والآخرة، ومن سواه من المخلوقات محكوم عليها ليس لها من الأمر شيء.
(109) ﴾ وَلِلَّهِ مَا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِي
ٱلۡأَرۡضِۚ وَإِلَى ٱللَّهِ تُرۡجَعُ ٱلۡأُمُورُ ﴿ "Kepunyaan Allah-lah
segala yang ada di langit dan di bumi; dan kepada Allah-lah segala urusan
dikembalikan," maka Allah akan membalas orang-orang yang berbuat kebajikan
dengan kebaikan mereka dan orang-orang yang berbuat kejelekan dengan
kemaksiatan mereka. Sering sekali Allah menyebutkan hukum-hukumNya yang
tiga itu secara ber-samaan, yang mana Allah menjelaskan kepada
hamba-hambaNya bahwa Dia-lah Pemutus perkara yang mutlak, milikNya-lah
keten-tuan-ketentuan takdir, ketentuan-ketentuan syariat, dan
ketentuan-ketentuan pembalasan. Maka Allah-lah Hakim di antara
hamba-hambaNya di dunia dan akhirat, sedangkan selain diriNya dari para
makhluk adalah orang-orang yang terkena ketentuan hukum atasnya yang tidak
memiliki hak
(menentukan hukum) sedikitpun.
{كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ
بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ
الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
(110) لَنْ يَضُرُّوكُمْ إِلَّا أَذًى وَإِنْ
يُقَاتِلُوكُمْ يُوَلُّوكُمُ الْأَدْبَارَ ثُمَّ لَا يُنْصَرُونَ
(111)}
.
"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada
Allah. Sekiranya Ahli Kitab ber-iman, tentulah itu lebih baik bagi mereka,
di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah
orang-orang yang fasik. Mereka sekali-kali tidak akan dapat membuat
mudarat kepadamu melainkan gangguan-gangguan celaan saja, dan jika mereka
memerangimu, pastilah mereka berbalik melarikan diri ke belakang
(kalah). Kemudian mereka tidak mendapat
pertolongan."
(Ali Imran: 110-111).
#
{110 ـ 111} هذا تفضيل من الله لهذه الأمة
بهذه الأسباب، التي تميزوا بها وفاقوا بها سائر الأمم، وأنهم خير الناس
للناس نصحاً ومحبة للخير ودعوة وتعليماً وإرشاداً وأمراً بالمعروف ونهياً
عن المنكر وجمعاً بين تكميل الخلق والسعي في منافعهم بحسب الإمكان، وبين
تكميل النفس بالإيمان بالله والقيام بحقوق الإيمان، وأن أهل الكتاب لو
آمنوا بمثل ما آمنتم به لاهتدوا وكان خيراً لهم ولكن لم يؤمن منهم إلا
القليل، وأما الكثير فهم فاسقون خارجون عن طاعة الله وطاعة رسوله محاربون
للمؤمنين ساعون في إضرارهم بكل مقدورهم، ومع ذلك فلن يضروا المؤمنين إلا
أذى باللسان، وإلا فلو قاتلوهم لولوا الأدبار ثم لا ينصرون. وقد وقع ما
أخبر الله به، فإنهم لما قاتلوا المسلمين ولوا الأدبار ونصر الله المسلمين
عليهم.
(110-111) Hal ini adalah keutamaan yang diberikan
Allah kepada umat ini dengan sebab-sebab tersebut, yang menjadikan mereka
istimewa karenanya dan mereka unggul di atas seluruh umat. Mereka adalah
sebaik-baik manusia untuk manusia dalam nasihat dan cinta kepada kebaikan,
dakwah, pengajaran, bimbingan, perintah kepada kebaikan dan larangan dari
kemungkaran, me-nyatukan kesempurnaan akhlak dan usaha dalam memberikan
manfaat kepada mereka sesuai dengan kemampuan, dan antara penyempurnaan
jiwa dengan beriman kepada Allah dan menunai-kan segala hak-hak keimanan.
Dan bahwa Ahli Kitab jika mereka beriman seperti kalian beriman kepadaNya,
niscaya mereka akan mendapatkan petunjuk, dan itulah yang baik buat
mereka. Akan tetapi yang beriman di antara mereka hanya sedikit, dan
mayo-ritasnya adalah orang-orang yang fasik yang keluar dari ketaatan
kepada Allah dan RasulNya, memerangi kaum Mukminin, dan berusaha dalam
memudaratkan mereka dengan segala kemampuan mereka. Tetapi walaupun
demikian, mereka tidak akan mampu memudaratkan kaum Mukminin kecuali
ejekan lisan saja, dan jika tidak demikian, sekiranya kaum Mukminin
memerangi mereka, pastilah mereka akan melarikan diri dan mereka tidak
akan ditolong. Dan apa yang dikabarkan oleh Allah tersebut benar-benar
telah terjadi, yaitu ketika mereka memerangi kaum Mukminin, maka mereka
malah berpaling dan melarikan diri, lalu Allah menolong kaum Mukminin
dalam memerangi mereka.
{ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُوا إِلَّا بِحَبْلٍ
مِنَ اللَّهِ وَحَبْلٍ مِنَ النَّاسِ وَبَاءُوا بِغَضَبٍ مِنَ اللَّهِ
وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الْمَسْكَنَةُ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا
يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ الْأَنْبِيَاءَ بِغَيْرِ
حَقٍّ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ
(112)}
.
"Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka
berpegang kepada tali
(agama) Allah dan tali
(perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali
mendapat kemur-kaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang
demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para
nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka
dan melampaui batas."
(Ali Imran: 112).
#
{112} هذا إخبار من الله تعالى أن اليهود
ضربت عليهم الذلة فهم خائفون أينما ثقفوا، ولا يؤمنهم شيء إلا معاهدة وسبب
يأمنون به يرضخون لأحكام الإسلام ويعترفون بالجزية أو بحبلٍ
{من الناس}؛ أي:
إذا كانوا تحت ولاية غيرهم ونظارتهم كما شوهد حالهم سابقاً ولاحقاً، فإنهم
لم يتمكنوا في الوقت الأخير من الملك المؤقت في فلسطين إلا بنصر الدول
الكبرى وتمهيدهم لهم كل سبب
{وباؤوا بغضب من الله}؛
أي:
قد غضب الله عليهم وعاقبهم بالذلة والمسكنة، والسبب في ذلك كفرهم بآيات
الله وقتلهم الأنبياء
{بغير حق}، أي:
ليس ذلك عن جهل وإنما هو بغي وعناد، تلك العقوبات المتنوعة عليهم
{بما عصوا وكانوا يعتدون}؛ فالله تعالى لم
يظلمهم ويعاقبهم بغير ذنب، وإنما الذي أجراه عليهم بسبب بغيهم وعدوانهم
وكفرهم وتكذيبهم للرسل وجناياتهم الفظيعة.
(112) Ini merupakan kabar dari Allah تعالى bahwa
kaum Yahudi itu diliputi oleh kehinaan sehingga mereka selalu takut di
mana pun mereka berada, tidak ada yang dapat menenangkan mereka kecuali
perjanjian damai dan suatu sebab yang bisa mem-buat mereka tenang, mereka
tunduk di bawah hukum-hukum Islam dan mereka membayar jizyah. Atau dengan
tali perjanjian ﴾ مِّنَ ٱلنَّاسِ
﴿ "dengan manusia," mak-sudnya, apabila mereka di bawah kekuasaan
selain mereka dan pengawasan bangsa lain, sebagaimana telah terlihat
dari kondisi mereka dahulu maupun yang akan datang, di mana mereka pada
masa terakhir ini tidak mampu menguasai secara temporal di Palestina
kecuali dengan bantuan negara-negara kuat dan penye-diaan prasarana
mereka untuk mereka dalam segala hal. ﴾
وَبَآءُو بِغَضَبٖ مِّنَ ٱللَّهِ
﴿ "Dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah," maksudnya,
sungguh Allah murka atas mereka dan meng-hukum mereka dengan kehinaan
dan kerendahan. Sebab-sebabnya adalah kekufuran mereka terhadap
ayat-ayat Allah dan pembunuh-an mereka terhadap para Nabi ﴾
بِغَيۡرِ حَقّٖۚ
﴿ "tanpa alasan yang benar." Maksudnya, hal tersebut tidaklah atas
dasar kebodohan, akan tetapi atas dasar kesewenang-wenangan dan
kedurhakaan. Hukuman yang bermacam-macam yang menimpa mereka, ﴾
بِمَا عَصَواْ وَّكَانُواْ يَعۡتَدُونَ ﴿ "disebabkan mereka durhaka dan
melampaui batas." Allah تعالى tidak menzhalimi mereka dan menyiksa mereka
tanpa adanya dosa, akan tetapi yang Allah timpakan atas mereka dise-babkan
oleh kesewenang-wenangan, permusuhan, kekufuran, pen-dustaan, dan
kejahatan mereka yang besar itu.
{لَيْسُوا سَوَاءً مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ أُمَّةٌ قَائِمَةٌ يَتْلُونَ
آيَاتِ اللَّهِ آنَاءَ اللَّيْلِ وَهُمْ يَسْجُدُونَ
(113) يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ
الْآخِرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ
وَيُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَأُولَئِكَ مِنَ الصَّالِحِينَ
(114) وَمَا يَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ فَلَنْ
يُكْفَرُوهُ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالْمُتَّقِينَ
(115)}
.
"Mereka itu tidak sama; di antara Ahli Kitab itu ada go-longan yang
berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam
hari, sedang mereka juga bersujud
(shalat). Mereka beriman kepada Allah dan Hari
Penghabisan, mereka menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang
mungkar dan bersegera kepada
(mengerjakan) pelbagai kebajikan; mereka itu
termasuk orang-orang yang shalih. Dan kebajikan apa saja yang mereka
kerjakan, maka sekali-kali mereka tidak diha-langi
(menerima pahala)nya; dan Allah Maha Mengetahui
orang-orang yang bertakwa."
(Ali Imran: 113-115).
#
{113 ـ 114} لما ذكر الله المنحرفين من أهل
الكتاب بيَّن حالة المستقيمين منهم وأن منهم أمة مقيمون لأصول الدين وفروعه
{يؤمنون بالله واليوم الآخر ويأمرون بالمعروف}؛ وهو الخير كله، وينهون عن المنكر وهو جميع الشر،
كما قال تعالى:
{ومن قوم موسى أمة يهدون بالحق وبه يعدلون}؛
و {يسارعون في الخيرات}؛ والمسارعة إلى
الخيرات قدر زائد على مجرد فعلها، فهو وصف لهم بفعل الخيرات والمبادرة
إليها وتكميلها بكل ما تتم به من واجب ومستحب.
(113-114) Tatkala Allah menyebutkan tentang
orang-orang yang menyimpang dari Ahli Kitab, maka Allah juga menjelaskan
tentang orang-orang yang istiqamah dari mereka dan bahwa ada di antara
mereka sekelompok orang yang menegakkan dasar-dasar agama dan
cabang-cabangnya, ﴾ يُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ
وَيَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ
﴿ "Mereka beriman kepada Allah dan Hari Penghabisan, mereka menyuruh
kepada yang ma'ruf," yaitu segala kebaikan, dan mereka melarang dari
yang mungkar, yaitu segala macam kejelekan, sebagaimana Allah تعالى
berfirman, ﴾
وَمِن قَوۡمِ مُوسَىٰٓ أُمَّةٞ يَهۡدُونَ بِٱلۡحَقِّ وَبِهِۦ يَعۡدِلُونَ 159
﴿ "Dan di antara kaum Musa itu terdapat suatu umat yang memberi
petunjuk (kepada manusia) dengan haq dan dengan
yang haq itulah me-reka menjalankan keadilan."
(Al-A'raf: 159). ﴾
وَيُسَٰرِعُونَ فِي ٱلۡخَيۡرَٰتِۖ ﴿ "Dan bersegera kepada
(mengerjakan) pelbagai kebajikan." Bersegera
melakukan pelbagai kebajikan merupakan nilai tambah daripada sekedar
melakukannya. Itu adalah ciri me-reka dalam mengamalkan kebajikan dan
bersegera melakukannya, serta menyempurnakannya dengan segala hal yang
melengkapinya, berupa perkara wajib maupun sunnah.
#
{115} ثم بين تعالى أن كل ما فعلوه من خير
قليل أو كثير فإن الله تعالى سيقبله حيث كان صادراً عن إيمان وإخلاص،
{فلن يكفروه}؛ يعني لن ينكر ما عملوه ولن
يهدر {والله عليم بالمتقين}؛ وهم الذين قاموا
بالخيرات وتركوا المحرمات لقصد رضا الله وطلب ثوابه.
(115) Kemudian Allah تعالى menjelaskan bahwa apa
pun yang mereka kerjakan berupa kebaikan, baik sedikit atau banyak, maka
Allah تعالى akan menerimanya, karena bersumber dari keimanan dan
keikhlasan, ﴾ فَلَن يُكۡفَرُوهُۗ
﴿ "maka sekali-kali mereka tidak dihalangi
(menerima pahala)nya", maksudnya, Allah tidak
akan mengingkari apa yang telah mereka lakukan dan tidak akan
menyia-nyiakannya. ﴾
وَٱللَّهُ عَلِيمُۢ بِٱلۡمُتَّقِينَ ﴿ "Dan Allah Maha Mengetahui
orang-orang yang bertakwa," mereka adalah orang-orang yang melakukan
kebajikan dan meninggalkan hal-hal yang diharamkan dengan tujuan ridha
Allah dan mengharap pahalaNya.
{إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَنْ تُغْنِيَ عَنْهُمْ أَمْوَالُهُمْ وَلَا
أَوْلَادُهُمْ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا وَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ
فِيهَا خَالِدُونَ (116) مَثَلُ مَا يُنْفِقُونَ
فِي هَذِهِ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَثَلِ رِيحٍ فِيهَا صِرٌّ أَصَابَتْ
حَرْثَ قَوْمٍ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ فَأَهْلَكَتْهُ وَمَا ظَلَمَهُمُ
اللَّهُ وَلَكِنْ أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
(117)}
.
"Sesungguhnya orang-orang yang kafir, baik harta maupun anak-anak mereka,
sekali-kali tidak dapat menolak azab Allah dari mereka sedikit pun. Dan
mereka adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. Perumpamaan harta
yang mereka naf-kahkan di dalam kehidupan dunia ini, adalah seperti
perumpamaan angin yang mengandung hawa yang sangat dingin, yang menimpa
tanaman kaum yang menganiaya diri sendiri, lalu angin itu me-rusaknya.
Allah tidak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri
mereka sendiri."
(Ali Imran: 116-117).
#
{116 ـ 117} بين تعالى أن الكفار الذين كفروا
بآيات الله وكذبوا رسله أنه لا ينقذهم من عذاب الله منقذ ولا ينفعهم نافع
ولا يشفع لهم عند الله شافع، وأن أموالهم وأولادهم التي كانوا يعدونها
للشدائد والمكاره لا تفيدهم شيئاً وأن نفقاتهم التي أنفقوها في الدنيا لنصر
باطلهم ستضمحل، وأن مثلها {كمثل}؛ حرث أصابته
{ريح}؛ شديدة
{فيها صر}؛ أي: برد
شديد أو نار محرقة فأهلكت ذلك الحرث وذلك بظلمهم فلم يظلمهم الله، ويعاقبهم
بغير ذنب، وإنما ظلموا أنفسهم. وهذه كقوله تعالى:
{إن الذين كفروا ينفقون أموالهم ليصدوا عن سبيل الله فسينفقونها ثم تكون
عليهم حسرة ثم يغلبون}.
(116-117) Allah تعالى menerangkan bahwa
orang-orang kafir yang mengingkari ayat-ayat Allah dan mendustakan para
rasulNya tidak akan ada penyelamat yang menyelamatkan mereka dari siksa
Allah dan tidak pula ada pemberi syafa'at kepada me-reka di sisi Allah.
Dan bahwasanya harta dan anak-anak mereka yang disiapkan untuk menghadapi
kesulitan dan bencana tidak akan berguna bagi mereka sama sekali. Infak
yang mereka keluarkan di dunia untuk membela keba-tilan mereka akan
lenyap, dan bahwa perumpamaannya ﴾ كَمَثَلِ
﴿ "adalah seperti perumpamaan" tanaman yang ditimpa ﴾
رِيحٖ
﴿ "angin" kencang, ﴾ فِيهَا صِرٌّ
﴿ "yang mengandung hawa yang sangat dingin," mak-sudnya, hawa dingin
yang menusuk atau panas yang membakar, lalu menghancurkan tanaman
tersebut, dan hal tersebut adalah akibat dari kezhaliman mereka, maka
Allah tidak menzhalimi me-reka dan menyiksa mereka tanpa suatu dosa,
akan tetapi mereka-lah yang telah menzhalimi diri mereka sendiri. Ini
sebagaimana Firman Allah تعالى, ﴾
إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ يُنفِقُونَ أَمۡوَٰلَهُمۡ لِيَصُدُّواْ عَن
سَبِيلِ ٱللَّهِۚ فَسَيُنفِقُونَهَا ثُمَّ تَكُونُ عَلَيۡهِمۡ ثُمَّ
يُغۡلَبُونَۗ ﴿ "Sesungguhnya orang-orang yang kafir menafkahkan harta
mereka untuk menghalangi
(orang) dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan
harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka, kemudian mereka akan
dikalahkan."
(Al-Anfal: 36).
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِنْ
دُونِكُمْ لَا يَأْلُونَكُمْ خَبَالًا وَدُّوا مَاعَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ
الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ
قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْآيَاتِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ
(118) هَاأَنْتُمْ أُولَاءِ تُحِبُّونَهُمْ
وَلَا يُحِبُّونَكُمْ وَتُؤْمِنُونَ بِالْكِتَابِ كُلِّهِ وَإِذَا
لَقُوكُمْ قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا عَضُّوا عَلَيْكُمُ
الْأَنَامِلَ مِنَ الْغَيْظِ قُلْ مُوتُوا بِغَيْظِكُمْ إِنَّ اللَّهَ
عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ (119) إِنْ
تَمْسَسْكُمْ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْ وَإِنْ تُصِبْكُمْ سَيِّئَةٌ
يَفْرَحُوا بِهَا وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لَا يَضُرُّكُمْ
كَيْدُهُمْ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ
(120)}
.
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil men-jadi teman
kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu,
(karena) mereka tidak henti-hentinya
(menimbulkan) kemudarat-an bagimu. Mereka menyukai
apa yang menyusahkanmu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa
yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah
Kami te-rangkan kepadamu ayat-ayat
(Kami), jika
kamu memahaminya. Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka
tidak menyukaimu, dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila
mereka menjumpaimu, mereka berkata, 'Kami beriman,' dan apabila mereka
menyendiri, mereka menggigit ujung jari lan-taran marah bercampur benci
terhadapmu. Katakanlah
(kepada mereka), 'Matilah
kamu karena kemarahanmu itu.' Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi
hati. Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi
jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu
bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak
mendatangkan kemu-daratan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala
apa yang mereka kerjakan."
(Ali Imran: 118-120).
#
{118 ـ 119} هذا تحذير من الله لعباده عن
ولاية الكفار واتخاذهم بطانة أو خصيصة وأصدقاء، يسرون إليهم ويفضون لهم
بأسرار المؤمنين، فوضح لعباده المؤمنين الأمور الموجبة للبراءة من اتخاذهم
بطانة، بأنهم {لا يألونكم خبالاً} أي حريصون
غير مقصرين في إيصال الضرر بكم، وقد بدت البغضاء من كلامهم وفلتات ألسنتهم
وما تخفيه صدورهم من البغضاء والعداوة
{أكبر} مما ظهر لكم من أقوالهم وأفعالهم، فإن
كانت لكم فهوم وعقول فقد وضح الله لكم أمرهم، وأيضاً فما الموجب لمحبتهم
واتخاذهم أولياء وبطانة، وقد تعلمون منهم الانحراف العظيم في الدين وفي
مقابلة إحسانكم؟ فأنتم مستقيمون على أديان الرسل تؤمنون بكل رسول أرسله
الله وبكل كتاب أنزله الله وهم يكفرون بأجلّ الكتب وأشرف الرسل، وأنتم
تبذلون لهم من الشفقة والمحبة ما لا يكافئونكم على أقل القليل منه، فكيف
تحبونهم وهم لا يحبونكم وهم يداهنونكم وينافقونكم، فإذا لقوكم
{قالوا آمنا وإذا خلوا} مع بني جنسهم
{عضوا عليكم الأنامل} من شدة الغيظ والبغض
لكم ولدينكم، قال تعالى:
{قل موتوا بغيظكم}؛
أي:
سترون من عز الإسلام وذل الكفر ما يسوءكم، وتموتون بغيظكم فلن تدركوا شفاء
ذلك بما تقصدون
{إن الله عليم بذات الصدور}؛ فلذلك بين
لعباده المؤمنين ما تنطوي عليه صدور أعداء الدين من الكفار والمنافقين.
(118-119) Ini adalah peringatan Allah untuk
hamba-ham-baNya dari tindakan mengangkat orang-orang kafir sebagai
pe-mimpin mereka, menjadikan mereka sahabat-sahabat terpercaya, dan
teman-teman dekat, menampakkan dan membuka rahasia-rahasia kaum Mukminin
kepada mereka. Lalu Allah menjelaskan kepada hamba-hambaNya yang beriman
tentang perkara-perkara yang mengharuskan mereka berlepas diri dari
tindakan menjadi-kan orang-orang kafir itu sebagai sahabat terpercaya,
karena me-reka ﴾ لَا يَأۡلُونَكُمۡ خَبَالٗا
﴿ "tidak henti-hentinya
(menimbulkan) kemudaratan bagimu." Mereka
berusaha tanpa pernah lelah, dalam mengakibat-kan kemudaratan bagi
kalian, dan sungguh telah nampak adanya kebencian dari perkataan dan
ketergelinciran lisan mereka. Keben-cian dan permusuhan yang
disembunyikan oleh hati mereka ﴾
أَكۡبَرُۚ
﴿ "adalah lebih besar lagi" daripada sesuatu yang dinampakkan oleh
mereka berupa perkataan maupun perbuatan mereka. Bila kalian mempunyai
pemahaman dan akal pikiran, maka sungguh Allah telah menjelaskan bagi
kalian perkara mereka. Lalu apa faktor yang mengharuskan untuk mencintai
mereka dan menjadikan mereka sebagai pemimpin-pemimpin atau teman-teman
terpercaya, padahal kalian mengetahui adanya penyimpangan agama yang
besar pada mereka dan juga pada balasan kebaikan kalian terhadap mereka?
Kalian itu adalah orang-orang yang istiqamah berpegang teguh pada
agama-agama para Rasul. Kalian beriman kepada semua Rasul yang diutus
oleh Allah dan kepada setiap kitab yang diturunkan olehNya, sedang
mereka mengingkari kitab yang paling utama dan Rasul yang paling mulia.
Kalian memberikan mereka (semua) cinta dan kasih
sayang yang sama sekali mereka tidak memberikan imbalan minimal yang
setimpal untuk kalian. Lalu bagaimana bisa kalian mencintai mereka
sedang mereka tidak mencintai kalian. Mereka menjilat kalian dan berlaku
nifak terhadap kalian? Dan bila mereka menjumpai kalian, ﴾
قَالُوٓاْ ءَامَنَّا وَإِذَا خَلَوۡاْ
﴿ "mereka berkata, 'Kami beriman,' dan apabila mereka menyen-diri"
bersama dengan kelompok mereka sendiri, ﴾
عَضُّواْ عَلَيۡكُمُ ٱلۡأَنَامِلَ
﴿ "mereka menggigit ujung jari" disebabkan karena kemarahan yang besar
dan kebencian mereka terhadap kalian dan agama kalian. Allah تعالى
berfirman, ﴾
قُلۡ مُوتُواْ بِغَيۡظِكُمۡۗ
﴿ "Katakanlah (kepada mereka), 'Matilah kamu
karena kemarahanmu itu'." Maksudnya, kalian akan menyaksikan kemuliaan
Islam dan kehinaan kufur yang akan membuat kalian mendapatkan keburukan,
dan kalian meninggal disebabkan amarah kalian sehingga kalian tidak
mendapatkan penawar untuknya seperti yang kalian inginkan. ﴾
إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمُۢ بِذَاتِ ٱلصُّدُورِ ﴿ "Sesungguhnya Allah mengetahui
segala isi hati." Karena itu Allah menjelaskan kepada hamba-hambaNya yang
Mukmin apa yang dikandung oleh hati musuh-musuh agama dari orang-orang
kafir dan munafik.
#
{120}
{إن تمسسكم حسنة}؛ عز ونصر وعافية وخير
{تسؤهم، وإن تصبكم سيئة}؛ من إدالة العدو أو
حصول بعض المصائب الدنيوية {يفرحوا بها}؛
وهذا وصف العدو الشديدة عداوته. لما بين تعالى شدة عداوتهم، وشرح ما هم
عليه من الصفات الخبيثة أمر عباده المؤمنين بالصبر ولزوم التقوى، وأنهم إذا
قاموا بذلك فلن يضرهم كيد أعدائهم شيئاً، فإن الله محيط بهم وبأعمالهم
وبمكائدهم التي يكيدونكم فيها، وقد وعدكم عند القيام بالتقوى أنهم لا
يضرونكم شيئاً فلا تشكوا في حصول ذلك.
(120) ﴾ إِن تَمۡسَسۡكُمۡ حَسَنَةٞ
﴿ "Jika kamu memperoleh kebaikan;" kemu-liaan, kemenangan, keselamatan,
dan kebaikan, ﴾
تَسُؤۡهُمۡ وَإِن تُصِبۡكُمۡ سَيِّئَةٞ
﴿ "niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana"
berupa penguasaan musuh atau terjadinya beberapa musibah duniawi,
﴾
يَفۡرَحُواْ بِهَاۖ ﴿ "niscaya mereka bergembira karenanya." Ini adalah
sifat dari musuh yang sangat sengit sekali permusuhannya. Ketika Allah
menerangkan tentang permusuhan mereka yang begitu keras dan menjelaskan
tentang sifat keji yang ada pada mereka, maka Allah memerintahkan
hamba-hambaNya yang Mukmin untuk bersabar dan konsisten terhadap
ketakwaan, dan bahwa bila mereka mene-gakkan hal itu, niscaya tipu daya
musuh mereka tidak akan me-mudaratkan mereka sedikit pun. Sesungguhnya
Allah meliputi mereka semua, perbuatan-perbuatan mereka, tipu daya mereka
yang mereka gencarkan terhadap kalian, dan sungguh Allah telah berjanji
kepada kalian ketika kalian menegakkan ketakwaan, bahwa mereka tidak akan
memudaratkan kalian sedikit pun, maka janganlah kalian bersedih dengan
terjadinya hal tersebut.
{وَإِذْ غَدَوْتَ مِنْ أَهْلِكَ تُبَوِّئُ الْمُؤْمِنِينَ مَقَاعِدَ
لِلْقِتَالِ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
(121) إِذْ هَمَّتْ طَائِفَتَانِ مِنْكُمْ أَنْ
تَفْشَلَا وَاللَّهُ وَلِيُّهُمَا وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ
الْمُؤْمِنُونَ (122) وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ
اللَّهُ بِبَدْرٍ وَأَنْتُمْ أَذِلَّةٌ فَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ
تَشْكُرُونَ (123) إِذْ تَقُولُ لِلْمُؤْمِنِينَ
أَلَنْ يَكْفِيَكُمْ أَنْ يُمِدَّكُمْ رَبُّكُمْ بِثَلَاثَةِ آلَافٍ مِنَ
الْمَلَائِكَةِ مُنْزَلِينَ (124) بَلَى إِنْ
تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا وَيَأْتُوكُمْ مِنْ فَوْرِهِمْ هَذَا
يُمْدِدْكُمْ رَبُّكُمْ بِخَمْسَةِ آلَافٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ
مُسَوِّمِينَ (125) وَمَا جَعَلَهُ اللَّهُ
إِلَّا بُشْرَى لَكُمْ وَلِتَطْمَئِنَّ قُلُوبُكُمْ بِهِ وَمَا النَّصْرُ
إِلَّا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ
(126) لِيَقْطَعَ طَرَفًا مِنَ الَّذِينَ
كَفَرُوا أَوْ يَكْبِتَهُمْ فَيَنْقَلِبُوا خَائِبِينَ
(127)}
.
"Dan
(ingatlah), ketika kamu berangkat pada pagi
hari dari
(rumah) keluargamu, akan menempatkan
para Mukmin di bebe-rapa tempat untuk berperang. Dan Allah Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui, ketika dua golongan darimu ingin
(mundur) karena takut, padahal Allah adalah
penolong bagi kedua golongan itu. Oleh karena itu, hendaklah karena Allah
saja orang-orang Mukmin bertawakal. Sungguh Allah telah menolongmu dalam
perang Badar, padahal kamu
(ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu
bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya.
(Ingatlah), ketika kamu mengatakan kepada orang
Mukmin, 'Apakah tidak cukup bagimu Allah membantumu dengan tiga ribu
malaikat yang diturunkan
(dari langit).' Ya
(cukup), jika kamu bersabar dan bertakwa dan
mereka datang menyerangmu dengan seketika itu juga, niscaya Rabbmu
menolongmu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda. Dan Allah tidak
menjadikan pem-berian bala bantuan itu melainkan sebagai kabar gembira
bagi
(kemenangan)mu, dan agar tentram hatimu
karenanya. Dan tidak-lah kemenanganmu itu melainkan dari Allah Yang
Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.
(Allah menolongmu dalam perang Badar dan memberi bantuan itu)
untuk membinasakan segolongan orang-orang yang kafir, atau untuk
menjadikan mereka hina, lalu mereka kembali dengan tiada memperoleh
apa-apa."
(Ali Imran: 121-127).
#
{121} وذلك يوم أحد حين خرج - صلى الله عليه
وسلم - بالمسلمين، حين وصل المشركون بجمعهم إلى قريب من أحد، فنزَّلهم -
صلى الله عليه وسلم - منازلهم، ورتبهم في مقاعدهم، ونظمهم تنظيماً عجيباً،
يدل على كمال رأيه وبراعته الكاملة في علوم السياسة، كما كان كاملاً في كل
المقامات، {والله سميع عليم}؛ لا يخفى عليه
شيء من أموركم.
(121) Itu adalah pada perang Uhud ketika Nabi ﷺ
pergi bersama kaum Muslimin, di saat kaum musyrikin dengan kelom-pok
mereka telah sampai pada tempat yang dekat dari Uhud, lalu beliau
menempatkan mereka pada posisi mereka masing-masing, mengatur mereka
secara tertib pada kedudukan mereka dengan suatu pengaturan yang sangat
cemerlang, yang menunjukkan akan kematangan pikirannya dan kemahirannya
yang sempurna dalam urusan siasat perang, sebagaimana beliau sempurna
dalam segala tindakan, ﴾ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ ﴿ "dan Allah Maha
Mendengar lagi Maha Me-ngetahui", maksudnya, tidak ada sesuatu pun dari
urusan kalian yang tersembunyi dariNya.
#
{122}
{إذ همت طائفتان منكم أن تفشلا}؛ وهم بنو
سلمة وبنو حارثة لكن تولاهما الباري بلطفه ورعايته وتوفيقه،
{وعلى الله فليتوكل المؤمنون}؛ فإنهم إذا
توكلوا عليه كفاهم وأعانهم وعصمهم من وقوع ما يضرهم في دينهم ودنياهم. وفي
هذه الآية ونحوها وجوب التوكل وأنه على حسب إيمان العبد يكون توكله،
والتوكل:
هو اعتماد العبد على ربه في حصول منافعه ودفع مضاره.
(122) ﴾ إِذۡ هَمَّت طَّآئِفَتَانِ مِنكُمۡ أَن
تَفۡشَلَا
﴿ "Ketika dua golongan darimu ingin
(mundur) karena takut," mereka itu adalah Bani
Salimah dan Bani Haritsah, akan tetapi Allah menolong mereka disebabkan
kasih sayangNya, perlindunganNya, dan bimbinganNya. ﴾
وَعَلَى ٱللَّهِ فَلۡيَتَوَكَّلِ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ﴿ "Oleh karena itu,
hendaklah kepada Allah saja orang-orang Mukmin bertawakal", karena bila
mereka bertawakal kepadaNya, niscaya Allah akan mencukupi, menolong
mereka, dan melindungi mereka dari tertimpa oleh sesuatu yang dapat
memudaratkan bagi agama dan dunia mereka. Dalam ayat ini dan yang
semisalnya mengandung hukum kewajiban bertawakal dan bahwa sebesar
keimanan seseorang maka sebesar itu pulalah tawakalnya. Dan tawakal itu
adalah bersandar-nya seorang hamba kepada Rabbnya dalam memperoleh manfaat
dan menolak mudarat dari dirinya.
Dan tatkala Allah menyebutkan tentang keadaan mereka dalam perang Uhud dan
apa yang terjadi pada mereka berupa musibah, maka Allah juga menyebutkan
pertolongan Allah dan nikmatNya atas mereka pada perang Badar, agar mereka
bersyukur kepada Rabb mereka dan agar hal itu dapat meringankan kejadian
pada perang Uhud tersebut. Lalu Allah berfirman,
#
{123} وإذ
{نصركم الله ببدر وأنتم أذلة}؛ في عَددكم
وعِددكم، فكانوا ثلاثمائة وبضعة عشر في قلة ظهْرٍ ورثاثة سلاح، وأعداؤهم
يناهزون الألف في كمال العدة والسلاح
{فاتقوا الله لعلكم تشكرون}؛ الذي أنعم عليكم
بنصره.
(123) Dan ingatlah ketika ﴾ نَصَرَكُمُ ٱللَّهُ
بِبَدۡرٖ وَأَنتُمۡ أَذِلَّةٞۖ
﴿ "Allah telah menolongmu dalam perang Badar, padahal kamu
(ketika itu) orang-orang yang lemah" dari segi
jumlah dan perlengkapan kalian. Saat itu kaum Muslimin berjumlah tiga
ratus sekian belas dengan kuda yang sedikit dan senjata yang usang,
padahal musuh mereka ham-pir mencapai seribu pasukan, dengan
perlengkapan senjata yang mumpuni, ﴾
فَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُونَ ﴿ "karena itu bertakwalah
kepada Allah, supaya kamu mensyukuriNya", Yang telah memberikan karuniaNya
atas kalian dengan pertolonganNya.
#
{124}
{إذ تقول} مبشراً
{للمؤمنين}؛
مثبتاً لجنانهم:
{ألن يكفيكم أن يمدكم ربكم بثلاثة آلاف من الملائكة منزلين}.
(124) ﴾ إِذۡ تَقُولُ
﴿ "(Ingatlah), ketika kamu mengatakan" seraya
memberikan kabar gembira ﴾
لِلۡمُؤۡمِنِينَ
﴿ "kepada kaum Mukminin" demi meneguhkan hati mereka, ﴾
أَلَن يَكۡفِيَكُمۡ أَن يُمِدَّكُمۡ رَبُّكُم بِثَلَٰثَةِ ءَالَٰفٖ مِّنَ
ٱلۡمَلَٰٓئِكَةِ مُنزَلِينَ ﴿ "Apakah tidak cukup bagimu Allah membantumu
dengan tiga ribu ma-laikat yang diturunkan
(dari langit)?"
#
{125}
{بلى إن تصبروا وتتقوا ويأتوكم من فورهم هذا}؛ أي: من حملتهم هذه بهذا الوجه.
{يمددكم ربكم بخمسة آلاف من الملائكة مسومين}؛ أي: معلمين علامة الشجعان. واختلف الناس هل كان
هذا الإمداد حصل فيه من الملائكة مباشرة للقتال، كما قاله بعضهم أو أن ذلك
تثبيت من الله لعباده المؤمنين،
وإلقاء الرعب في قلوب المشركين كما قاله كثير من المفسرين ويدل عليه
قوله:
(125) ﴾ بَلَىٰٓۚ إِن تَصۡبِرُواْ وَتَتَّقُواْ
وَيَأۡتُوكُم مِّن فَوۡرِهِمۡ هَٰذَا
﴿ "Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bertakwa,
dan mereka datang menyerangmu dengan seketika itu juga", maksudnya,
turunnya mereka (para malaikat tersebut) adalah
dalam kondisi seperti ini, ﴾
يُمۡدِدۡكُمۡ رَبُّكُم بِخَمۡسَةِ ءَالَٰفٖ مِّنَ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةِ
مُسَوِّمِينَ ﴿ "niscaya Allah menolongmu dengan lima ribu Malaikat yang
memakai tanda," yaitu, mengajarkan tanda-tanda para pemberani. Para ulama
berbeda pendapat tentang pertolongan itu, apa-kah dengan para malaikat
secara langsung ikut berperang sebagai-mana yang dikatakan oleh sebagian
ulama, atau pertolongan itu berupa peneguhan dari Allah bagi
hamba-hambaNya yang Mukmin, dan menjatuhkan rasa takut pada hati kaum
musyrikin sebagai-mana yang dikatakan oleh sebagian besar ahli tafsir,
yang dapat menjadi dasarnya adalah Firman Allah,
#
{126}
{وما جعله الله إلا بشرى لكم ولتطمئن قلوبكم به وما النصر إلا من عند
الله العزيز الحكيم}، وفي هذا أن الأسباب لا يعتمد عليها العبد بل يعتمد على الله، وإنما
الأسباب وتوفرها فيها طمأنينة للقلوب وثبات على الخير.
(126) ﴾ وَمَا جَعَلَهُ ٱللَّهُ إِلَّا بُشۡرَىٰ
لَكُمۡ وَلِتَطۡمَئِنَّ قُلُوبُكُم بِهِۦۗ وَمَا ٱلنَّصۡرُ إِلَّا مِنۡ عِندِ
ٱللَّهِ ٱلۡعَزِيزِ ٱلۡحَكِيمِ ﴿ "Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala
bantuan itu melainkan sebagai kabar gembira bagi
(kemenangan)mu, dan agar tentram hatimu karenanya.
Dan tidaklah kemenanganmu itu melainkan dari Allah Yang Mahaperkasa lagi
Mahabijaksana." Dalam hal ini, seorang hamba tidak boleh bersandar kepada
sebab-sebab, akan tetapi dia harus bersandar kepada Allah, sedangkan
terjadinya sebab-sebab itu semata-mata merupakan ketenangan bagi hati dan
keteguhan atas kebaikan.
#
{127}
{ليقطع طرفا من الذين كفروا أو يكبتهم فينقلبوا خائبين}؛ أي: نصر الله لعباده المؤمنين لا يعدو أن يكون
قطعاً لطرف من الكفار، أو ينقلبوا بغيظهم لم ينالوا خيراً كما أرجعهم يوم
الخندق بعد ما كانوا قد أتوا على حرد قادرين أرجعهم الله بغيظهم خائبين.
(127) ﴾ لِيَقۡطَعَ طَرَفٗا مِّنَ ٱلَّذِينَ
كَفَرُوٓاْ أَوۡ يَكۡبِتَهُمۡ فَيَنقَلِبُواْ خَآئِبِينَ ﴿ "
(Allah menolong-mu dalam perang Badar dan memberi bala bantuan
itu), untuk membina-sakan segolongan orang-orang yang kafir, atau untuk
menjadikan mereka hina lalu mereka kembali dengan tiada memperoleh
apa-apa", maksud-nya, pembelaan Allah terhadap hamba-hambaNya yang Mukmin
tidaklah melebihi batas dari sekedar membinasakan sekelompok dari kaum
kafir atau mereka kembali dengan kemarahan di hati mereka dalam keadaan
tidak mendapatkan kebaikan, sebagaimana Allah memulangkan mereka pada
perang Khandaq setelah mereka datang dengan niat bulat dan kekuatan, lalu
Allah mengembalikan mereka dengan kemarahan di hati mereka dan
kesia-siaan.
{لَيْسَ لَكَ مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ أَوْ
يُعَذِّبَهُمْ فَإِنَّهُمْ ظَالِمُونَ
(128)}
.
"Tak ada sedikit pun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah
menerima taubat mereka, atau mengazab mereka, karena sesungguhnya mereka
itu adalah orang-orang yang zhalim."
(Ali Imran: 128).
#
{128} لما أصيب - صلى الله عليه وسلم -
يوم أحد وكسرت رباعيته وشج رأسه جعل يقول:
«كيف يفلح قوم شجوا وجه نبيهم وكسروا رباعيته »؛
فأنزل الله تعالى هذه الآية، وبيَّن أن الأمر كله لله وأن الرسول - صلى
الله عليه وسلم - ليس له من الأمر شيء، لأنه عبد من عبيد الله والجميع تحت
عبودية ربهم مدبَّرون لا مدبِّرون، وهؤلاء الذين دعوت عليهم أيها الرسول أو
تباعدت فلاحهم وهدايتهم إن شاء الله تاب عليهم ووفقهم للدخول في الإسلام،
وقد فعل، فإن أكثر أولئك هداهم الله فأسلموا، وإن شاء الله عذبهم فإنهم
ظالمون مستحقون لعقوبات الله وعذابه.
(128) Ketika Nabi ﷺ tertimpa musibah pada perang
Uhud hingga gigi depan beliau patah, kepala beliau terluka, beliau
ber-sabda, كَيْفَ يُفْلِحُ قَوْمٌ شَجُّوْا نَبِيَّهُمْ وَكَسَرُوْا
رَبَاعِيَتَهُ. "Bagaimana
(mungkin) akan beruntung
suatu kaum yang telah melukai wajah Nabi mereka dan memecahkan
giginya."
[6]
Maka Allah menurunkan ayat di atas, dan menjelaskan bahwa segala urusan
itu milik Allah dan bahwa Rasulullah ﷺ tidak memiliki wewenang sedikit
pun, karena beliau hanyalah seorang hamba dari hamba-hamba Allah, sedang
mereka semuanya ada di bawah penghambaan kepada Rabb, mereka itu adalah
yang diatur, bukan yang mengatur. Dan mereka yang telah engkau doakan
ke-burukan wahai Rasul, atau yang telah engkau mustahilkan men-dapatkan
petunjuk dan keberuntungan, bila Allah menghendaki, niscaya Dia mengampuni
mereka, dan memberi mereka taufik masuk ke dalam Islam, dan itu telah
dilakukan olehNya, karena mayoritas dari orang-orang tersebut telah diberi
hidayah oleh Allah sehingga mereka masuk Islam. Dan bila Allah kehendaki,
Dia pun akan menyiksa mereka karena mereka adalah orang-orang yang zhalim
yang berhak mendapatkan hukuman dan siksa dari Allah.
{وَلِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ يَغْفِرُ لِمَنْ
يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
(129)}
.
"Kepunyaan Allah sesuatu yang ada di langit dan yang ada di bumi. Dia
memberi ampun kepada siapa yang Dia kehendaki dan Dia menyiksa siapa yang
Dia kehendaki, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
(Ali Imran: 129).
#
{129} يخبر تعالى أنه هو المتصرف في العالم
العلوي والسفلي وأنه يتوب على من يشاء فيغفر له ويخذل من يشاء فيعذبه،
{والله غفور رحيم} فمن صفته اللازمة كمال
المغفرة والرحمة ووجود مقتضياتها في الخلق والأمر يغفر للتائبين ويرحم من
قام بالأسباب الموجبة للرحمة، قال تعالى:
{وأطيعوا الله والرسول لعلكم تُرحمون}.
(129) Allah تعالى mengabarkan bahwa Dia-lah yang
mengatur segala alam yang di langit maupun di bumi. Dan bahwasanya Allah
memberi taubat kepada siapa yang dikehendakiNya lalu mengampuninya, dan
menghinakan siapa yang dikehendakiNya sehingga Dia menyiksanya. ﴾
وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٞ
﴿ "Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penya-yang." Maka di antara
sifatNya yang pasti adalah kesempurnaan ampunan dan kasih sayang, dan
adanya tuntutan dari kesempur-naan itu pada penciptaan dan pengaturan,
maka Dia mengampuni orang-orang yang bertaubat dan memberikan kasih
sayangNya kepada orang yang melaksanakan sebab-sebab yang
mengharus-kannya mendapatkan kasih sayang, Allah berfirman, ﴾
وَأَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ 132 ﴿ "Dan
taatilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat."
(Ali Imran: 132).
[7]
F[8] Segala puji bagi Allah, kami memujiNya dan
memohon per-tolonganNya, kami meminta ampunanNya dan berlindung kepa-daNya
dari kejahatan jiwa kami dan kejelekan amal kami. Barang-siapa yang diberi
petunjuk oleh Allah, maka tidak ada seorang pun yang dapat menyesatkannya,
dan barangsiapa yang disesatkan (oleh Allah), maka
tidak ada seorang pun yang dapat memberinya petunjuk. Aku bersaksi bahwa
tidak ada tuhan (yang berhak di-sembah) kecuali
Allah semata, tidak ada sekutu bagiNya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad
adalah hamba dan RasulNya. Allah تعالى berfirman,
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَأْكُلُوا الرِّبَا أَضْعَافًا
مُضَاعَفَةً وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
(130) وَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي أُعِدَّتْ
لِلْكَافِرِينَ (131) وَأَطِيعُوا اللَّهَ
وَالرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
(132) وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ
رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ
لِلْمُتَّقِينَ (133) الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي
السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ
النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
(134) وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً
أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا
لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ
يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ
(135) أُولَئِكَ جَزَاؤُهُمْ مَغْفِرَةٌ مِنْ
رَبِّهِمْ وَجَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ
فِيهَا وَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ
(136)}
.
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat
ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan. Dan peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan
untuk orang-orang yang kafir. Dan taatilah Allah dan Rasul, supaya kamu
diberi rahmat. Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan
kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk
orang-orang yang bertakwa.
(Yaitu) orang-orang yang menafkah-kan
(hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit,
dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan
(kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang
berbuat kebajikan. Dan
(juga) orang-orang yang
apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka
ingat akan Allah, lalu memohon ampun untuk dosa-dosa mereka, dan siapa
lagi yang dapat mengampuni dosa kecuali Allah? Dan mereka tidak meneruskan
perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya
ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di bawahnya mengalir
sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalam-nya; dan itulah sebaik-baik
pahala orang-orang yang beramal."
(Ali Imran: 130-136).
#
{130} تقدم في مقدمة هذا التفسير: أن العبدَ
ينبغي له مراعاة الأوامر والنواهي في نفسه وفي غيره، وأن الله تعالى إذا
أمره بأمر وجب عليه أولاً أن يعرف حدَّه وما هو الذي أُمِر به ليتمكن بذلك
من امتثاله، فإذا عرف ذلك اجتهد واستعان بالله على امتثاله في نفسه وفي
غيره بحسب قدرته وإمكانه. وكذلك إذا نُهِيَ عن أمر عرف حده وما يدخل فيه
وما لا يدخل، ثم اجتهد واستعان بربه في تركه. وأن هذا ينبغي مراعاته في
جميع الأوامر الإلهية والنواهي. وهذه الآيات الكريمات قد اشتملت على أوامر
وخصال من خصال الخير، أمر الله بها وحثَّ على فعلها، وأخبر عن جزاء أهلها،
وعلى نواهٍ حثَّ على تركها. ولعل الحكمةَ ـ والله أعلم ـ في إدخال هذه
الآيات أثناء قصة أحد أنه قد تقدم أن اللهَ تعالى وعدَ عبادَه المؤمنين
أنهم إذا صبروا واتقوا نصرهم على أعدائهم وخذلَ الأعداءَ عنهم،
كما في قوله تعالى:
{وإن تصبروا وتتقوا لا يضركم كيدهم شيئاً}، ثم قال:
{وإن تصبروا وتتقوا ويأتوكم من فورهم هذا يمددكم ربكم ... }
الآيات. فكأن النفوس اشتاقت إلى معرفة خصال التقوى التي يحصل بها النصر
والفلاح والسعادة، فذكر الله في هذه الآيات أهم خصال التقوى التي إذا قام
العبد بها، فقيامه بغيرها من باب أولى وأحرى. ويدل على ما قلنا أن الله ذكر
لفظ التقوى في هذه الآيات ثلاث مرات، مرة مطلقة،
وهي قول:
{أعدت للمتقين}،
ومرتين مقيدتين فقال:
{واتقوا الله}
{واتقوا النار}.
فقوله تعالى:
{يا أيها الذين آمنوا} كل ما في القرآن من
قوله تعالى: يا أيها الذين آمنوا افعلوا كذا أو اتركوا كذا يدل على أن
الإيمان هو السبب الداعي والموجب لامتثال ذلك الأمر واجتناب ذلك النهي، لأن
الإيمان هو التصديق الكامل بما يجب التصديق به المستلزم لأعمال الجوارح،
فنهاهم عن أكل الربا أضعافاً مضاعفة، وذلك هو ما اعتاده أهل الجاهلية ومن
لا يبالي بالأوامر الشرعية، من أنه إذا حل الدَّين على المعسر ولم يحصل منه
شيء، قالوا له إما أن تقضي ما عليك من الدين، وإما أن نزيد في المدة ونزيد
ما في ذمتك فيضطر الفقير ويستدفع غريمه ويلتزم ذلك اغتناماً لراحته الحاضرة
فيزداد بذلك ما في ذمته أضعافاً مضاعفة من غير نفع وانتفاع.
ففي قوله:
{أضعافاً مضاعفة}؛ تنبيه على شدة شناعته
بكثرته وتنبيه لحكمة تحريمه، وأن تحريم الربا حكمته أن الله منع منه لما
فيه من الظلم، وذلك أن الله أوجب إنظار المعسر وبقاء ما في ذمته من غير
زيادة، فإلزامه بما فوق ذلك ظلم متضاعف، فيتعين على المؤمن المتقي تركه
وعدم قربانه لأن تركه من موجبات التقوى، والفلاح متوقف على التقوى،
فلهذا قال:
{واتقوا الله لعلكم تفلحون}.
(130) Telah berlalu pada mukadimah tafsir ini
bahwa se-orang hamba seyogyanya memperhatikan perintah dan larangan pada
dirinya dan orang lain. Dan bahwasanya Allah تعالى apabila memerintahkan
kepadanya suatu perintah, maka dia wajib pertama kali mengetahui
batasannya dan apa yang diperintahkan tersebut agar dia mampu menaati hal
tersebut, dan apabila dia telah menge-tahui hal itu, maka hendaklah
berusaha dan memohon pertolongan kepada Allah untuk menaatinya pada
dirinya maupun pada orang lain sesuai dengan kemampuannya dan
kapasitasnya. Demikian pula bila dia dilarang dari sesuatu, dia mengetahui
batasannya dan hal-hal yang termasuk di dalamnya dan yang tidak termasuk,
kemudian dia berusaha dan memohon pertolongan dari Rabbnya dalam
meninggalkannya, dan bahwasanya hal ini wajib untuk diperhatikan dalam
segala perintah Allah dan laranganNya. Ayat-ayat yang mulia ini terkandung
di dalamnya berbagai perintah dan perkara dari perkara-perkara kebaikan.
Allah meme-rintahkan kepadanya dan menganjurkan untuk mengamalkannya, lalu
Allah mengabarkan tentang balasan pelakunya, dan mengabar-kan
larangan-larangan yang dianjurkan untuk ditinggalkan. Barangkali hikmah
-wallahu a'lam – dalam memasukkan ayat-ayat ini di sela-sela kisah perang
Uhud adalah seperti yang telah dijelaskan bahwasanya Allah تعالى telah
berjanji kepada hamba-hambaNya yang Mukmin yaitu apabila mereka bersabar
dan ber-takwa niscaya Allah akan membela mereka dalam menghadapi
musuh-musuh mereka dan menghinakan musuh untuk mereka, sebagaimana pada
Firman Allah تعالى, ﴾ وَإِن تَصۡبِرُواْ وَتَتَّقُواْ لَا يَضُرُّكُمۡ
كَيۡدُهُمۡ شَيۡـًٔاۗ
﴿ "Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikit
pun tidak mendatangkan kemudaratan kepadamu."
(Ali Imran: 120). Kemudian Allah berfirman,
﴾
إِن تَصۡبِرُواْ وَتَتَّقُواْ وَيَأۡتُوكُم مِّن فَوۡرِهِمۡ هَٰذَا
يُمۡدِدۡكُمۡ رَبُّكُم
﴿ "Jika kamu bersabar dan bertakwa, dan mereka datang menyerang kamu
dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu."
(Ali Imran: 125). Seakan-akan jiwa merindukan
pengetahuan akan sifat-sifat ketakwaan yang akan mengakibatkan adanya
pertolongan, keme-nangan, dan kebahagiaan, maka Allah menyebutkan dalam
ayat-ayat ini sifat-sifat ketakwaan yang terpenting yang mana bila
se-orang hamba menunaikannya, niscaya pelaksanaannya terhadap hal yang
lain lebih utama dan lebih patut. Dan dasar dari pernyataan yang telah
kami katakan, adalah bahwa Allah telah menyebutkan lafazh takwa pada
ayat-ayat ini sebanyak tiga kali, sekali berbentuk muthlaq yaitu
FirmanNya, ﴾
أُعِدَّتۡ لِلۡمُتَّقِينَ
﴿ "Yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa", dan dua kali
berbentuk muqayyad dalam FirmanNya, ﴾
وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ
﴿ "Bertak-walah kamu kepada Allah" dan, ﴾
وَٱتَّقُواْ ٱلنَّارَ
﴿ "Dan peliharalah dirimu dari api neraka." Dan Firman Allah تعالى,
﴾
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ
﴿ "Hai orang-orang yang beriman," setiap yang ada dalam al-Qur`an
berupa Firman Allah تعالى, "Hai orang-orang yang beriman, lakukan ini
atau tinggalkan-lah ini," menunjukkan bahwa keimanan itu adalah penyebab
yang mendorong dan mengharuskan untuk menaati perintah atau men-jauhi
larangan tersebut, karena keimanan itu adalah keyakinan yang total
kepada perkara yang memang wajib untuk diyakini yang menuntut
terwujudnya perbuatan anggota tubuh. Maka Allah melarang mereka dari
memakan riba dengan berlipat-lipat ganda, di mana hal itu adalah perkara
yang telah biasa dilakukan oleh orang-orang jahiliyah dan orang-orang
yang tidak mempedu-likan perkara-perkara syariat, yaitu bila jatuh tempo
hutang atas seorang yang sedang kesulitan sementara dia tidak memiliki
apa-apa untuk menunaikannya, maka mereka berkata kepadanya, "Kamu harus
menunaikan hutangmu atau kami menambah tempo pelunasan hutang itu dengan
menambah bunga hutang dalam tanggunganmu." Maka orang fakir terpaksa
harus membayar ke-pada pemilik hutang, dan konsisten terhadap hal itu
demi meraih ketenangan hatinya yang bersifat sementara hingga
bertambahlah hutang
(yang harus dilunasinya) dengan berlipat-lipat
ganda tanpa ada manfaat dan pemanfaatannya. Maka dalam FirmanNya,
﴾
أَضۡعَٰفٗا مُّضَٰعَفَةٗۖ
﴿ "Dengan berlipat ganda," terdapat peringatan terhadap kekejian yang
besar disebab-kan banyaknya dan peringatan terhadap hikmah di balik
pengha-ramannya, dan bahwasanya hikmah di balik pengharaman riba adalah
bahwa Allah melarang dari hal tersebut karena mengan-dung kezhaliman.
Hal tersebut karena Allah mewajibkan untuk menangguhkan orang yang
sedang dalam kondisi sulit dan mem-biarkan hutang itu
(seperti semula) tanpa ada tambahan. Maka
mengharuskan (pembayaran hutang) dengan yang
lebih dari itu merupakan tindakan kezhaliman yang berlipat-lipat. Oleh
karena itu, wajiblah atas seorang Mukmin yang bertak-wa meninggalkan hal
itu dan tidak mendekat kepadanya, karena meninggalkan hal tersebut
termasuk konsekuensi ketakwaan, dan keberuntungan itu tergantung pada
ketakwaan. Karena itu Allah berfirman, ﴾
وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ ﴿ "Bertakwalah kamu kepada
Allah supaya kamu mendapat keberuntungan."
#
{131}
{واتقوا النار التي أُعدت للكافرين}، بترك ما
يوجب دخولها من الكفر والمعاصي على اختلاف درجاتها، فإن المعاصي كلها
وخصوصاً المعاصي الكبار تجر إلى الكفر، بل هي من خصال الكفر الذي أعد الله
النار لأهله، فترك المعاصي ينجي من النار ويقي من سخط الجبار، وأفعال الخير
والطاعة توجب رضا الرحمن ودخول الجنان وحصول الرحمة،
ولهذا قال:
(131) ﴾ وَٱتَّقُواْ ٱلنَّارَ ٱلَّتِيٓ أُعِدَّتۡ
لِلۡكَٰفِرِينَ ﴿ "Dan peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan
untuk orang-orang yang kafir," dengan cara meninggalkan hal-hal yang
menjerumuskan ke dalamnya, berupa kekufuran dan kemaksiatan dengan
perbedaan tingkatannya, karena seluruh kemaksiatan, khususnya kemaksiatan
yang besar, akan menyeret kepada kekufuran, bahkan ia merupakan sifat dari
kekufuran yang telah Allah siapkan neraka bagi pelaku-pelakunya. Maka
meninggalkan kemaksiatan akan menyelamatkan dari api neraka dan menjaga
diri dari kemurkaan Yang Mahakuasa. Sedang perbuatan-perbuatan baik dan
ketaatan akan mendapatkan ridha Allah, masuk ke dalam surga dan memperoleh
rahmat. Oleh karena itu, Allah berfirman;
#
{132}
{وأطيعوا الله والرسول}، بفعل الأوامر
امتثالاً واجتناب النواهي {لعلكم تُرحمون}،
فطاعة الله وطاعة رسوله من أسباب حصول الرحمة،
كما قال تعالى:
{ورحمتي وسعت كل شيء فسأكتبها للذين يتقون ويؤتون الزكاة ... }
الآيات.
(132) ﴾ وَأَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ
﴿ "Dan taatilah Allah dan Rasul" dengan melaksanakan perintah sebagai
bentuk ketaatan dan menjauhi larangan, ﴾
لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ
﴿ "agar kalian mendapat rahmat." Taat ke-pada Allah dan RasulNya adalah
termasuk sebab-sebab mendapat-kan rahmat, sebagaimana Allah تعالى
berfirman, ﴾
وَرَحۡمَتِي وَسِعَتۡ كُلَّ شَيۡءٖۚ فَسَأَكۡتُبُهَا لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ
وَيُؤۡتُونَ ٱلزَّكَوٰةَ ﴿ "Dan rahmatKu meliputi segala sesuatu. Maka akan
Aku tetapkan rahmatKu untuk orang-orang yang bertakwa dan yang menunaikan
zakat."
(Al-A'raf: 156).
#
{133} ثم أمرهم تعالى بالمسارعة إلى مغفرته
وإدراك جنته التي عرضها السماوات والأرض، فكيف بطولها التي أعدها الله
للمتقين؟! فهم أهلها وأعمال التقوى هي الموصلة إليها.
(133) Kemudian Allah memerintahkan mereka untuk
ber-segera menuju ampunanNya dan menggapai surgaNya yang luas-nya seluas
langit dan bumi, lalu bagaimanakah dengan
(kadar) panjangnya yang disiapkan bagi orang-orang
yang bertakwa? Me-reka itu adalah penghuni-penghuninya dan
perbuatan-perbuatan ketakwaanlah yang akan menyampaikan kepadanya.
#
{134} ثم وصف المتقين وأعمالهم فقال:
{الذين ينفقون في السراء والضراء}؛
أي:
في حال عسرهم ويسرهم إن أيسروا أكثروا من النفقة وإن أعسروا لم يحتقروا من
المعروف شيئاً ولو قل، {والكاظمين الغيظ}:
أي: إذا حصل لهم من غيرهم أذية توجب غيظهم، وهو امتلاء قلوبهم من الحنق
الموجب للانتقام بالقول والفعل. هؤلاء لا يعملون بمقتضى الطباع البشرية بل
يكظمون ما في القلوب من الغيظ، ويصبرون عن مقابلة المسيء إليهم.
{والعافين عن الناس}، يدخل في العفو عن الناس
العفو عن كل من أساء إليك بقول أو فعل، والعفو أبلغ من الكظم، لأن العفو
ترك المؤاخذة مع السماحة عن المسيء، وهذا إنما يكون ممن تحلى بالأخلاق
الجميلة وتخلى من الأخلاق الرذيلة، وممن تاجر مع الله وعفا عن عباد الله
رحمة بهم وإحساناً إليهم، وكراهة لحصول الشر عليهم، وليعفو الله عنه ويكون
أجره على ربه الكريم لا على العبد الفقير،
كما قال تعالى:
{فمن عفا وأصلح فأجره على الله}. ثم ذكر حالة
أعم من غيرها وأحسن وأعلى وأجل، وهي الإحسان،
فقال تعالى:
{والله يحب المحسنين}،
والإحسان نوعان:
الإحسان في عبادة الخالق والإحسان إلى المخلوق. فالإحسان في عبادة الخالق
فسرها النبي - صلى الله عليه وسلم - بقوله:
«أن تعبد الله كأنك تراه، فإن لم تكن تراه فإنه يراك». وأما الإحسان إلى المخلوق فهو إيصال النفع الديني والدنيوي إليهم ودفع
الشر الديني والدنيوي عنهم، فيدخل في ذلك أمرهم بالمعروف ونهيهم عن المنكر
وتعليم جاهلهم ووعظ غافلهم والنصيحة لعامتهم وخاصتهم، والسعي في جمع كلمتهم
وإيصال الصدقات والنفقات الواجبة والمستحبة إليهم على اختلاف أحوالهم
وتباين أوصافهم، فيدخل في ذلك بذل الندى وكف الأذى واحتمال الأذى، كما وصف
الله به المتقين في هذه الآيات، فمن قام بهذه الأمور فقد قام بحق الله وحق
عبيده.
(134) Kemudian Allah menjelaskan tentang sifat
orang-orang yang bertakwa dan perbuatan-perbuatan mereka seraya berfirman,
﴾ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ
﴿ "(Yaitu) orang-orang yang menaf-kahkan
(hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit,"
yaitu, pada saat kondisi mereka sedang sulit atau kondisi mereka sedang
lapang. Bila mereka sedang lapang, maka mereka akan memper-banyak infak,
dan bila mereka sedang kesulitan, maka mereka tidak menganggap remeh
suatu kebaikan walaupun (hanya) sedikit
(saja). ﴾
وَٱلۡكَٰظِمِينَ ٱلۡغَيۡظَ
﴿ "Dan orang-orang yang menahan amarahnya," yaitu, bila terjadi dari
orang lain tindakan yang menyakitkan ter-hadapnya yang menimbulkan
kemarahan yaitu hati yang penuh dengan kedongkolan yang akan menimbulkan
balas dendam de-ngan perkataan maupun perbuatan. Mereka itu tidaklah
bertindak menurut tabiat kemanusiaannya, akan tetapi mereka menahan apa
yang ada dalam hati mereka disebabkan kemarahan, dan mengha-dapi orang
yang berbuat jelek kepadanya itu dengan kesabaran. ﴾
وَٱلۡعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِۗ
﴿ "Dan memaafkan (kesalahan) orang." Termasuk
dalam tindakan memaafkan orang adalah memaafkan segala hal yang terjadi
dari orang yang telah berbuat jelek kepada kita dengan perkataan maupun
perbuatan. Memaafkan itu sangat lebih baik daripada
(hanya) sekedar menahan amarah, karena memaafkan
itu adalah tindakan meninggalkan balas dendam disertai dengan bentuk
kelapangan dada terhadap orang yang berbuat jelek. Itu hanya dapat
terjadi dari orang-orang yang menghiasi dirinya dengan akhlak yang
terpuji dan jauh dari akhlak yang tercela, dan dari orang-orang yang
bertransaksi dengan Allah dan memaafkan hamba-hamba Allah sebagai suatu
kasih sayang terhadap mereka dan tindakan kebajikan kepada mereka, benci
dari keburukan yang menimpa mereka agar Allah mengampuni dirinya
sehingga dia mendapatkan pahala di sisi Allah yang Mahamulia, dan bukan
dari hamba yang miskin, sebagaimana Allah تعالى berfirman, ﴾
فَمَنۡ عَفَا وَأَصۡلَحَ فَأَجۡرُهُۥ عَلَى ٱللَّهِۚ
﴿ "Maka barangsiapa memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas
(tanggungan) Allah."
(Asy-Syura: 40).
Kemudian Allah menyebutkan kondisi yang lebih umum daripada yang lainnya
dan lebih baik, lebih tinggi dan lebih utama, yaitu berbuat kebajikan
(al-Ihsan), Allah berfirman, ﴾
وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِينَ ﴿ "Allah menyukai orang-orang yang
berbuat kebajikan.
" Kebajikan itu ada dua macam:
Berbuat baik pada perkara ibadah kepada Sang Pencipta dan berbuat baik
kepada para makhluk. Dan Ihsan dalam perkara ibadah kepada Sang Pencipta
telah ditafsirkan oleh Nabi ﷺ dengan sabdanya, أَنْ تَعْبُدَ اللّٰهَ
كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ. "Engkau
menyembah Allah seakan-akan engkau melihatNya, dan bila engkau tidak
melihatNya, maka sesungguhnya Dia melihatmu."
[9]
Adapun berbuat baik kepada para makhluk yaitu memberi-kan manfaat yang
bersifat agama maupun duniawi kepada mereka dan menghindarkan mereka dari
kemudaratan yang bersifat agama maupun duniawi, sehingga termasuk dalam
kategori itu adalah memerintahkan mereka kepada yang ma'ruf dan melarang
mereka dari yang mungkar, mengajarkan orang yang bodoh di antara mereka,
menasihati masyarakat umum maupun khusus, berusaha dalam menyatukan
kalimat mereka, menyalurkan segala macam sedekah, infak yang wajib maupun
yang sunnah kepada mereka dengan berbagai perbedaan kondisi dan karakter
mereka. Terma-suk juga dalam hal itu adalah mengerahkan kedermawanan hati,
menolak keburukan dan bersabar atas gangguan, sebagaimana Allah
menjelaskan tentang sifat orang-orang yang bertakwa dalam ayat ini.
Maka barangsiapa yang melaksanakan perkara-perkara ter-sebut, ia telah
menegakkan hak-hak Allah dan hak-hak hambaNya. Kemudian Allah تعالى
menyebutkan tentang alasan mereka kepada Tuhan mereka dari kejahatan dan
dosa-dosa mereka, seraya ber-firman,
#
{135}
{والذين إذا فعلوا فاحشة أو ظلموا أنفسهم}؛ أي: صدر منهم أعمال سيئة كبيرة أو ما دون ذلك،
بادروا إلى التوبة والاستغفار، وذكروا ربهم وما توعد به العاصين، ووعد به
المتقين فسألوه المغفرة لذنوبهم، والستر لعيوبهم، مع إقلاعهم عنها وندمهم
عليها، فلهذا قال:
{ولم يصروا على ما فعلوا وهم يعلمون}.
(135) ﴾ وَٱلَّذِينَ إِذَا فَعَلُواْ فَٰحِشَةً أَوۡ
ظَلَمُوٓاْ أَنفُسَهُمۡ
﴿ "Dan (juga) orang-orang yang apabila
mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri," maksudnya,
telah terjadi perbuatan-perbuatan buruk yang besar atau yang kecil yang
dilakukan oleh mereka, lalu mereka segera bertaubat dan meminta ampunan,
mereka mengingat Rabb mereka dan ancamanNya bagi orang-orang yang
berbuat maksiat dan apa yang dijanjikan bagi orang-orang yang bertakwa.
Maka mereka memohon ampunan padaNya atas dosa-dosa mereka itu, menutup
aib-aib mereka, disertai dengan tindakan mereka meninggalkan-nya hingga
akar-akarnya dan menyesalinya. Karena itulah Allah berfirman, ﴾
وَلَمۡ يُصِرُّواْ عَلَىٰ مَا فَعَلُواْ وَهُمۡ يَعۡلَمُونَ ﴿ "Dan mereka
tidak menerus-kan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui."
#
{136}
{أولئك}؛ الموصوفون بتلك الصفات
{جزاؤهم مغفرة من ربهم} تزيل عنهم كل محذور،
{وجنات تجري من تحتها الأنهار}
فيها من النعيم المقيم والبهجة والسرور والبهاء والخير والسرور والقصور
والمنازل الأنيقة العاليات والأشجار المثمرة البهية والأنهار الجاريات في
تلك المساكن الطيبات
{خالدين فيها} لا يحولون عنها ولا يبغون بها
بدلاً ولا يغير ما هم فيه من النعيم
{ونعم أجر العاملين} عملوا لله قليلاً فأجروا
كثيراً، فعند الصباح يحمَد القومُ السَّرى وعند الجزاء يجد العامل أجره
كاملاً موفراً. وهذه الآيات الكريمات من أدلة أهل السنة والجماعة، على أن
الأعمال تدخل في الإيمان خلافاً للمرجئة،
ووجه الدلالة إنما يتم بذكر الآية التي في سورة الحديد نظير هذه الآيات
وهي قوله:
{سابقوا إلى مغفرة من ربكم وجنة عرضها كعرض السماء والأرض أعدت للذين
آمنوا بالله ورسله}، فلم يذكر فيها إلا لفظ الإيمان به وبرسله،
وهنا قال:
{أُعدت للمتقين}، ثم وصف المتقين بهذه
الأعمال المالية والبدنية، فدل على أن هؤلاء المتقين هم الموصوفين بهذه
الصفات هم أولئك المؤمنون. ثم قال تعالى:
(136) ﴾ أُوْلَٰٓئِكَ
﴿ "Mereka itu." Yaitu, orang-orang yang bersifat dengan sifat-sifat
tersebut, ﴾
جَزَآؤُهُم مَّغۡفِرَةٞ مِّن رَّبِّهِمۡۗ
﴿ "balasannya ialah am-punan dari Rabb mereka" yang menghapus dari
mereka segala hal yang dikhawatirkan, ﴾
وَجَنَّٰتٞ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ
﴿ "dan surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai", di
dalamnya tersimpan kenik-matan yang abadi, kebahagiaan, kesenangan,
kemuliaan, kebaikan, kemenangan, istana-istana, rumah-rumah yang indah
lagi tinggi, pohon-pohon yang berbuah lagi ranum, sungai-sungai yang
me-ngalir pada kediaman-kediaman yang baik tersebut. ﴾
خَٰلِدِينَ فِيهَاۚ
﴿ "Mereka kekal di dalamnya", mereka tidak akan keluar darinya dan
tidak pula mencari penggantinya serta kenik-matan yang mereka rasakan di
dalamnya tidak akan dirubah, ﴾
وَنِعۡمَ أَجۡرُ ٱلۡعَٰمِلِينَ
﴿ "dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal." Mereka
beramal karena Allah (hanya) sedikit, namun
diberikan ganjaran yang banyak. Di Shubuh hari, orang-orang yang
der-mawan bertahmid kepada Allah
(atas apa yang diberikan kepada mereka di malam hari). Dan pada Hari Pembalasan, seorang yang beramal akan mendapatkan
ganjarannya secara penuh dan sem-purna. Ayat-ayat yang mulia ini menjadi
dalil-dalil bagi Ahlus Sunnah wal Jama'ah, bahwa "perbuatan itu"
termasuk dalam iman, berbeda dengan golongan Murji`ah. Dan sisi
penunjukan ayat tersebut hanya bisa sempurna
(bila) disertai dengan penyebutan ayat 21 dalam
Surat al-Hadid, partner ayat ini, yaitu FirmanNya, ﴾
سَابِقُوٓاْ إِلَىٰ مَغۡفِرَةٖ مِّن رَّبِّكُمۡ وَجَنَّةٍ عَرۡضُهَا كَعَرۡضِ
ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ أُعِدَّتۡ لِلَّذِينَ ءَامَنُواْ بِٱللَّهِ
وَرُسُلِهِۦۚ
﴿ "Berlomba-lombalah kamu kepada
(mendapatkan) ampunan dari Rabbmu dan
(kepada) surga yang luasnya seluas langit dan
bumi, yang Nya."
(Al-Hadid: 21). Dalam
ayat ini tidak disebutkan kecuali kata iman kepada Allah dan kepada
RasulNya sementara dalam ayat Ali Imran ini disebutkan, ﴾
أُعِدَّتۡ لِلۡمُتَّقِينَ ﴿ "Yang disediakan untuk orang-orang yang
bertakwa." Kemudian Allah menjelaskan tentang sifat-sifat mereka dengan
amalan-amalan yang bersifat badan maupun harta, se-hingga menunjukkan
bahwa orang-orang yang bertakwa itu adalah, "orang-orang yang disifati
dengan sifat-sifat tersebut," dan mereka itulah orang-orang yang beriman.
{قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِكُمْ سُنَنٌ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ
فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ
(137) هَذَا بَيَانٌ لِلنَّاسِ وَهُدًى
وَمَوْعِظَةٌ لِلْمُتَّقِينَ (138)}
.
Kemudian Allah تعالى berfirman, "Sungguh telah berlalu sebelum kamu
sunnah-sunnah Allah; karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan
perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan
(rasul-rasul).
(Al-Qur`an) ini adalah penerangan bagi seluruh
manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa."
(Ali Imran: 137-138).
#
{137} وهذه الآيات الكريمات، وما بعدها في
قصة أحد، يعزي تعالى عباده المؤمنين، ويسليهم ويخبرهم أنه مضى قبلهم أجيال
وأمم كثيرة امتحنوا، وابتلي المؤمنون منهم بقتال الكافرين، فلم يزالوا في
مداولة ومجاولة حتى جعل الله العاقبة للمتقين والنصر لعباده المؤمنين، وآخر
الأمر حصلت الدولة على المكذبين وخذلهم الله بنصر رسله وأتباعهم،
{فسيروا في الأرض} بأبدانكم وقلوبكم
{فانظروا كيف كان عاقبة المكذبين}، فإنكم لا
تجدونهم إلا معذبين بأنواع العقوبات الدنيوية، قد خوت ديارهم وتبين لكل أحد
خسارهم، وذهب عزهم وملكهم وزال بذخهم وفخرهم، أفليس في هذا أعظم دليل وأكبر
شاهد على صدق ما جاءت به الرسل، وحكمة الله التي يمتحن بها عباده ليبلوهم
ويتبين صادقهم من كاذبهم؟ ولهذا قال تعالى:
(137) Ayat-ayat yang mulia ini dan yang setelahnya
yang menyebutkan tentang kisah perang Uhud, Allah menghibur
(de-ngannya) hamba-hambaNya yang beriman dan
menenangkan hati mereka. Kemudian Allah mengabarkan kepada mereka
bahwasa-nya telah berlalu umat dan kaum yang silih berganti, yang telah
diberikan ujian, dan kaum Mukminin dari mereka diberikan ujian dengan
memerangi kaum kafir. Dan mereka terus senantiasa da-lam peperangan dan
pertempuran hingga Allah memberikan akibat yang baik itu bagi orang-orang
yang bertakwa dan kemenangan bagi hamba-hambaNya yang beriman. Dan pada
akhirnya, orang-orang yang berdusta tertimpa kekalahan dan Allah
menghinakan mereka dengan membela para rasulNya, beserta para pengikut
mereka. ﴾ فَسِيرُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ
﴿ "Karena itu berjalanlah kamu di muka bumi" dengan tubuh dan hati
kalian, ﴾
فَٱنظُرُواْ كَيۡفَ كَانَ عَٰقِبَةُ ٱلۡمُكَذِّبِينَ ﴿ "dan perhatikanlah
bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan
(rasul-rasul)." Kalian tidak akan menemukan mereka
kecuali dalam keadaan mereka disiksa dengan berbagai macam hukuman dunia,
negeri mereka hancur, kerugian mereka sangatlah jelas oleh setiap orang,
ke-agungan dan kekuasaan mereka telah hilang, dan kegagahan dan
kesombongan mereka lenyap. Bukankah dalam fakta ini ada dalil yang paling
besar dan bukti yang paling akurat atas syariat yang dibawa oleh seluruh
rasul dan hikmah Allah dalam menguji hamba-hambaNya, agar terlihat jelas
dan terang orang-orang yang benar dari orang-orang yang dusta? Karena
itulah Allah تعالى berfirman,
#
{138}
{هذا بيان للناس}؛
أي:
دلالة ظاهرة تبين للناس الحق من الباطل، وأهل السعادة من أهل الشقاوة، وهو
الإشارة إلى ما أوقع الله بالمكذبين،
{وهدى وموعظة للمتقين}، لأنهم هم المنتفعون
بالآيات، فتهديهم إلى سبيل الرشاد وتعظهم وتزجرهم عن طريق الغي، وأما باقي
الناس فهي بيان لهم تقوم عليهم الحجة من الله ليهلك من هلك عن بينة،
ويحتمل أن الإشارة في قوله:
{هذا بيان للناس}، للقرآن العظيم والذكر
الحكيم وأنه بيان للناس عموماً، وهدى وموعظة للمتقين خصوصاً، وكلا المعنيين
حق.
(138) ﴾ هَٰذَا بَيَانٞ لِّلنَّاسِ
﴿ "Ini adalah penerangan bagi seluruh manu-sia," maksudnya, indikasi
yang jelas yang menjelaskan kepada manusia kebenaran dari kebatilan,
orang-orang yang bahagia dari orang-orang yang sengsara. Itu merupakan
petunjuk kepada azab yang telah ditimpakan oleh Allah kepada orang-orang
yang men-dustakan rasul. ﴾
وَهُدٗى وَمَوۡعِظَةٞ لِّلۡمُتَّقِينَ
﴿ "Dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa," karena
mereka itulah orang-orang yang me-manfaatkan ayat-ayat tersebut hingga
mengarahkan mereka kepada jalan yang lurus dan memberi nasihat serta
menjauhkan mereka dari jalan kebatilan. Adapun bagi orang-orang selain
mereka, maka hal tersebut merupakan penjelasan yang akan menjadi hujjah
atas keburukan mereka dari Allah hingga celakalah orang-orang yang
celaka setelah keterangan yang jelas. Isyarat dalam ayat, ﴾
هَٰذَا بَيَانٞ لِّلنَّاسِ ﴿ "Ini adalah penerangan bagi seluruh manusia,"
mengandung kemungkinan tertuju kepada al-Qur`an al-Azhim dan adz-Dzikr
al-Hakim, dan bahwa al-Qur`an itu adalah penjelasan bagi manusia secara
umum, petunjuk, dan pemberi nasihat bagi orang-orang yang bertakwa secara
khusus, dan kedua makna tersebut adalah benar.
{وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ
كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (139) إِنْ يَمْسَسْكُمْ
قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِثْلُهُ وَتِلْكَ الْأَيَّامُ
نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا
وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاءَ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ
(140) وَلِيُمَحِّصَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا
وَيَمْحَقَ الْكَافِرِينَ (141) أَمْ حَسِبْتُمْ
أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ اللَّهُ الَّذِينَ
جَاهَدُوا مِنْكُمْ وَيَعْلَمَ الصَّابِرِينَ
(142) وَلَقَدْ كُنْتُمْ تَمَنَّوْنَ الْمَوْتَ
مِنْ قَبْلِ أَنْ تَلْقَوْهُ فَقَدْ رَأَيْتُمُوهُ وَأَنْتُمْ
تَنْظُرُونَ (143)}
.
"Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah
(pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah
orang-orang yang paling tinggi
(derajatnya), jika
kamu orang-orang yang beriman. Jika kamu
(pada perang Uhud) mendapat luka, maka
sesungguhnya kaum
(kafir) itu pun
(pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan
masa
(kejayaan dan kehancuran) itu Kami
pergilirkan di antara manusia
(agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah
membedakan orang-orang yang beriman
(dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu
dijadikanNya
(gugur sebagai) syuhada. Dan Allah
tidak menyukai orang-orang yang zhalim. Dan agar Allah membersihkan
orang-orang yang beriman
(dari dosa mereka) dan
membinasakan orang-orang yang kafir. Apakah kamu mengira bahwa kamu akan
masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad
darimu dan belum nyata orang-orang yang sabar? Sesungguhnya kamu
mengharapkan mati
(syahid) sebelum kamu
menghadapinya;
(sekarang) sungguh kamu telah
melihatnya dan kamu menyaksikannya."
(Ali Imran: 139-143).
#
{139} يقول تعالى مشجعاً لعباده المؤمنين
ومقوياً لعزائمهم ومنهضاً لهممهم:
{ولا تهنوا ولا تحزنوا}؛
أي:
ولا تهنوا وتضعفوا في أبدانكم، ولا تحزنوا في قلوبكم عندما أصابتكم
المصيبة، وابتليتم بهذه البلوى، فإن الحزن في القلوب والوهن على الأبدان
زيادة مصيبة عليكم، وعون لعدوكم عليكم بل شجعوا قلوبكم وصبروها وادفعوا
عنها الحزن وتصلبوا على قتال عدوكم، وذكر تعالى أنه لا ينبغي ولا يليق بهم
الوهن والحزن وهم الأعلون في الإيمان ورجاء نصر الله وثوابه، فالمؤمن
المبتغي ما وعده الله من الثواب الدنيوي والأخروي لا ينبغي له ذلك،
ولهذا قال تعالى:
{وأنتم الأعلون إن كنتم مؤمنين}.
(139) Allah تعالى berfirman untuk menyemangatkan
hamba-hambaNya yang beriman dan menguatkan tekad mereka serta
membangkitkan keinginan mereka, ﴾ وَلَا تَهِنُواْ وَلَا تَحۡزَنُواْ
﴿ "Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah
(pula) kamu bersedih hati," maksudnya, janganlah
kalian lemah semangat dan lemah pada tubuh kalian, dan janganlah kalian
bersedih hati ketika kalian tertimpa oleh suatu musibah dan diuji dengan
ujian seperti ini. Karena kesedihan dalam hati dan kelemahan pada tubuh
(justru) akan menambah musibah pada diri kalian,
dan akan menjadi faktor pembangkit
(kemenangan) bagi musuh kalian atas diri kalian;
akan tetapi kuat-kanlah hati kalian dan tegarkan, lalu buanglah
kesedihan darinya hingga kalian kuat dalam memerangi musuh kalian. Allah
تعالى telah menyebutkan bahwa tidaklah patut bagi mereka untuk lemah dan
bersedih padahal mereka itu paling tinggi kedudukannya dalam keimanan
dan mereka mengharap pertolongan Allah dan pahala-Nya. Karena itu
seorang Mukmin yang mengharapkan sesuatu yang telah dijanjikan oleh
Allah berupa balasan duniawi dan ukhrawi tidaklah patut baginya hal
tersebut. Oleh karena itu, Allah ber-firman, ﴾
وَأَنتُمُ ٱلۡأَعۡلَوۡنَ إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِينَ ﴿ "Padahal kamulah
orang-orang yang paling tinggi
(derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman."
Kemudian Allah menghibur mereka karena mereka telah men-derita kekalahan,
dan Allah menjelaskan tentang hikmah-hikmah yang agung yang berkaitan
dengan hal tersebut seraya berfirman,
#
{140}
{إن يمسسكم قرح فقد مس القوم قرح مثله}،
فأنتم وهم قد تساويتم في القرح،
ولكنكم ترجون من الله ما لا يرجون كما قال تعالى:
{إن تكونوا تألمون فإنهم يألمون كما تألمون وترجون من الله ما لا
يرجون}.
ومن الحكم في ذلك أن هذه الدار يعطي الله منها المؤمن والكافر والبر
والفاجر فيداول الله الأيام بين الناس:
يوم لهذه الطائفة ويوم للطائفة الأخرى، لأن هذه الدارَ الدنيا منقضية
فانية، وهذا بخلاف الدار الآخرة فإنها خالصة للذين آمنوا.
{وليعلم الله الذين آمنوا}، هذا أيضاً من
الحكم أنه يبتلي الله عباده بالهزيمة والابتلاء ليتبين المؤمن من المنافق،
لأنه لو استمر النصر للمؤمنين في جميع الوقائع لدخل في الإسلام من لا
يريده، فإذا حصل في بعض الوقائع بعض أنواع الابتلاء تبين المؤمن حقيقة الذي
يرغب في الإسلام في الضراء والسراء واليسر والعسر ممن ليس كذلك،
{ويتخذ منكم شهداء}. وهذا أيضاً من بعض
الحكم، لأن الشهادة عند الله من أرفع المنازل، ولا سبيل لنيلها إلا بما
يحصل من وجود أسبابها، فهذا من رحمته بعباده المؤمنين، أن قيَّض لهم من
الأسباب ما تكرهه النفوس، لينيلهم ما يحبون من المنازل العالية والنعيم
المقيم. {والله لا يحب الظالمين}، الذين
ظلموا أنفسهم وتقاعدوا عن القتال في سبيله، وكأن في هذا تعريضاً بذم
المنافقين وأنهم مبغوضون لله، ولهذا ثبطهم عن القتال في سبيله، ولو أرادوا
الخروج لأعدوا له عدة، ولكن كره الله انبعاثهم فثبطهم وقيل اقعدوا مع
القاعدين.
(140) ﴾ إِن يَمۡسَسۡكُمۡ قَرۡحٞ فَقَدۡ مَسَّ
ٱلۡقَوۡمَ قَرۡحٞ مِّثۡلُهُۥۚ
﴿ "Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka,
maka sesungguhnya kaum (kafir) itu pun
(pada perang Badar) mendapat luka yang serupa."
Kalian dan mereka sungguh sama-sama menderita luka, akan tetapi kalian
mengharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan, sebagaimana Allah
تعالى berfirman, ﴾
إِن تَكُونُواْ تَأۡلَمُونَ فَإِنَّهُمۡ يَأۡلَمُونَ كَمَا تَأۡلَمُونَۖ
وَتَرۡجُونَ مِنَ ٱللَّهِ مَا لَا يَرۡجُونَۗ
﴿ "Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya mereka pun
menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu
menderitanya, sedang kamu mengharap dari Allah apa yang tidak mereka
harapkan."
(An-Nisa`: 104). Dan di
antara hikmah lain adalah bahwa dunia ini telah Allah berikan kepada
orang yang beriman dan orang kafir, orang baik dan orang jahat.
Begitulah Allah menggilir hari
(masa kejayaan dan keruntuhan) di antara
manusia, hari ini untuk kelompok itu dan hari yang lain untuk kelompok
lainnya, karena negeri dunia ini musnah dan fana, hal ini tentunya
berbeda dengan negeri akhirat, karena negeri itu khusus bagi orang-orang
yang beriman. ﴾
وَلِيَعۡلَمَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ
﴿ "Dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman
(dengan orang-orang kafir)." Ini juga di antara
hikmah-hikmahnya, yaitu bahwa Allah menguji hamba-hambaNya dengan
kekalahan dan musibah, agar nampak jelas antara Mukmin dan munafik.
Karena bila kemenangan itu selalu bersama kaum Muk-minin dalam seluruh
peperangannya, niscaya akan masuk ke dalam Islam orang-orang yang tidak
menginginkannya, namun apabila terjadi beberapa bentuk cobaan pada
beberapa peperangan mereka, niscaya akan jelaslah seorang Mukmin hakiki
yang menghendaki Islam, baik dalam kondisi susah dan senang, sulit dan
lapang dari orang yang tidak demikian, ﴾
وَيَتَّخِذَ مِنكُمۡ شُهَدَآءَۗ
﴿ "dan supaya sebagian kamu dijadikanNya
(gugur sebagai) syuhada
(orang-orang yang mati syahid)." Hal ini juga
merupakan hikmah, karena syahid di sisi Allah adalah termasuk derajat
yang paling tinggi, dan tidak ada jalan untuk memperolehnya kecuali
dengan memperoleh sebab-sebab-nya. Ini merupakan rahmatNya bagi
hamba-hambaNya yang beriman, yaitu dengan membuat untuk mereka
sebab-sebab yang dibenci oleh jiwa agar Dia memberikan kepada mereka
sesuatu yang mereka sukai dari derajat yang tinggi dan kenikmatan yang
abadi. ﴾
وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ ٱلظَّٰلِمِينَ ﴿ "Dan Allah tidak menyukai
orang-orang yang zhalim," yaitu orang-orang yang menzhalimi diri mereka
sendiri dan meninggalkan peperangan di jalanNya. Ayat ini menggam-barkan
sebuah sindiran dengan mencela kaum munafik dan bahwa mereka itu dibenci
oleh Allah. Oleh karena itu, Allah membuat mereka meninggalkan peperangan
di jalanNya. Dan sekiranya mereka hendak ikut pergi, pastilah mereka akan
mengadakan per-siapan untuk itu, akan tetapi Allah membenci keikutsertaan
mereka hingga Allah membuat mereka meninggalkannya dan agar dikata-kan
kepada mereka, "Tinggallah bersama orang-orang yang tinggal
(tidak ikut berperang)."
#
{141}
{وليمحص الله الذين آمنوا}، وهذا أيضاً من
الحكم أن الله يمحص بذلك المؤمنين من ذنوبهم وعيوبهم، يدل ذلك على أن
الشهادة والقتال في سبيل الله تكفر الذنوب وتزيل العيوب ، وليمحص الله
أيضاً المؤمنين من غيرهم من المنافقين فيتخلصون منهم ويعرفون المؤمن من
المنافق. ومن الحكم أيضاً أنه يقدر ذلك ليمحق الكافرين،
أي:
ليكون سبباً لمحقهم واستئصالهم بالعقوبة، فإنهم إذا انتصروا بغوا وازدادوا
طغياناً إلى طغيانهم يستحقون به المعاجلة بالعقوبة رحمة بعباده
المؤمنين. ثم قال تعالى:
(141) ﴾ وَلِيُمَحِّصَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ
﴿ "Dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman
(dari dosa mereka)." Ini juga termasuk hikmah
lainnya yaitu bahwa Allah تعالى membersihkan kaum Mukminin dengan adanya
cobaan itu dari dosa-dosa dan kekurangan mereka. Ini menunjukkan bahwa
syahid dan berperang di jalan Allah itu menggugurkan dosa dan
menghilangkan aib, dan juga Allah mem-bersihkan kaum Mukminin dari selain
mereka dari kalangan kaum munafikin, hingga kaum Muslimin berlepas diri
dari mereka dan mereka mengetahui siapa yang Mukmin dan siapa yang
munafik. Dan di antara hikmahnya juga adalah bahwa Allah menetap-kan hal
itu untuk membinasakan orang-orang kafir, maksudnya, agar menjadi faktor
penyebab mereka menjadi binasa dan berhak mendapatkan hukuman. Karena bila
mereka menang, niscaya me-reka akan berbuat zhalim dan kesesatan akan
bertambah di atas kesesatan mereka yang dengan kezhaliman itu mereka
berhak disegerakan hukumannya sebagai suatu rahmat bagi hamba-hamba-Nya
yang beriman. Kemudian Allah تعالى berfirman,
#
{142}
{أم حسبتم أن تدخلوا الجنة ولما يعلم الله الذين جاهدوا منكم ويعلم
الصابرين}، هذا استفهام إنكاري، أي: لا تظنوا ولا يخطر
ببالكم أن تدخلوا الجنة من دون مشقة واحتمال المكاره في سبيل الله، وابتغاء
مرضاته، فإن الجنة أعلى المطالب وأفضل ما به يتنافس المتنافسون، وكلما عظم
المطلوب عظمت وسيلته والعمل الموصل إليه، فلا يوصل إلى الراحة إلا بترك
الراحة ولا يدرك النعيم إلا بترك النعيم، ولكن مكاره الدنيا التي تصيب
العبد في سبيل الله، عند توطين النفس لها وتمرينها عليها ومعرفة ما تَؤول
إليه تنقلب عند أرباب البصائر منحًا يسرون بها ولا يبالون بها، وذلك فضل
الله يؤتيه من يشاء، ثم وبخهم تعالى على عدم صبرهم بأمر كانوا يتمنونه
ويودون حصوله، فقال:
(142) ﴾ أَمۡ حَسِبۡتُمۡ أَن تَدۡخُلُواْ ٱلۡجَنَّةَ
وَلَمَّا يَعۡلَمِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ جَٰهَدُواْ مِنكُمۡ وَيَعۡلَمَ
ٱلصَّٰبِرِينَ ﴿ "Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal
belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad darimu dan belum nyata
orang-orang yang sabar?" Ini merupakan pertanyaan penolakan, maksudnya,
janganlah kalian berpikir dan terlintas di benak kalian bahwa kalian akan
masuk surga tanpa kesulitan dan menghadapi segala macam cobaan di jalan
Allah dan dalam mencari keridhaan Allah. Karena surga itu merupakan puncak
keinginan dan suatu yang paling utama untuk diperebutkan oleh orang-orang
yang bersaing. Semakin besar keinginan, maka semakin besar pula sarana dan
pekerjaan
(yang dibutuhkan) untuk mencapainya,
maka tidak-lah amal itu akan menyampaikan kepada ketenangan kecuali
de-ngan meninggalkan
(sifat) santai, dan tidaklah
amal itu mendapat-kan kenikmatan kecuali dengan meninggalkan kenikmatan
tersebut. Akan tetapi cobaan-cobaan dunia yang diderita oleh seorang hamba
di jalan Allah ketika jiwa menempatinya dan terlatih dengannya serta
mengetahui akibat dari itu semua, maka hal itu akan berbalik menjadi suatu
anugerah bagi orang-orang yang memiliki hati nu-rani yang dalam, di mana
mereka bahagia dengannya dan mereka tidak peduli dengan cobaan itu. Itu
adalah karunia Allah yang di-berikan kepada orang yang dikehendakiNya.
Kemudian Allah تعالى mengecam mereka dengan ketidaksabaran mereka terhadap
suatu perkara yang sebenarnya mereka harapkan dan mereka inginkan seraya
berfirman,
#
{143}
{ولقد كنتم تمنون الموت من قبل أن تلقوه}،
وذلك أن كثيراً من الصحابة رضي الله عنهم ممن فاته بدر، يتمنون أن يحضرهم
الله مشهداً يبذلون فيه جهدهم،
قال الله تعالى لهم:
{فقد رأيتموه}؛
[أي: رأيتم] ما تمنيتم بأعينكم
{وأنتم تنظرون}، فما بالكم وترك الصبر؟ هذه
حالة لا تليق ولا تحسن، خصوصاً لمن تمنى ذلك وحصل له ما تمنى، فإن الواجب
عليه بذل الجهد واستفراغ الوسع في ذلك. وفي هذه الآية دليل على أنه لا يكره
تمني الشهادة. ووجه الدلالة أن الله تعالى أقرهم على أمنيتهم، ولم ينكر
عليهم، وإنما أنكر عليهم عدم العمل بمقتضاها والله أعلم.
ثم قال تعالى:
(143) ﴾ وَلَقَدۡ كُنتُمۡ تَمَنَّوۡنَ ٱلۡمَوۡتَ مِن
قَبۡلِ أَن تَلۡقَوۡهُ
﴿ "Sungguh kamu mengharap-kan mati
(syahid) sebelum kamu menghadapinya." Hal
tersebut karena banyak di antara para sahabat رضي الله عنهم yang tidak
ikut dalam perang Badar, mereka bercita-cita agar Allah mengikutkan
mereka dalam suatu peperangan di mana mereka mengerahkan segala
kemampuan mereka padanya. Allah تعالى berfirman kepada mereka, ﴾
فَقَدۡ رَأَيۡتُمُوهُ
﴿ "(Sekarang) sungguh kamu telah melihatnya",
maksudnya kalian telah menyaksikan dengan mata kalian apa yang kalian
cita-citakan, ﴾
وَأَنتُمۡ تَنظُرُونَ ﴿ "dan kamu menyaksikannya," lalu kenapa kalian tidak
bersabar? Kondisi seperti itu tidaklah patut dan tidak baik, khusus-nya
bagi orang-orang yang bercita-cita ikut perang dan mengharap-kan apa yang
dicita-citakannya itu. Seharusnya dirinya mengerah-kan segala kemampuan
dan kekuatannya dalam hal tersebut. Ayat ini menunjukkan bolehnya
bercita-cita syahid. Hal itu atas dasar bahwa Allah تعالى mengakui
cita-cita mereka dan tidak mengingkarinya. Allah hanyalah mengingkari
tindakan berpangku tangan, dan tidak beramal sesuai dengan tuntutan
cita-cita tersebut, dan Allah Maha Mengetahui.
{وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ
أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ وَمَنْ
يَنْقَلِبْ عَلَى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئًا وَسَيَجْزِي
اللَّهُ الشَّاكِرِينَ (144) وَمَا كَانَ
لِنَفْسٍ أَنْ تَمُوتَ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ كِتَابًا مُؤَجَّلًا
وَمَنْ يُرِدْ ثَوَابَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَنْ يُرِدْ
ثَوَابَ الْآخِرَةِ نُؤْتِهِ مِنْهَا وَسَنَجْزِي الشَّاكِرِينَ
(145)}
.
"Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu
sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh, kamu
berbalik ke belakang
(murtad)? Barang-siapa yang berbalik ke belakang,
maka dia tidak dapat mendatang-kan mudarat kepada Allah sedikit pun, dan
Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. Sesuatu yang
ber-nyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ke-tetapan
yang telah ditentukan waktunya. Barangsiapa menghen-daki pahala dunia,
niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barangsiapa
menghendaki pahala akhirat, niscaya Kami berikan
(pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan Kami akan
memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur."
(Ali Imran: 144-145).
#
{144} يقول تعالى:
{وما محمد إلا رسول قد خلت من قبله الرسل}؛ أي: ليس ببدع من الرسل، بل هو من جنس الرسل
الذين قبله، وظيفتهم تبليغ رسالة ربهم وتنفيذ أوامره ليسوا بمخلدين، وليس
بقاؤهم شرطاً في امتثال أوامر الله، بل الواجب على الأمم عبادة ربهم في كل
وقت وبكل حال، ولهذا قال:
{أفإن مات أو قُتل انقلبتم على أعقابكم}؛
بترك ما جاءكم به من إيمان أو جهاد أو غير ذلك،
قال الله تعالى:
{ومن ينقلب على عقبيه فلن يضر الله شيئاً}،
إنما يضر نفسه، وإلا فالله تعالى غني عنه، وسيقيم دينه، ويعز عباده
المؤمنين. فلما وبخ تعالى من انقلب على عقبيه، مدح من ثبت مع رسوله،
وامتثل أمر ربه فقال:
{وسيجزي الله الشاكرين}، والشكر لا يكون إلا
بالقيام بعبودية الله تعالى في كل حال. وفي هذه الآية الكريمة إرشاد من
الله تعالى لعباده أن يكونوا بحالة لا يزعزعهم عن إيمانهم أو عن بعض لوازمه
فَقْدُ رئيس ولو عظم، وما ذاك إلا بالاستعداد في كل أمر من أمور الدين بعدة
أناس من أهل الكفاءة فيه إذا فُقِدَ أحدُهم قام به غيره، وأن يكون عموم
المؤمنين قصدهم إقامة دين الله والجهاد عنه بحسب الإمكان، لا يكون لهم قصد
في رئيس دون رئيس، فبهذه الحال يستتب لهم أمرهم، وتستقيم أمورهم. وفي هذه
الآية أيضاً أعظم دليل على فضيلة الصديق الأكبر أبي بكر وأصحابه الذين
قاتلوا المرتدين بعد رسول الله - صلى الله عليه وسلم - لأنهم هم سادات
الشاكرين.
(144) Allah تعالى berfirman, ﴾ وَمَا مُحَمَّدٌ
إِلَّا رَسُولٞ قَدۡ خَلَتۡ مِن قَبۡلِهِ ٱلرُّسُلُۚ
﴿ "Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah
berlalu sebelumnya beberapa orang rasul." Maksudnya, beliau bukan rasul
yang pertama, bahkan beliau adalah termasuk jenis para rasul yang
(telah ada) sebelum beliau, di mana tugas mereka
adalah menyam-paikan misi Rabb mereka dan melaksanakan
perintah-perintahNya, dan mereka itu tidaklah kekal. Kekekalan mereka
bukanlah suatu syarat dari penaatan pada perintah-perintah Allah. Yang
wajib atas seluruh umat adalah beribadah kepada Rabb mereka pada setiap
waktu dan kondisi. Karena itu Allah berfirman,﴾
أَفَإِيْن مَّاتَ أَوۡ قُتِلَ ٱنقَلَبۡتُمۡ عَلَىٰٓ أَعۡقَٰبِكُمۡۚ
﴿ "Apakah jika dia wafat atau dibunuh, kamu berbalik ke belakang
(murtad)" dengan meninggalkan sesuatu yang telah
da-tang kepada kalian berupa keimanan,
(syariat) jihad, atau selainnya? Allah تعالى
berfirman, ﴾
وَمَن يَنقَلِبۡ عَلَىٰ عَقِبَيۡهِ فَلَن يَضُرَّ ٱللَّهَ شَيۡـٔٗاۚ
﴿ "Barang-siapa yang berbalik ke belakang, maka dia tidak dapat
mendatangkan mudarat kepada Allah sedikit pun," dia hanya akan
mendatangkan mudarat kepada dirinya sendiri, dan sekiranya tidak
demikian, maka Allah tidak butuh kepadanya, dan Allah pasti akan
mene-gakkan agamaNya serta memuliakan hamba-hambaNya yang beriman.
Ketika Allah mencela orang-orang yang berbalik arah ke belakang
(murtad), maka Allah memuji orang-orang yang
tegar bersama RasulNya dan menaati perintah Tuhannya seraya berfir-man,
﴾
وَسَيَجۡزِي ٱللَّهُ ٱلشَّٰكِرِينَ ﴿ "Dan Allah akan memberi balasan kepada
orang-orang yang bersyukur." Bersyukur itu tidaklah ada kecuali dengan
menegakkan penghambaan kepada Allah dalam segala kondisi. Di dalam ayat
yang mulia ini terkandung petunjuk dari Allah kepada hamba-hambaNya agar
senantiasa kondisinya tidak tergo-yahkan dalam keimanan mereka atau dalam
hal-hal yang berkaitan dengannya yaitu kehilangan pemimpin mereka,
walaupun itu berat. Hal itu tidak akan terwujud kecuali dengan
mempersiapkan segala hal dalam setiap urusan agama dengan mempersiapkan
be-berapa orang yang mumpuni dalam hal itu. Apabila salah seorang
meninggal, maka digantikan oleh lainnya, dan agar seluruh kaum Mukminin
bertujuan untuk menegakkan agama Allah dan berjihad menurut kemampuannya,
dan agar jangan sampai mereka memiliki tujuan bersama suatu pemimpin tanpa
pemimpin lainnya, maka dengan kondisi ini niscaya urusan mereka akan
lancar dan berjalan baik. Di dalam ayat ini juga terkandung sebuah dalil
yang agung atas keutamaan ash-Shiddiq Abu Bakar رضي الله عنه dan
orang-orang yang ikut bersamanya dalam memerangi orang-orang yang murtad
se-telah wafatnya Rasulullah ﷺ, karena mereka itu adalah pemimpin
orang-orang yang bersyukur.
#
{145} ثم أخبر تعالى أن النفوس جميعها معلقة
بآجالها بإذن الله وقدره وقضائه، فمن حتم عليه بالقدر أن يموت مات ولو بغير
سبب، ومن أراد بقاءه فلو وقع من الأسباب كل سبب لم يضره ذلك قبل بلوغ أجله،
وذلك أن الله قضاه وقدره وكتبه إلى أجل مسمى إذا جاء أجلهم فلا يستأخرون
عنه ساعة ولا يستقدمون. ثم أخبر تعالى أنه يعطي الناس من ثواب الدنيا
والآخرة ما تعلقت به إرادتهم، فقال:
{ومن يرد ثواب الدنيا نؤته منها ومن يرد ثواب الآخرة نؤته منها}، قال الله تعالى:
{كلاًّ نمد هؤلاء وهؤلاء من عطاء ربك وما كان عطاء ربك محظوراً. انظر
كيف فضلنا بعضهم على بعض وللآخرة أكبر درجات وأكبر تفضيلاً}. {وسنجزي الشاكرين}، ولم يذكر جزاءهم ليدل
ذلك على كثرته وعظمته، وليعلم أن الجزاء على قدر الشكر قلة وكثرة وحسناً.
(145) Kemudian Allah تعالى mengabarkan bahwasanya
selu-ruh jiwa terkait dengan ajal yang telah ditentukan untuknya dengan
izin Allah, Qadha` dan QadarNya. Karena itu, barangsiapa yang ditentukan
Qadarnya untuk meninggal, niscaya dia meninggal, walaupun tanpa ada
sebabnya. Dan barangsiapa yang dikehendaki hidup walaupun tertimpa oleh
sebab-sebab yang memudaratkan jiwanya, niscaya tidak akan membinasakannya
sebelum ajal diri-nya tiba. Itu karena Allah telah menetapkan Qadha` dan
Qadar dan menulisnya hingga sampai batas waktu yang ditentukan. Apabila
ajal mereka telah tiba, niscaya tidak akan dapat ditunda sesaat pun dan
tidak pula dimajukan. Kemudian Allah تعالى memberitakan bahwasanya Dia
membe-rikan pahala dunia dan akhirat kepada manusia selama keinginan
mereka tertuju kepada hal itu seraya berfirman,﴾ وَمَن يُرِدۡ ثَوَابَ
ٱلدُّنۡيَا نُؤۡتِهِۦ مِنۡهَا وَمَن يُرِدۡ ثَوَابَ ٱلۡأٓخِرَةِ نُؤۡتِهِۦ
مِنۡهَاۚ
﴿ "Barangsiapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya
pahala dunia itu, dan barangsiapa meng-hendaki pahala akhirat, niscaya
Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat
itu." Allah تعالى berfirman, ﴾
كُلّٗا نُّمِدُّ هَٰٓؤُلَآءِ وَهَٰٓؤُلَآءِ مِنۡ عَطَآءِ رَبِّكَۚ وَمَا
كَانَ عَطَآءُ رَبِّكَ مَحۡظُورًا 20 ٱنظُرۡ كَيۡفَ فَضَّلۡنَا بَعۡضَهُمۡ
عَلَىٰ بَعۡضٖۚ وَلَلۡأٓخِرَةُ أَكۡبَرُ دَرَجَٰتٖ وَأَكۡبَرُ تَفۡضِيلٗا 21
﴿ "Kepada masing-masing golongan, baik golongan ini maupun golongan itu
Kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu. Dan kemurahan Tuhanmu tidak
dapat dihalangi. Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan sebagian dari
mereka atas sebagian (yang lain). Dan pasti
kehidupan akhirat lebih tinggi tingkatnya dan lebih besar keutamaannya."
(Al-Isra`: 20-21).
﴾
وَسَنَجۡزِي ٱلشَّٰكِرِينَ ﴿ "Dan Kami akan memberi balasan kepada
orang-orang yang bersyukur." Allah tidak menyebutkan "balasan mereka," hal
ini menunjukkan atas banyak dan agungnya balasan itu, dan agar diketahui
bahwa balasan itu menurut kadar syukur yang dilakukan; sedikit-banyaknya
maupun mutunya.
{وَكَأَيِّنْ مِنْ نَبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا
وَهَنُوا لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَمَا ضَعُفُوا وَمَا
{اسْتَكَانُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ
(146) وَمَا كَانَ قَوْلَهُمْ إِلَّا أَنْ
قَالُوا رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا
وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
(147) فَآتَاهُمُ اللَّهُ ثَوَابَ الدُّنْيَا
وَحُسْنَ ثَوَابِ الْآخِرَةِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
(148)}
.
"Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah
besar dari pengikut
(nya) yang bertakwa. Mereka
tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan
tidak lesu dan tidak
(pula) menyerah
(kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang
sabar. Tidaklah doa mereka kecuali ucapan, 'Ya Tuhan kami, ampunilah
dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam
urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap
kaum yang kafir.' Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di
dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang
berbuat kebaikan."
(Ali Imran: 146-148).
#
{146} هذا تسلية للمؤمنين وحثٌّ على الاقتداء
بهم والفعل كفعلهم، وأن هذا أمر قد كان متقدماً لم تزل سنة الله جارية
بذلك، فقال:
{وكأين من نبي}؛ أي:
وكم من نبي
{قاتل معه ربيون كثير}؛
أي:
جماعات كثيرون من أتباعهم الذين قد ربتهم الأنبياء بالإيمان والأعمال
الصالحة فأصابهم قتل وجراح وغير ذلك،
{فما وهنوا لما أصابهم في سبيل الله وما ضعفوا وما استكانوا}؛ أي: ما ضعفت قلوبهم، ولا وهنت أبدانهم، ولا
استكانوا؛ أي: ذلُّوا لعدوهم، بل صبروا وثبتوا
وشجعوا أنفسهم، ولهذا قال:
{والله يحب الصابرين}.
(146) Ini merupakan hiburan bagi kaum Mukminin dan
sebuah anjuran untuk mengikuti jejak mereka dan melakukan seperti
perbuatan mereka, dan bahwasanya perkara ini adalah per-kara yang telah
ada sejak dahulu, di mana sunnatullah terus ber-jalan seperti itu. Allah
berfirman, ﴾ وَكَأَيِّن مِّن نَّبِيّٖ
﴿ "Dan berapa banyaknya nabi," maksudnya, betapa banyak Nabi, ﴾
قَٰتَلَ مَعَهُۥ رِبِّيُّونَ كَثِيرٞ
﴿ "yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut(nya)
yang bertakwa," yaitu, kelompok yang banyak dari pengikut-pengikutnya
yang telah dididik oleh para nabi dengan keimanan dan amalan shalih,
lalu mereka terbunuh, menderita luka, dan sebagainya. ﴾
فَمَا وَهَنُواْ لِمَآ أَصَابَهُمۡ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ وَمَا ضَعُفُواْ
وَمَا ٱسۡتَكَانُواْۗ
﴿ "Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di
jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak
(pula) menyerah
(kepada musuh)." Maksudnya, hati mereka tidak
menjadi lemah dan tubuh mereka tidak lesu dan tidak pula mereka
menyerah, artinya mereka tidak tunduk di hadapan mu-suh mereka, akan
tetapi mereka bersabar, tegar, dan mengobarkan semangat bagi jiwa
mereka. Oleh karena itu, Allah berfirman,﴾
وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلصَّٰبِرِينَ ﴿ "Dan Allah menyukai orang-orang yang
sabar."
#
{147} ثم ذكر قولهم واستنصارهم لربهم فقال:
{وما كان قولهم}؛
أي:
في تلك المواطن الصعبة
{إلا أن قالوا ربنا اغفر لنا ذنوبنا وإسرافنا في أمرنا}، والإسراف هو: مجاوزة الحد إلى ما حرم، علموا أن
الذنوب والإسراف من أعظم أسباب الخذلان وأن التخلي منها من أسباب النصر،
فسألوا ربهم مغفرتها. ثم إنهم لم يتكلوا على ما بذلوا جهدهم به من الصبر،
بل اعتمدوا على الله، وسألوه أن يثبت أقدامهم عند ملاقاة الأعداء الكافرين،
وأن ينصرهم عليهم، فجمعوا بين الصبر وترك ضده، والتوبة والاستغفار
والاستنصار بربهم، لا جرم أن الله نصرهم،
وجعل لهم العاقبة في الدنيا والآخرة ولهذا قال:
(147) Kemudian Allah menyebutkan tentang perkataan
dan permohonan bantuan mereka kepada Rabb mereka seraya ber-firman, ﴾
وَمَا كَانَ قَوۡلَهُمۡ
﴿ "Tidaklah doa mereka", yaitu, pada kondisi dan kesempatan yang sulit
itu, ﴾
إِلَّآ أَن قَالُواْ رَبَّنَا ٱغۡفِرۡ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسۡرَافَنَا فِيٓ
أَمۡرِنَا ﴿ "kecuali ucapan, 'Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan
tindakan-tin-dakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami'."
Berlebih-lebihan itu adalah melampaui batas menuju kepada yang haram.
Mereka mengetahui bahwa dosa-dosa dan sikap ber-lebih-lebihan itu
merupakan faktor paling besar dalam kehinaan, dan bahwa menjauh dari hal
itu merupakan faktor terbesar menda-patkan kemenangan. Maka mereka memohon
kepada Rabb mereka agar mengampuni dosa-dosa dari sikap berlebih-lebihan
mereka tersebut. Kemudian mereka tidak hanya bersandar pada kesabaran yang
telah mereka kerahkan, akan tetapi mereka bersandar kepada Allah dan
memohon kepadaNya agar meneguhkan kaki mereka ketika menghadapi musuh kaum
kafir, dan agar Allah membela mereka atas kaum kafir tersebut. Mereka
menyatukan antara ke-sabaran dan meninggalkan hal-hal yang bertentangan
dengannya, bertaubat, memohon ampunan, dan memohon pertolongan kepada
Tuhan mereka. Maka tidaklah meragukan lagi bahwa Allah mem-bela mereka dan
menjadikan akibat yang baik bagi mereka di dunia dan di akhirat. Karena
itu Allah berfirman,
#
{148}
{فآتاهم الله ثواب الدنيا} من النصر والظفر
والغنيمة {وحُسن ثواب الآخرة} وهو الفوز برضا
ربهم والنعيم المقيم الذي قد سلم من جميع المنكدات، وما ذاك إلا أنهم
أحسنوا له الأعمال فجازاهم بأحسن الجزاء،
فلهذا قال:
{والله يحب المحسنين} في عبادة الخالق
ومعاملة الخلق، ومن الإحسان أن يفعل عند جهاد الأعداء كفعل هؤلاء
المؤمنين. ثم قال تعالى:
(148) ﴾ فَـَٔاتَىٰهُمُ ٱللَّهُ ثَوَابَ ٱلدُّنۡيَا
﴿ "Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia" berupa
pembelaan dan kemenangan serta harta rampasan perang, ﴾
وَحُسۡنَ ثَوَابِ ٱلۡأٓخِرَةِۗ
﴿ "dan pahala yang baik di akhirat", yaitu kemenangan dengan
mendapatkan keridhaan Rabb mereka dan kenikmatan yang abadi yang
terlepas dari segala rintangan. Tidaklah mereka memperoleh itu semua
melainkan karena mereka telah berbuat amalan yang baik untukNya hingga
Dia memberikan balasan untuk mereka dengan balasan yang ter-baik. Karena
itu Allah berfirman, ﴾
وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِينَ ﴿ "Dan Allah menyukai orang-orang yang
berbuat kebaikan" dalam beribadah kepada Sang Pencipta dan bermuamalah
dengan makhluk. Dan termasuk berbuat baik itu adalah dia melakukan sesuatu
dalam memerangi musuh sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang yang
beriman ter-sebut. Kemudian Allah berfirman,
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تُطِيعُوا الَّذِينَ كَفَرُوا
يَرُدُّوكُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ فَتَنْقَلِبُوا خَاسِرِينَ
(149) بَلِ اللَّهُ مَوْلَاكُمْ وَهُوَ خَيْرُ
النَّاصِرِينَ (150) سَنُلْقِي فِي قُلُوبِ
الَّذِينَ كَفَرُوا {الرُّعْبَ بِمَا أَشْرَكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ
يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَمَأْوَاهُمُ النَّارُ وَبِئْسَ مَثْوَى
الظَّالِمِينَ (151)}
.
"Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menaati orang-orang yang kafir
itu, niscaya mereka mengembalikanmu ke bela-kang
(kepada kekafiran), lalu jadilah kamu orang-orang
yang rugi. Tetapi
(ikutilah Allah), Allah-lah
Pelindungmu, dan Dia-lah sebaik-baik Penolong. Akan Kami masukkan ke dalam
hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka mempersekutukan Allah
dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu.
Tempat kembali mereka adalah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat
tinggal orang-orang yang zhalim."
(Ali Imran: 149-151).
#
{149} وهذا نهي من اللَّهِ للمؤمنين، أن
يطيعوا الكافرين من المنافقين والمشركين فإنهم إذا أطاعوهم لم يريدوا لهم
إلا الشر، وهم قصدهم ردهم إلى الكفر الذي عاقبته الخيبة والخسران.
(149) Ini adalah larangan dari Allah untuk kaum
Mukminin, yaitu mereka tidak boleh menaati kaum kafir dari kalangan kaum
munafik dan kaum musyrikin. Karena bila mereka menaati orang-orang
tersebut, maka tidaklah kaum itu menghendaki untuk mereka melainkan
keburukan, sedangkan tujuan orang-orang itu adalah mengembalikan mereka
(kaum Mukminin) kepada kekufuran yang berakibat
kepada kesia-siaan dan kerugian.
#
{150} ثم أخبر أنه مولاهم وناصرهم، ففيه
إخبار لهم بذلك وبشارة، بأنه يتولى أمورهم بلطفه ويعصمهم من أنواع الشرور،
وفي ضمن ذلك الحث لهم على اتخاذه وحده وليًّا وناصراً من دون كل أحد.
(150) Kemudian Allah memberitahukan bahwasanya Dia
adalah Penolong dan Pembela mereka. Di dalam ayat ini terkan-dung kabar
buat mereka tentang hal itu dan suatu berita gembira; yaitu bahwa Allah
mengatur urusan mereka dengan kelembutan-Nya dan melindungi mereka dari
segala bentuk kejahatan. Dan termasuk dalam kategori itu adalah anjuran
buat mereka, agar mereka menjadikan Allah semata sebagai Penolong dan
Pembela, tanpa selainNya.
#
{151} فمن ولايته ونصره لهم أنه وعدهم أنه
سيلقي في قلوب أعدائهم من الكافرين الرعب، وهو الخوف العظيم الذي يمنعهم من
كثير من مقاصدهم، وقد فعل تعالى، وذلك أن المشركين بعد ما انصرفوا من وقعة
أُحد تشاوروا بينهم، وقالوا: كيف ننصرف بعد أن
قتلنا منهم من قتلنا وهزمناهم ولما نستأصلهم؟ فهَمُّوا بذلك، فألقى اللَّهُ
الرعبَ في قلوبهم فانصرفوا خائبين. ولا شكَّ أن هذا من أعظم النصر،
لأنه قد تقدم أن نصر الله لعباده المؤمنين لا يخرج عن أحد أمرين:
إما أن يقطعَ طرفاً ممن كفروا أو يكبتهم فينقلبوا خائبين. وهذا من
الثاني.
ثم ذكر السبب الموجب لإلقاء الرعب في قلوب الكافرين فقال:
{بما أشركوا بالله ما لم ينزل به سلطاناً}؛ أي: ذلك بسبب ما اتخذوا من دونه من الأنداد
والأصنام التي اتخذوها على حسب أهوائهم وإراداتهم الفاسدة من غير حجة ولا
برهان، وانقطعوا من ولاية الواحد الرحمن، فمن ثَمَّ كان المشرك مرعوباً من
المؤمنين لا يعتمد على ركن وثيق، وليس له ملجأ عند كل شدة وضيق، هذا حاله
في الدنيا وأما في الآخرة فأشد وأعظم، ولهذا قال:
{ومأواهم النار}؛
أي:
مستقرهم الذي يأوون إليه وليس لهم عنها خروج
{وبئس مثوى الظالمين}، بسبب ظلمهم وعدوانهم؛
صارت النارُ مثواهم.
(151) Di antara pertolongan dan pembelaanNya bagi
me-reka adalah bahwa Dia berjanji untuk meletakkan ketakutan pada hati
orang-orang kafir, yaitu kekhawatiran yang kuat yang meng-halangi mereka
dari sebagian besar tujuan mereka, dan sungguh Allah تعالى telah
melakukannya, yang demikian itu karena kaum musyrikin ketika berpaling
dari peperangan Uhud mereka ber-musyawarah, mereka berkata, "Bagaimana
bisa kita pulang setelah kita membunuh orang-orang yang telah kita bunuh
dari kalangan mereka dan telah kita kalahkan mereka, padahal kita belum
mem-berantas mereka?" Lalu mereka hendak melakukan itu, namun Allah
menjatuhkan ketakutan pada hati mereka hingga mereka berpaling pulang
dengan sia-sia. Tidak diragukan bahwa hal ini merupakan pertolongan yang
paling besar, karena sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa pertolongan
Allah kepada hamba-hambaNya yang beriman itu tidaklah akan keluar dari dua
kemungkinan; pertama, membasmi sekelompok dari kaum kafir. Kedua, mendesak
mereka hingga mereka kembali pulang dengan sia-sia. Kisah ini termasuk
kategori kedua. Kemudian Allah menyebutkan sebab-sebab yang meng-akibatkan
Allah menjatuhkan ketakutan itu pada hati orang-orang kafir seraya
berfirman, ﴾ بِمَآ أَشۡرَكُواْ بِٱللَّهِ مَا لَمۡ يُنَزِّلۡ بِهِۦ
سُلۡطَٰنٗاۖ
﴿ "Disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah
sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu." Maksudnya, hal
tersebut disebab-kan karena tindakan mereka mengambil sekutu selainNya
berupa tandingan-tandingan dan patung-patung yang telah mereka sembah
menurut hawa nafsu dan keinginan mereka yang batil, tanpa ada alasan dan
keterangan sedikit pun. Maka terputuslah mereka dari pertolongan Allah
Yang Maha Esa lagi Maha Penyayang. Itulah sebabnya orang musyrik takut
dari (bahaya) kaum Mukminin yang mana orang
musyrik itu tidak bersandar pada sebuah pegangan yang kokoh, dan tidak
pula memiliki sandaran pada setiap kesulitan dan kesempitan. Ini adalah
kondisinya di dunia, sedangkan di akhirat kondisinya akan lebih dahsyat
dan lebih besar lagi. Karena itu, Allah berfirman, ﴾
وَمَأۡوَىٰهُمُ ٱلنَّارُۖ
﴿ "Tempat kembali mereka adalah neraka", yaitu tempat menetap mereka
yang menjadi tempat kembali mereka, di mana mereka tidak akan keluar
darinya, ﴾
وَبِئۡسَ مَثۡوَى ٱلظَّٰلِمِينَ ﴿ "dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal
orang-orang yang zhalim," dikarenakan kezhaliman dan permusuhan mereka,
sehingga neraka menjadi tempat kembali mereka.
{وَلَقَدْ صَدَقَكُمُ اللَّهُ وَعْدَهُ إِذْ تَحُسُّونَهُمْ بِإِذْنِهِ
حَتَّى إِذَا فَشِلْتُمْ وَتَنَازَعْتُمْ فِي الْأَمْرِ وَعَصَيْتُمْ
مِنْ بَعْدِ مَا أَرَاكُمْ مَا تُحِبُّونَ مِنْكُمْ مَنْ يُرِيدُ
الدُّنْيَا وَمِنْكُمْ مَنْ يُرِيدُ الْآخِرَةَ ثُمَّ صَرَفَكُمْ
عَنْهُمْ لِيَبْتَلِيَكُمْ وَلَقَدْ عَفَا عَنْكُمْ وَاللَّهُ ذُو فَضْلٍ
عَلَى الْمُؤْمِنِينَ (152)}
.
"Dan sungguh Allah telah memenuhi janjiNya kepadamu, ketika kamu membunuh
mereka dengan izinNya sampai pada saat kamu lemah dan berselisih dalam
urusan itu dan mendurhakai perintah
(Rasul) setelah Allah memperlihatkan kepadamu
sesuatu yang kamu sukai. Di antara kalian ada orang yang menghendaki
dunia, dan di antara kalian ada orang yang menghendaki akhirat. Kemudian
Allah memalingkan kalian dari mereka untuk menguji kalian, dan sungguh
Allah telah memaafkan kalian. Dan Allah mempunyai karunia
(yang dilimpahkan) atas orang-orang yang beriman."
(Ali Imran: 152).
#
{152} أي:
{ولقد صدقكم الله وعده} بالنصر فنصركم عليهم
حتى ولوكم أكتافهم، وطفقتم فيهم قتلاً حتى صرتم سبباً لأنفسكم وعوناً
لأعدائكم عليكم، فلما حصل منكم الفشل وهو الضعف والخور
{وتنازعتم في الأمر} الذي فيه ترك أمر الله
بالائتلاف وعدم الاختلاف، فاختلفتم؛ فمن قائل نقيم في مركزنا الذي جعلنا
فيه النبي - صلى الله عليه وسلم -، ومن قائل ما مقامنا فيه وقد انهزم العدو
ولم يبق محذور، فعصيتم الرسول وتركتم أمره، من بعد ما أراكم الله ما تحبون،
وهو انخذال أعدائكم، لأن الواجب على من أنعم الله عليه بما أحب أعظم من
غيره، فالواجب في هذه الحال خصوصاً وفي غيرها عموماً امتثال أمر الله
ورسوله، {منكم من يريد الدنيا}؛ وهم الذين
أوجب لهم ذلك ما أوجب،
{ومنكم من يريد الآخرة}؛ وهم الذين لزموا أمر
رسول الله. وثبتوا حيث أُمروا،
{ثم صرفكم عنهم}؛
أي:
بعد ما وجدت هذه الأمور منكم، صرف الله وجوهكم عنهم، فصار الوجه لعدوكم
ابتلاء من الله لكم وامتحاناً، ليتبين المؤمن من الكافر والطائع من
العاصي،
وليكفِّرَ الله عنكم بهذه المصيبة ما صدر منكم فلهذا قال:
{ولقد عفا عنكم والله ذو فضل على المؤمنين}؛ أي: ذو فضل عظيم عليهم، حيث مَنَّ عليهم
بالإسلام، وهداهم لشرائعه، وعفا عنهم سيئاتهم، وأثابهم على مصيباتهم، ومن
فضله على المؤمنين أنه لا يُقَدِّرُ عليهم خيراً ولا مصيبةً إلا كان خيراً
لهم، إن أصابتهم سرَّاء فشكروا، جازاهم جزاءَ الشاكرين، وإن أصابتهم ضرَّاء
فصبروا، جازاهم جزاء الصابرين.
(152) Maksudnya, ﴾ وَلَقَدۡ صَدَقَكُمُ ٱللَّهُ
وَعۡدَهُۥٓ
﴿ "Dan sungguh Allah telah memenuhi janjiNya kepadamu" dengan
pertolongan lalu Allah menolong kalian atas ancaman mereka hingga
membuat kalian dapat menguasai mereka dan mampu membunuh mereka, tapi
akhirnya kalian menjadi penyebab kehancuran bagi diri kalian sendiri dan
penolong bagi musuh kalian atas keburukan diri kalian, dan ketika kalian
menderita kegagalan, yaitu kelemahan dan lesu, ﴾
وَتَنَٰزَعۡتُمۡ فِي ٱلۡأَمۡرِ
﴿ "dan berselisih dalam urusan itu", yang di dalam perkara tersebut
terdapat suatu tindakan meninggalkan perintah Allah untuk bersatu dan
tidak berselisih; namun kalian berselisih. Ada yang berkata agar kita
tetap pada posisi kita yang telah dite-tapkan oleh Nabi ﷺ untuk kita,
ada juga yang berkata kita tidak perlu tetap di sana, karena musuh telah
kalah dan tidak ada lagi yang dikhawatirkan, maka kalian bermaksiat
kepada Rasul dengan meninggalkan perintahnya setelah Allah
memperlihatkan kepada kalian sesuatu yang kalian sukai, yaitu terhinanya
musuh kalian. Karena kewajiban atas orang yang telah diberikan nikmat
oleh Allah dengan sesuatu yang dicintainya adalah lebih besar daripada
selainnya. Maka yang wajib dalam kondisi seperti ini secara khusus, dan
pada kondisi lainnya secara umum adalah melaksanakan pe-rintah Allah dan
RasulNya. ﴾
مِنكُم مَّن يُرِيدُ ٱلدُّنۡيَا
﴿ "Di antara kalian ada orang yang menghen-daki dunia," mereka itu
adalah orang-orang yang dipalingkan
(oleh harta rampasan) dari posisi yang
diwajibkan atas mereka,﴾
وَمِنكُم مَّن يُرِيدُ ٱلۡأٓخِرَةَۚ
﴿ "dan di antara kalian ada orang yang menghendaki akhirat," mereka itu
adalah orang-orang yang tetap melaksanakan perintah Rasulullah ﷺ dan
tegar menurut apa yang diperintahkan kepada mereka. ﴾
ثُمَّ صَرَفَكُمۡ عَنۡهُمۡ
﴿ "Kemudian Allah memalingkan kalian dari mereka", maksudnya setelah
terjadinya perkara tersebut dari kalian, maka Allah memalingkan wajah
kalian dari mereka, hingga keung-gulan menjadi milik musuh kalian
sebagai ujian dan cobaan dari Allah bagi kalian, agar jelas orang Mukmin
dari orang kafir, orang yang taat dari orang yang durhaka, dan agar
Allah menggugurkan dari kalian
(dengan musibah ini) dosa yang telah kalian
perbuat. Karena itu Allah berfirman, ﴾
وَلَقَدۡ عَفَا عَنكُمۡ وَٱللَّهُ ذُو فَضۡلٍ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ﴿ "dan
sungguh Allah telah memaafkan kalian. Dan Allah mempunyai ka-runia
(yang dilimpahkan) atas orang-orang yang beriman."
Maksudnya Dia memiliki karunia yang besar terhadap mereka, di mana Allah
telah memberikan karuniaNya atas mereka dengan Islam, menun-jukkan mereka
kepada syariatNya, mengampuni keburukan-kebu-rukan mereka, dan memberikan
ganjaran atas musibah-musibah mereka. Dan di antara karuniaNya atas kaum
Mukminin adalah bahwa tidaklah Allah menetapkan untuk mereka suatu
kebaikan maupun musibah melainkan pasti hal itu adalah kebaikan bagi
mereka. Apabila mereka tertimpa hal-hal yang menyenangkan lalu mereka
mensyukurinya, niscaya Allah membalasnya dengan balasan orang-orang yang
bersyukur, dan apabila mereka tertimpa hal-hal yang menyakitkan lalu
mereka bersabar, niscaya Allah membalas mereka dengan balasan orang-orang
yang bersabar.
{إِذْ تُصْعِدُونَ وَلَا تَلْوُونَ عَلَى أَحَدٍ وَالرَّسُولُ
يَدْعُوكُمْ فِي أُخْرَاكُمْ فَأَثَابَكُمْ غَمًّا بِغَمٍّ لِكَيْلَا
تَحْزَنُوا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا مَا أَصَابَكُمْ وَاللَّهُ خَبِيرٌ
بِمَا تَعْمَلُونَ (153) ثُمَّ أَنْزَلَ
عَلَيْكُمْ مِنْ بَعْدِ الْغَمِّ أَمَنَةً نُعَاسًا يَغْشَى طَائِفَةً
مِنْكُمْ وَطَائِفَةٌ قَدْ أَهَمَّتْهُمْ أَنْفُسُهُمْ يَظُنُّونَ
بِاللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ ظَنَّ الْجَاهِلِيَّةِ يَقُولُونَ هَلْ لَنَا
مِنَ الْأَمْرِ مِنْ شَيْءٍ قُلْ إِنَّ الْأَمْرَ كُلَّهُ لِلَّهِ
يُخْفُونَ فِي أَنْفُسِهِمْ مَا لَا يُبْدُونَ لَكَ يَقُولُونَ لَوْ
كَانَ لَنَا مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ مَا قُتِلْنَا هَاهُنَا قُلْ لَوْ
كُنْتُمْ فِي بُيُوتِكُمْ لَبَرَزَ الَّذِينَ كُتِبَ عَلَيْهِمُ
الْقَتْلُ إِلَى مَضَاجِعِهِمْ وَلِيَبْتَلِيَ اللَّهُ مَا فِي
صُدُورِكُمْ وَلِيُمَحِّصَ مَا فِي قُلُوبِكُمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ
بِذَاتِ الصُّدُورِ (154)}
.
"
(Ingatlah) ketika kamu lari dan tidak menoleh
kepada se-orang pun, sedang Rasul yang berada di antara kawan-kawanmu yang
lain memanggilmu, karena itu Allah menimpakan atasmu kesedihan di atas
kesedihan, supaya kamu jangan bersedih hati terhadap apa yang luput darimu
dan terhadap apa yang menimpa-mu. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan. Kemudian setelah kamu berduka cita, Allah menurunkan kepadamu
ke-amanan
(berupa) kantuk yang meliputi segolongan
darimu, sedang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri,
mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah sebagaimana sang-kaan
jahiliyah. Mereka berkata, 'Apakah ada bagi kita barang sesuatu
(hak campur tangan) dalam urusan ini?' Katakanlah,
'Sesungguhnya urusan itu seluruhnya adalah hak Allah.' Mereka
menyembunyikan dalam hati mereka sesuatu yang tidak mereka terangkan
kepadamu; mereka berkata, 'Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu
(hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita
tidak akan dibunuh
(dikalahkan) di sini.'
Katakanlah, 'Seki-ranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang
telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar
(juga) ke tempat me-reka terbunuh.' Dan Allah
(berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada
dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Dan Allah
Maha Mengetahui isi hati."
(Ali Imran: 153-154).
#
{153} يذكرهم تعالى حالهم في وقت انهزامهم عن
القتال، ويعاتبهم على ذلك فقال:
{إذ تُصعدون}؛ أي:
تَجِدُّون في الهرب
{ولا تلوون على أحد}؛
أي:
لا يلوي أحد منكم على أحد ولا ينظر إليه، بل ليس لكم هَمٌّ إلا الفرار
والنجاء عن القتال، والحال أنه ليس عليكم خطر كبير، إذ لستم آخر الناس مما
يلي الأعداء ويباشر الهيجاء، بل
{الرسول يدعوكم في أخراكم}؛
أي:
مما يلي القوم يقول:
«إليَّ عباد الله» ، فلم تلتفتوا إليه ولا عرجتم
عليه، فالفرار نفسه موجب للوم، ودعوة الرسول الموجبة لتقديمه على النفس
أعظم لوماً بتخلفكم عنها {فأثابكم}؛
أي:
جازاكم على فعلكم
{غمًّا بغم}؛ أي:
غمًّا يتبعه غمٌّ، غمٌّ بفوات النصر وفوات الغنيمة، وغمٌّ بانهزامكم، وغمٌّ
أنساكم كل غمٍّ وهو سماعكم أن محمداً - صلى الله عليه وسلم - قد قتل.
ولكن الله بلطفه وحسن نظره لعباده جعل اجتماع هذه الأمور لعباده المؤمنين
خيراً لهم فقال:
{لكيلا تحزنوا على ما فاتكم}؛ من النصر
والظفر، {ولا ما أصابكم}؛ من الهزيمة والقتل
والجراح إذا تحققتم أن الرسول - صلى الله عليه وسلم - لم يقتل، هانت عليكم
تلك المصيبات، واغتبطتم بوجوده المسلي عن كل مصيبة ومحنة، فلله ما في ضمن
البلايا والمحن من الأسرار والحكم، وكل هذا صادر عن علمه وكمال خبرته
بأعمالكم وظواهركم وبواطنكم، ولهذا قال:
{والله خبير بما تعملون}،
ويحتمل أن معنى قوله:
{لكيلا تحزنوا على ما فاتكم ولا ما أصابكم}؛ يعني: أنه قدَّر ذلك الغم والمصيبة عليكم، لكي
تتوطن نفوسكم وتمَرَّنُوا على الصبر على المصيبات، ويخف عليكم تحمل
المشقات.
(153) Allah تعالى mengingatkan mereka tentang
kondisi me-reka saat kalah perang, dan Allah mencela mereka atas hal
tersebut seraya berfirman, ﴾ إِذۡ تُصۡعِدُونَ
﴿ "(Ingatlah) ketika kamu lari", yaitu kabur
dari perang, ﴾
وَلَا تَلۡوُۥنَ عَلَىٰٓ أَحَدٖ
﴿ "dan tidak menoleh kepada seorang pun", maksudnya, tak seorang pun
dari kalian menoleh kepada orang lain dan tidak melihatnya, bahkan
kalian tidak me-miliki keinginan kecuali lari dan selamat dari
peperangan, padahal tidak ada bahaya besar atas kalian, karena kalian
itu bukanlah manusia yang terakhir yang menghadapi musuh dan merasakan
kedahsyatan perang, akan tetapi, ﴾
ا ل ر ّ َ س ُ و ل ُ يَدۡعُوكُمۡ فِيٓ أُخۡرَىٰكُمۡ
﴿ "Rasul yang berada di antara kawan-kawanmu yang lain memanggilmu,"
mak-sudnya beliaulah yang berada di belakang kalian seraya berkata,
"Datanglah kepadaku wahai hamba-hamba Allah,"[10]
namun kalian tidak menoleh kepadanya dan tidak pula kalian berpaling
kepada-nya. Padahal melarikan diri dari perang itu adalah tindakan yang
patut dicela, dan mengabaikan seruan Rasul yang wajib untuk didahulukan
atas (keselamatan) jiwa sendiri adalah lebih
besar celaannya. ﴾
فَأَثَٰبَكُمۡ
﴿ "Karena itu Allah menimpakan atas kamu," maksud-nya, Allah membalas
perbuatan kalian itu dengan ﴾
غَمَّۢا بِغَمّٖ
﴿ "kese-dihan di atas kesedihan," maksudnya, kesedihan yang diikuti
dengan kesedihan lain, kesedihan dengan lenyapnya kemenangan dan
hilangnya ghanimah, dan kesedihan dengan kekalahan kalian, serta
kesedihan yang membuat kalian patah semangat saat kalian men-dengar
bahwa Muhammad ﷺ telah terbunuh. Akan tetapi Allah dengan kasih
sayangNya dan bagusnya pandanganNya bagi hamba-hambaNya, menjadikan
terkumpul-nya segala perkara-perkara tersebut bagi hamba-hambaNya yang
beriman sebagai suatu kebaikan bagi mereka. Allah berfirman, ﴾
لِّكَيۡلَا تَحۡزَنُواْ عَلَىٰ مَا فَاتَكُمۡ
﴿ "Supaya kamu jangan bersedih hati terhadap apa yang luput darimu,"
berupa keme-nangan dan keberhasilan, ﴾
وَلَا مَآ أَصَٰبَكُمۡۗ
﴿ "dan terhadap apa yang menimpamu", berupa kekalahan, kematian, dan
menderita luka; ketika terbukti bagi kalian bahwa Rasul ﷺ itu tidak
terbunuh, maka terasa kecillah bagi kalian musibah-musibah tersebut.
Kalian berbahagia dengan keberadaannya yang menjadi penghibur dari
segala cobaan dan ujian, dan hanya Allah saja yang mengetahui rahasia
dan hikmah yang terkandung di balik segala ujian dan cobaanNya. Semua
itu bersumber dari ilmu dan kesempurnaan pengeta-huanNya terhadap
perbuatan-perbuatan, penampilan-penampilan zahir maupun batin kalian.
Karena itulah Allah berfirman, ﴾
وَٱللَّهُ خَبِيرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ
﴿ "Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." Dan mengandung
kemungkinan bahwa makna FirmanNya, ﴾
لِّكَيۡلَا تَحۡزَنُواْ عَلَىٰ مَا فَاتَكُمۡ وَلَا مَآ أَصَٰبَكُمۡۗ ﴿
"Supaya kamu jangan bersedih hati terhadap apa yang luput darimu dan
terhadap apa yang menimpamu," bahwasanya Allah telah menetapkan kesedihan
dan musibah tersebut atas kalian agar jiwa kalian tegar dan terlatih di
atas kesabaran terhadap segala musibah dan menjadi ringanlah bagi kalian
untuk menghadapi segala bentuk kesulitan.
#
{154}
{ثم أنزل عليكم من بعد الغم}، الذي أصابكم،
{أمنة نُعاساً يغشى طائفة منكم}، ولا شك أن
هذا رحمة بهم وإحسان وتثبيت لقلوبهم وزيادة طمأنينة، لأن الخائف لا يأتيه
النعاس، لما في قلبه من الخوف، فإذا زال الخوف عن القلب أمكن أن يأتيه
النعاس، وهذه الطائفة التي أنعم الله عليها بالنعاس، هم المؤمنون الذين ليس
لهم إلا إقامة دين الله ورضا الله ورسوله ومصلحة إخوانهم المسلمين، وأما
الطائفة الأخرى الذين {قد أهمتهم أنفسهم}،
فليس لهم هَمٌّ في غيرها لنفاقهم أو ضعف إيمانهم، فلهذا لم يصبهم من النعاس
ما أصاب غيرهم،
{يقولون هل لنا من الأمر من شيء}، وهذا
استفهام إنكاري، أي: ما لنا من الأمر،
أي:
النصر والظهور شيء، فأساؤوا الظنَّ بربهم وبدينه وبنبيه، وظنوا أن الله لا
يتم أمر رسوله، وأن هذه الهزيمة هي الفيصلة والقاضية على دين الله.
قال الله في جوابهم:
{قل إن الأمر كله لله}، الأمر يشمل الأمر
القدري والأمر الشرعي، فجميع الأشياء بقضاء الله وقدره، وعاقبتها النصر
والظفر لأوليائه وأهل طاعته وإن جرى عليهم ما جرى،
{يخفون} يعني المنافقين
{في أنفسهم ما لا يبدون لك}،
ثم بيَّن الأمر الذي يخفونه فقال:
{يقولون لو كان لنا من الأمر شيء}؛
أي:
لو كان لنا في هذه الواقعة رأي ومشورة
{ما قتلنا ههنا}، وهذا إنكار منهم، وتكذيب
بقدر الله، وتسفيه منهم لرأي رسول الله ورأي أصحابه، وتزكية منهم
لأنفسهم، فرد الله عليهم بقوله:
{قل لو كنتم في بيوتكم} التي هي أبعد شيء عن
مظان القتل
{لبرز الذين كتب عليهم القتل إلى مضاجعهم}،
فالأسباب وإن عظمت إنما تنفع إذا لم يعارضها القدر والقضاء، فإذا عارضها
القدر لم تنفع شيئاً، بل لا بد أن يمضي الله ما كتب في اللوح المحفوظ من
الموت والحياة
{وليبتلي الله ما في صدوركم}؛
أي:
يختبر ما فيها من نفاق وإيمان وضعف إيمان،
{وليمحص ما في قلوبكم} من وساوس الشيطان وما
تأثر عنها من الصفات غير الحميدة
{والله عليم بذات الصدور}؛
أي:
بما فيها وما أكنته، فاقتضى علمه وحكمته أن قدر من الأسباب ما به تظهر
مخبآت الصدور وسرائر الأمور. ثم قال تعالى:
(154) ﴾ ثُمَّ أَنزَلَ عَلَيۡكُم مِّنۢ بَعۡدِ
ٱلۡغَمِّ
﴿ "Kemudian setelah kamu berduka cita, Allah menurunkan kepadamu,"
yaitu duka cita yang telah me-nimpa kalian, ﴾
أَمَنَةٗ نُّعَاسٗا يَغۡشَىٰ طَآئِفَةٗ مِّنكُمۡۖ
﴿ "keamanan (berupa) kantuk yang meliputi
segolongan darimu." Tidak diragukan bahwa ini meru-pakan suatu rahmat
atas mereka, kebaikan dan penetapan bagi hati mereka, serta tambahan
ketenangan. Karena seorang yang takut, tidak akan dihinggapi oleh kantuk
disebabkan kekhawatiran yang ada di dalam hatinya. Apabila ketakutan itu
telah hilang dari hati, maka kantuk itu baru bisa datang kepadanya.
Kelompok ini yang dikaruniakan kantuk oleh Allah adalah mereka yang
beriman yang tidak memiliki tujuan kecuali menegak-kan agama Allah,
mengharap keridhaan Allah dan RasulNya serta kemaslahatan
saudara-saudaranya yang Muslim. Adapun kelom-pok lain yang ﴾
قَدۡ أَهَمَّتۡهُمۡ أَنفُسُهُمۡ
﴿ "telah dicemaskan oleh diri mereka sen-diri," maka mereka tidak cemas
pada selain (keselamatan) dirinya disebabkan
kemunafikan mereka atau kelemahan iman mereka. Oleh karena itulah,
mereka tidak terserang kantuk sebagaimana yang menyerang selain mereka.
﴾
يَقُولُونَ هَل لَّنَا مِنَ ٱلۡأَمۡرِ مِن شَيۡءٖۗ
﴿ "Mereka berkata, 'Apakah ada bagi kita barang sesuatu
(hak campur tangan) dalam urusan ini?'" Ini
merupakan pertanyaan penolakan, maksudnya kita tidak punya urusan dalam
perkara itu, yaitu perkara keme-nangan dan keberhasilan barang sedikit
pun, lalu mereka berpra-sangka buruk terhadap Rabb mereka, agamaNya, dan
NabiNya. Mereka mengira bahwa Allah tidak menyempurnakan urusan
RasulNya, dan bahwa kekalahan itu adalah momentum dan penen-tuan
hancurnya agama Allah. Allah berfirman dalam menjawab mereka, ﴾
قُلۡ إِنَّ ٱلۡأَمۡرَ كُلَّهُۥ لِلَّهِۗ
﴿ "Katakanlah, 'Sesungguhnya urusan itu seluruhnya adalah hak Allah'."
Urusan itu meliputi perkara takdir maupun perkara syariat, maka seluruh
perkara adalah karena Qadha` dan Qadar Allah. Hasilnya adalah kemenangan
dan keberhasilan bagi wali-wali Allah dan orang-orang yang taat
kepadaNya, meskipun terjadi sesuatu yang telah terjadi pada mereka.
﴾
يُخۡفُونَ
﴿ "Mereka menyembunyikan", maksudnya orang-orang munafik ﴾
فِيٓ أَنفُسِهِم مَّا لَا يُبۡدُونَ لَكَۖ
﴿ "dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu."
Kemudian Allah menjelaskan perkara yang disembunyikan oleh mereka seraya
berfirman,﴾
يَقُولُونَ لَوۡ كَانَ لَنَا مِنَ ٱلۡأَمۡرِ شَيۡءٞ
﴿ "Mereka berkata, 'Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu
(hak campur tangan) dalam urusan ini',"
maksudnya, sekiranya kita memi-liki hak sedikit campur tangan dalam
kejadian itu berupa pendapat maupun ikut bermusyawarah, ﴾
مَّا قُتِلۡنَا هَٰهُنَاۗ
﴿ "niscaya kita tidak akan dibunuh
(dikalahkan) di sini." Ini adalah pengingkaran
mereka dan sebuah pendustaan terhadap ketentuan Allah, serta menganggap
bodoh pandangan Rasulullah ﷺ dan para sahabat رضي الله عنهم, juga suatu
penyucian diri bagi mereka sendiri. Maka Allah membantah mereka dengan
FirmanNya, ﴾
قُل لَّوۡ كُنتُمۡ فِي بُيُوتِكُمۡ
﴿ "Katakanlah, 'Sekiranya kamu berada di rumahmu'," yang me-rupakan
tempat yang paling jauh dari tempat yang diperkirakan sebagai tempat
kematian, ﴾
لَبَرَزَ ٱلَّذِينَ كُتِبَ عَلَيۡهِمُ ٱلۡقَتۡلُ إِلَىٰ مَضَاجِعِهِمۡۖ
﴿ "niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu
keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh."
Sebab-sebab kematian itu walaupun besar hanya akan ber-guna bila tidak
bertentangan dengan Qadha` dan Qadar Allah, maka apabila bertentangan
dengan Qadha` dan Qadar, tidaklah akan memiliki akibat apa-apa. Akan
tetapi pastilah Allah akan menjalankan apa yang telah ditulis olehNya di
Lauhul Mahfuzh berupa kematian dan kehidupan. ﴾
وَلِيَبۡتَلِيَ ٱللَّهُ مَا فِي صُدُورِكُمۡ
﴿ "Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji
apa yang ada dalam dadamu," mak-sudnya, Allah menguji apa yang ada
padanya berupa kemunafikan, keimanan, dan kelemahan iman. ﴾
وَلِيُمَحِّصَ مَا فِي قُلُوبِكُمۡۚ
﴿ "Dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu" berupa
godaan-godaan setan dan pengaruh yang timbul karenanya dari sifat-sifat
yang tidak terpuji. ﴾
وَٱللَّهُ عَلِيمُۢ بِذَاتِ ٱلصُّدُورِ ﴿ "Dan Allah Maha Mengetahui isi
hati," yaitu, segala yang ada padanya dan apa yang disembunyikannya. Maka
ilmu dan hikmahNya menun-tut bahwa Dia menetapkan sebab-sebab yang dapat
menyingkap segala yang tersembunyi pada hati dan rahasia-rahasia segala
perkara.
{إِنَّ الَّذِينَ تَوَلَّوْا مِنْكُمْ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعَانِ
إِنَّمَا اسْتَزَلَّهُمُ الشَّيْطَانُ بِبَعْضِ مَا كَسَبُوا وَلَقَدْ
عَفَا اللَّهُ عَنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ حَلِيمٌ
(155)}
.
Kemudian Allah تعالى berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang berpaling
di antaramu pada hari bertemunya dua pasukan itu, mereka hanyalah
digelincirkan oleh setan, disebabkan sebagian kesalahan yang telah mereka
perbuat
(di masa lampau), dan sungguh Allah telah memberi
maaf kepada mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyantun."
(Ali Imran: 155).
#
{155} يخبر تعالى عن حال الذين انهزموا يوم
أُحد، وما الذي أوجب لهم الفرار وأنه من تسويل الشيطان، وأنه تسلط عليهم
ببعض ذنوبهم، فهم الذين أدخلوه على أنفسهم ومكنوه بما فعلوا من المعاصي
لأنها مركبة ومدخلة، فلو اعتصموا بطاعة ربهم لما كان له عليهم من
سلطان، قال تعالى:
{إن عبادي ليس لك عليهم سلطان}، ثم أخبر أنه
عفا عنهم بعد ما فعلوا ما يوجب المؤاخذة، وإلا فلو آخذهم لاستأصلهم
{إن الله غفور} للمذنبين الخطائين بما يوفقهم
له من التوبة والاستغفار والمصائب المكفرة
{حليم} لا يعاجل من عصاه بل يستأني به ويدعوه
إلى الإنابة إليه والإقبال عليه، ثم إن تاب، وأناب قبل منه، وصيره كأنه لم
يجر منه ذنب، ولم يصدر عنه عيب. فلله الحمد على إحسانه.
(155) Allah تعالى memberitahukan tentang keadaan
orang-orang yang kalah pada peperangan Uhud, dan sebab yang men-jadikan
mereka melarikan diri dari peperangan dan bahwa hal itu adalah bujukan
setan, dan bahwa setan telah menguasai mereka karena beberapa dosa mereka.
Merekalah yang telah memasukkan setan pada diri mereka sendiri dan
menempatkannya padanya dengan cara melakukan beberapa kemaksiatan, karena
kemaksiatan itu adalah kendaraan dan pintu
(masuknya setan). Sekiranya me-reka itu berpegang
teguh dengan melakukan ketaatan kepada Rabb mereka, niscaya setan itu
tidaklah memiliki kekuasaan atas mereka. Allah تعالى berfirman, ﴾ إِنَّ
عِبَادِي لَيۡسَ لَكَ عَلَيۡهِمۡ سُلۡطَٰنٞۚ
﴿ "Sesungguhnya hamba-hambaKu, kamu tidak dapat berkuasa atas mereka."
(Al-Isra`: 65). Kemudian
Allah memberitahukan bahwasanya Dia telah memaafkan mereka setelah
mereka melakukan hal-hal yang meng-haruskan hukuman, dan bila tidak
demikian, sekiranya Allah menghukum mereka, niscaya Allah akan
membinasakan mereka. ﴾
إِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٌ
﴿ "Sesungguhnya Allah Maha Pengampun" bagi orang-orang yang berdosa dan
orang-orang yang berbuat kesalahan
(dilebur) dengan sesuatu yang dapat memberi
mereka taufik kepadaNya berupa taubat, istighfar, dan musibah-musibah
yang menggugur-kan, ﴾
حَلِيمٞ ﴿ "lagi Maha Penyantun." Allah tidak menyegerakan hukuman orang
yang bermaksiat kepadaNya, akan tetapi menang-guhkannya dan mengajaknya
kembali kepadaNya, dan berserah diri kepadaNya, kemudian bila dia
bertaubat dan kembali, niscaya akan diterima lalu membuatnya seperti tidak
terjadi dosa darinya dan tidak muncul darinya kekurangan. Akhirnya segala
puji hanya milik Allah atas kebaikanNya.
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ كَفَرُوا
وَقَالُوا لِإِخْوَانِهِمْ إِذَا ضَرَبُوا فِي الْأَرْضِ أَوْ كَانُوا
غُزًّى لَوْ كَانُوا عِنْدَنَا مَا مَاتُوا وَمَا قُتِلُوا لِيَجْعَلَ
اللَّهُ ذَلِكَ حَسْرَةً فِي قُلُوبِهِمْ وَاللَّهُ يُحْيِي وَيُمِيتُ
وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
(156) وَلَئِنْ قُتِلْتُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
أَوْ مُتُّمْ لَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرَحْمَةٌ خَيْرٌ مِمَّا
يَجْمَعُونَ (157) وَلَئِنْ مُتُّمْ أَوْ
قُتِلْتُمْ لَإِلَى اللَّهِ تُحْشَرُونَ
(158)}
.
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu seperti orang-orang kafir
(orang-orang munafik) itu, yang mengatakan kepada
saudara-saudara mereka apabila mereka mengadakan perjalanan di muka bumi
atau mereka berperang, 'Kalau mereka tetap bersama-sama kita, tentulah
mereka tidak mati dan tidak dibunuh.' Akibat
(dari perkataan dan keyakinan mereka)
yang demikian itu, Allah menimbulkan rasa penyesalan yang sangat di dalam
hati mereka. Allah menghidupkan dan mematikan. Dan Allah melihat apa yang
kamu kerjakan. Dan sungguh kalau kamu gugur di jalan Allah atau meninggal,
tentulah ampunan Allah dan rahmatNya lebih baik
(bagimu) dari harta rampasan yang mereka
kumpulkan. Dan sungguh jika kamu meninggal atau gugur, tentu-lah
(hanya) kepada Allah saja kamu dikumpulkan."
(Ali Imran: 156-158).
#
{156} ينهى تعالى عباده المؤمنين أن يشابهوا
الكافرين، الذين لا يؤمنون بربهم ولا بقضائه وقدره من المنافقين وغيرهم،
ينهاهم عن مشابهتهم في كل شيء وفي هذا الأمر الخاص وهم أنهم يقولون
لإخوانهم في الدين أو في النسب
{إذا ضربوا في الأرض}؛
أي:
سافروا للتجارة
{أو كانوا غزًّى}؛
أي:
غزاة ثم جرى عليهم قتل أو موت يعارضون القدر ويقولون:
{لو كانوا عندنا ما ماتوا وما قُتلوا}
وهذا كذب منهم، فقد قال تعالى:
{قل لو كنتم في بيوتكم لبرز الذين كتب عليهم القتل إلى مضاجعهم}، ولكن هذا التكذيب لم يفدهم، إلا أن الله يجعل هذا القول وهذه العقيدة
حسرة في قلوبهم، فتزداد مصيبتهم، وأما المؤمنون فإنهم يعلمون أن ذلك بقدر
الله فيؤمنون ويسلمون فيهدي الله قلوبهم ويثبتها ويخفف بذلك عنهم
المصيبة، قال الله ردًّا عليهم:
{والله يحيي ويُميت}؛
أي:
هو المتفرد بذلك فلا يغني حذر عن قدر،
{والله بما تعملون بصير}؛ فيجازيكم بأعمالكم
وتكذيبكم.
(156) Allah تعالى melarang hamba-hambaNya yang
beriman untuk menyerupai orang-orang kafir yang tidak beriman kepada Rabb
mereka, tidak pula kepada Qadha` dan QadarNya, dari ka-langan munafik dan
selainnya. Allah melarang mereka dari me-nyerupai orang-orang tersebut
dalam segala hal, dan khususnya pada perkara ini, di mana mereka berkata
kepada saudara-saudara mereka seagama atau sedarah, ﴾ إِذَا ضَرَبُواْ فِي
ٱلۡأَرۡضِ
﴿ "apabila mereka mengadakan perjalanan di muka bumi," maksudnya,
bepergian untuk berdagang, ﴾
أَوۡ كَانُواْ غُزّٗى
﴿ "atau mereka berperang," maksudnya, mela-kukan perjalanan perang,
kemudian di antara mereka ada yang terbunuh atau mati, maka mereka
menentang Qadar dan berkata, ﴾
لَّوۡ كَانُواْ عِندَنَا مَا مَاتُواْ وَمَا قُتِلُواْ
﴿ "Kalau mereka tetap bersama-sama kita, tentulah mereka tidak mati dan
tidak dibunuh." Ini merupakan dusta dari me-reka, karena Allah تعالى
telah berfirman, ﴾
قُل لَّوۡ كُنتُمۡ فِي بُيُوتِكُمۡ لَبَرَزَ ٱلَّذِينَ كُتِبَ عَلَيۡهِمُ
ٱلۡقَتۡلُ إِلَىٰ مَضَاجِعِهِمۡۖ
﴿ "Katakanlah, 'Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang
yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar
(juga) ke tempat mereka terbunuh'."
(Ali Imran: 154) Akan tetapi pendustaan ini
tidaklah berguna bagi mereka, hanya saja Allah menjadikan perkataan dan
keyakinan tersebut sebagai suatu ungkapan penyesalan dalam hati mereka,
yang akhirnya justru menambah musibah mereka. Sedangkan kaum Mukminin,
mereka mengetahui bahwa itu semua adalah ketentuan Allah, sehingga
mereka meyakininya dan menerimanya lalu Allah memberikan petunjuk bagi
hati mereka, meneguhkannya, dan meringankan bagi mereka musibah
tersebut. Allah berfirman menjawab mereka, ﴾
وَٱللَّهُ يُحۡيِۦ وَيُمِيتُۗ
﴿ "Allah meng-hidupkan dan mematikan," maksudnya, Dia-lah yang Esa
dalam hal tersebut sehingga suatu tindakan kewaspadaan tidak akan
berguna di hadapan takdir. ﴾
وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ بَصِيرٞ ﴿ "Dan Allah melihat apa yang kamu
kerjakan," maka Allah akan membalas kalian atas perbuatan dan pendustaan
kalian.
#
{157} ثم أخبر تعالى أن القتل في سبيله أو
الموت فيه، ليس فيه نقص ولا محذور، وإنما هو مما ينبغي أن يتنافس فيه
المتنافسون، لأنه سبب مفضٍ وموصل إلى مغفرة الله ورحمته، وذلك خير مما يجمع
أهل الدنيا من دنياهم.
(157) Kemudian Allah تعالى mengabarkan bahwa
terbunuh di jalanNya atau mati padaNya, bukanlah suatu kekurangan mau-pun
sesuatu yang harus dikhawatirkan, namun hal itu adalah suatu perkara yang
seharusnya menjadi sesuatu yang diperlombakan oleh orang-orang yang
berlomba, karena merupakan sebab yang menghasilkan dan menyampaikan kepada
ampunan Allah dan rahmatNya. Dan hal itu adalah lebih baik daripada
sesuatu yang dikumpulkan oleh penghuni dunia berupa harta dunia.
#
{158} وأن الخلق أيضاً إذا ماتوا، أو قتلوا
بأي حالة كانت، فإنما مرجعهم إلى الله ومآلهم إليه، فيجازي كلاًّ بعمله،
فأين الفرار إلا إلى الله، وما للخلق عاصم إلا الاعتصام بحبل الله.
(158) Dan bahwa makhluk itu, bila meninggal atau
ter-bunuh dengan kondisi apa pun itu, maka sesungguhnya tempat kembali
mereka hanyalah kepada Allah dan tempat bersandar mereka hanyalah
kepadaNya. Lalu Allah akan membalas setiap orang menurut perbuatannya,
maka ke mana pun pelarian itu, kecuali pasti kepada Allah saja. Dan
tidaklah ada tempat berpegang bagi makhluk kecuali dengan berpegang teguh
dengan tali agama Allah.
{فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا
غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ
وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ
فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
(159)}
.
"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekeli-lingmu. Karena itu maafkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam
urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertawa-kallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakal kepadaNya."
(Ali Imran: 159).
#
{159} أي: برحمة الله لك ولأصحابك، منَّ الله
عليك أن ألنت لهم جانبك وخفضت لهم جناحك، وترققت عليهم، وحسنت لهم خلقك،
فاجتمعوا عليك، وأحبوك وامتثلوا أمرك،
{ولو كنت فظاً}؛ أي:
سيئ الخلق {غليظ القلب}؛
أي:
قاسيه، {لانفضوا من حولك} لأن هذا ينفرهم
ويبغضهم لمن قام به هذا الخلق السيئ، فالأخلاق الحسنة من الرئيس في الدين
تجذب الناس إلى دين الله وترغبهم فيه، مع ما لصاحبه من المدح والثواب
الخاص، والأخلاق السيئة من الرئيس في الدين تنفر الناس عن الدين وتبغضهم
إليه، مع ما لصاحبها من الذم والعقاب الخاص. فهذا الرسول المعصوم يقول الله
له ما يقول، فكيف بغيره؟ أليس من أوجب الواجبات وأهم المهمات الاقتداء
بأخلاقه الكريمة، ومعاملة الناس بما يعاملهم به - صلى الله عليه وسلم -، من
اللين وحسن الخلق والتأليف؟ امتثالاً لأمر الله وجذباً لعباد الله لدين
الله؟ ثم أمر الله تعالى بأن يعفو عنهم ما صدر منهم من التقصير في حقه -
صلى الله عليه وسلم - ويستغفر لهم في التقصير في حق الله فيجمع بين العفو
والإحسان، {وشاورهم في الأمر}؛
أي:
الأمور التي تحتاج إلى استشارة ونظر وفكر،
فإن في الاستشارة من الفوائد والمصالح الدينية والدنيوية ما لا يمكن
حصره:
منها: أن المشاورة من العبادات المتقرب بها إلى الله.
ومنها:
أن فيها تسميحاً لخواطرهم وإزالة لما يصير في القلوب عند الحوادث، فإنَّ
مَنْ له الأمرُ على الناس إذا جمع أهل الرأي والفضل، وشاورهم في حادثة من
الحوادث، اطمأنت نفوسهم وأحبوه وعلموا أنه ليس يستبد عليهم، وإنما ينظر إلى
المصلحة الكلية العامة للجميع، فبذلوا جهدهم ومقدورهم في طاعته لعلمهم
بسعيه في مصالح العموم، بخلاف من ليس كذلك فإنهم لا يكادون يحبونه محبة
صادقة ولا يطيعونه، وإن أطاعوه فطاعة غير تامة.
ومنها:
أن في الاستشارة تنور الأفكار بسبب إعمالها فيما وضعت له، فصار في ذلك
زيادة للعقول. ومنها: ما تنتجه الاستشارة من الرأي
المصيب، فإن المشاور لا يكاد يخطئ في فعله، وإن أخطأ أو لم يتم له مطلوب
فليس بملوم. فإذا كان الله يقول لرسوله - صلى الله عليه وسلم -
ـ وهو أكمل الناس عقلاً وأغزرهم علماً وأفضلهم رأياً ـ:
{وشاورهم في الأمر}، فكيف بغيره؟
ثم قال تعالى:
{فإذا عزمت}؛ أي:
على أمر من الأمور بعد الاستشارة فيه إن كان يحتاج إلى استشارة
{فتوكل على الله}؛
أي:
اعتمد على حول الله وقوته متبرئاً من حولك وقوتك،
{إن الله يحب المتوكلين} عليه اللاجئين إليه.
(159) Maksudnya, disebabkan rahmat Allah kepadamu
dan kepada para sahabatmu, maka Allah telah memberikan karuniaNya atasmu
agar engkau berlaku lemah lembut dan bersikap sopan santun kepada mereka,
mengasihi mereka, berakhlak baik pada mereka, hingga mereka berkumpul di
sekelilingmu, mencintaimu, dan menaati perintahmu. ﴾ وَلَوۡ كُنتَ فَظًّا
﴿ "Sekiranya kamu bersikap keras," maksudnya, ber-akhlak buruk, ﴾
غَلِيظَ ٱلۡقَلۡبِ
﴿ "lagi berhati keras," maksudnya, berhati kasar, ﴾
لَٱنفَضُّواْ مِنۡ حَوۡلِكَۖ
﴿ "tentulah mereka menjauhkan diri dari sekeliling-mu," karena sikap
seperti ini membuat mereka lari dan benci kepada orang yang memiliki
akhlak yang jelek. Akhlak yang baik meru-pakan ajaran pokok dalam agama
yang akan menarik manusia kepada agama Allah dan membuat mereka senang
kepadanya, di samping apa yang didapatkan oleh pelakunya berupa pujian
dan pahala yang khusus. Dan sebaliknya, akhlak yang buruk merupa-kan
masalah paling pokok dalam agama yang akan menjauhkan manusia dari agama
dan membuat mereka benci kepadanya di samping apa yang diperoleh oleh
pelakunya berupa celaan dan hukuman yang setimpal. Rasul yang ma'shum
ini telah Allah Firmankan kepadanya seperti itu, lalu bagaimanakah
dengan selainnya? Bukankah men-jadi sesuatu yang paling wajib dan paling
penting adalah mencon-toh akhlak-akhlak beliau yang mulia, dan
bermuamalah dengan manusia sebagaimana Rasulullah ﷺ bermuamalah dengan
mereka, dengan cara lemah lembut, akhlak yang baik dan penyatuan hati,
sebagai suatu sikap taat kepada perintah Allah dan daya tarik bagi
hamba-hamba Allah kepada agama Allah? Kemudian Allah memerintahkan
NabiNya ﷺ untuk memaaf-kan mereka dari kelalaian yang terjadi pada
mereka terhadap hak-hak beliau dan agar beliau memohonkan ampunan untuk
mereka atas kelalaian mereka terhadap hak-hak Allah, hingga Nabi ﷺ
me-nyatukan antara pemberian maaf dan berbuat baik. ﴾
وَشَاوِرۡهُمۡ فِي ٱلۡأَمۡرِۖ
﴿ "Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu," yaitu
perkara-perkara yang membutuhkan musyawa-rah, tukar pikiran dan
pendapat. Karena di dalam musyawarah itu terdapat faidah yang banyak
dalam maslahat agama maupun dunia yang tidak mungkin dibatasi,
di antaranya:
$ Bahwasanya musyawarah itu termasuk ibadah-ibadah untuk mendekatkan
diri kepada Allah. $ Bahwasanya di dalam bermusyawarah itu terdapat
pemberian toleransi untuk mencurahkan ide-ide mereka dan menghilang-kan
ketidakenakan yang ada dalam hati ketika terjadi berbagai peristiwa.
Orang yang memiliki kekuasaan atas orang lain apabila mengumpulkan para
cendikiawan dan tokoh masya-rakat, lalu mengajak mereka bermusyawarah
tentang suatu peristiwa, niscaya hati mereka akan tenang dan mereka akan
mencintainya dan kemudian mereka mengetahui bahwa dia tidak berbuat
sewenang-wenang kepada mereka, akan tetapi dia memandang kepada
kemaslahatan umum bagi seluruh masyarakat. Dengan demikian, mereka semua
mengerahkan segala usaha dan kemampuan mereka dalam rangka ketaatan
kepadanya, karena mereka mengetahui bahwa usahanya itu demi kemaslahatan
umum. Berbeda dengan orang yang tidak mengadakan musyawarah, mereka
hampir tidak menyukai-nya dengan kecintaan yang jujur dan tidak pula
mereka akan menaatinya, dan kalaupun mereka menaatinya, maka mereka akan
melakukan dengan ketaatan yang tidak sempurna. $ Dalam bermusyawarah
terdapat pencerahan pikiran, disebab-kan pengaktifan akal pada obyek
peruntukannya hingga men-jadi suatu nilai tambah bagi akal. $ Apa yang
dihasilkan oleh musyawarah adalah dari pikiran yang matang, karena
seorang yang bermusyawarah hampir-hampir tidak berbuat salah dalam
pelaksanaannya, dan apabila terjadi kesalahan atau tidak sempurna
sebagaimana yang di-inginkan, maka ia tidak akan dicela. Apabila Allah
berfirman kepada RasulNya ﷺ –sementara beliau adalah manusia yang paling
sempurna akalnya, paling da-lam ilmunya dan paling utama pikirannya–,
﴾
وَشَاوِرۡهُمۡ فِي ٱلۡأَمۡرِۖ
﴿ "Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu," maka bagaimana
pula dengan selain beliau? Kemudian Allah تعالى berfirman, ﴾
فَإِذَا عَزَمۡتَ
﴿ "Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad," yaitu atas suatu
perkara setelah bermusyawarah padanya, apabila dibutuhkan, ﴾
فَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِۚ
﴿ "maka bertawakallah kepada Allah," maksudnya, bersandarlah kepada
upaya Allah dan kekuatanNya, dan berlepas dirilah dari kemampuan dan
kekuatan dirimu. ﴾
إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُتَوَكِّلِينَ ﴿ "Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakal kepadaNya", yakni yang kembali kepadaNya.
{إِنْ يَنْصُرْكُمُ اللَّهُ فَلَا غَالِبَ لَكُمْ وَإِنْ يَخْذُلْكُمْ
فَمَنْ ذَا الَّذِي يَنْصُرُكُمْ مِنْ بَعْدِهِ وَعَلَى اللَّهِ
فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ (160)}
.
"Jika Allah menolongmu, maka tidak ada orang yang dapat mengalahkanmu;
jika Allah membiarkanmu
(tidak memberi per-tolongan), maka siapakah
gerangan yang dapat menolongmu sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada
Allah saja orang-orang Mukmin bertawakal."
(Ali Imran: 160).
#
{160} أي: إن يمددكم الله بنصره ومعونته
{فلا غالب لكم}، فلو اجتمع عليكم مَنْ في
أقطارها وما عندهم من العَدَد والعُدَد لأن الله لا مغالب له، وقد قهر
العباد وأخذ بنواصيهم، فلا تتحرك دابة إلا بإذنه، ولا تسكن إلا بإذنه،
{وإن يخذلكم} ويكلكم إلى أنفسكم
{فمن ذا الذي ينصركم من بعده}، فلا بد أن
تنخذلوا ولو أعانكم جميع الخلق، وفي ضمن ذلك الأمر بالاستنصار بالله
والاعتماد عليه والبراءة من الحول والقوة،
ولهذا قال:
{وعلى الله فليتوكل المؤمنون}، تقدم المعمول
يؤذن بالحصر، أي: على الله توكلوا لا على غيره،
لأنه قد علم أنه هو الناصر وحده، فالاعتماد عليه توحيد محصل للمقصود،
والاعتماد على غيره شرك غير نافع لصاحبه بل ضار، وفي هذه الآية الأمر
بالتوكل على الله وحده، وأنه بحسب إيمان العبد يكون توكله.
(160) Maksudnya, apabila Allah membantu kalian
dengan pembelaan dan pertolonganNya, ﴾ فَلَا غَالِبَ لَكُمۡۖ
﴿ "maka tidak ada orang yang dapat mengalahkanmu", walaupun orang yang
berada di setiap penjuru berkumpul untuk mengalahkan kalian dengan
segala sesuatu yang mereka miliki berupa jumlah pasukan dan
perleng-kapan, karena tidaklah ada yang dapat mengalahkanNya. Allah
telah menguasai hamba-hambaNya dan telah mengendalikan hidup mereka, dan
tidaklah ada seekor hewan melata pun yang bergerak melainkan pasti
dengan izinNya dan tidak pula diam melainkan pasti dengan izinNya.
﴾
وَإِن يَخۡذُلۡكُمۡ
﴿ "Jika Allah membiarkanmu
(tidak memberi perto-longan)",
(maksudnya) membuat kalian bersandar pada diri
kalian sendiri, ﴾
فَمَن ذَا ٱلَّذِي يَنصُرُكُم مِّنۢ بَعۡدِهِۦۗ
﴿ "maka siapakah gerangan yang dapat menolongmu sesudah itu?" Maka
pastilah kalian akan terlantar wa-laupun seluruh makhluk menolong
kalian. Dalam perkara itulah datangnya perintah untuk memohon
pertolongan kepada Allah, bersandar kepadaNya dan berlepas diri dari
daya dan kekuatan sendiri. Karena itu Allah berfirman, ﴾
وَعَلَى ٱللَّهِ فَلۡيَتَوَكَّلِ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ﴿ "Karena itu, hendaklah
kepada Allah saja orang-orang Mukmin bertawakal." Menda-hulukan objek
(maf'ul bih) itu memberikan peringatan
(akan makna) pembatasan
(al-Hashr), maksudnya, kepada Allah saja kalian
ber-tawakal dan tidak kepada selainNya, karena telah diketahui bahwa hanya
Dia-lah satu-satunya Pembela, maka bersandar kepadaNya adalah sebuah
pengesaan yang menghasilkan sesuatu yang di-harapkan. Sedangkan bersandar
kepada selainNya adalah sebuah kesyirikan yang tidak berguna bagi
pelakunya bahkan akan me-mudaratkannya. Ayat ini mengandung perintah untuk
bertawakal kepada Allah semata, dan bahwasanya sebesar kadar keimanan
seorang hamba, maka sebesar itu pulalah kadar tawakalnya.
{وَمَا كَانَ لِنَبِيٍّ أَنْ يَغُلَّ وَمَنْ يَغْلُلْ يَأْتِ بِمَا
غَلَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثُمَّ تُوَفَّى كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ
وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ (161)}
.
"Tidak mungkin seorang nabi berkhianat
(dalam urusan harta rampasan perang). Barangsiapa
yang berkhianat
(dalam urusan rampasan perang itu), maka pada Hari
Kiamat dia akan datang membawa sesuatu yang dikhianatkannya itu, kemudian
tiap-tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang dia kerja-kan
dengan
(pembalasan) setimpal, sedang mereka tidak
dianiaya."
(Ali Imran: 161).
#
{161} الغلول: هو الكتمان من الغنيمة
والخيانة في كل مالٍ يتولاه الإنسان وهو محرَّم إجماعاً، بل هو من الكبائر
كما تدل عليه هذه الآية الكريمة وغيرها من النصوص، فأخبر الله تعالى أنه ما
ينبغي ولا يليق بنبي أن يغل، لأن الغلول ـ كما علمت ـ من أعظم الذنوب وشر
العيوب. وقد صان الله تعالى أنبياءه عن كل ما يدنسهم ويقدح فيهم، وجعلهم
أفضل العالمين أخلاقاً وأطهرهم نفوساً، وأزكاهم وأطيبهم ونزههم عن كل عيب،
وجعلهم محل رسالته ومعدن حكمته،
{الله أعلم حيث يجعل رسالته}، فبمجرد علم
العبد بالواحد منهم يجزم بسلامتهم من كل أمر يقدح فيهم، ولا يحتاج إلى دليل
على ما قيل فيهم من أعدائهم، لأن معرفته بنبوتهم مستلزم لدفع ذلك،
ولذلك أتى بصيغة يمتنع معها وجود الفعل منهم فقال:
{وما كان لنبي أن يغل}؛
أي:
يمتنع ذلك ويستحيل على من اختارهم الله لنبوته.
ثم ذكر الوعيد على من غل فقال:
{ومن يغلل يأت بما غل يوم القيامة}؛
أي:
يأت به حامله على ظهره حيواناً كان أو متاعاً أو غير ذلك يعذب به يوم
القيامة {ثم توفى كل نفس ما كسبت}؛ الغالُّ
وغيره كلٌّ يوفَّى أجره ووزره على مقدار كسبه
{وهم لا يظلمون}؛
أي:
لا يزداد في سيئاتهم ولا يهضمون شيئاً من حسناتهم. وتأمل حسن هذا الاحتراز
في هذه الآية الكريمة لمَّا ذكر عقوبة الغالِّ وأنه يأتي يوم القيامة بما
غله، ولمَّا أراد أن يذكر توفيته وجزاءه وكان اقتصاره على الغال يوهم
بالمفهوم أن غيره من أنواع العاملين قد لا يوفون، أتى بلفظ عامٍّ جامع له
ولغيره.
(161) Al-Ghulul
(berkhianat) adalah menyembunyikan harta ghanimah
dan berkhianat pada setiap harta yang dipegang oleh seseorang, ghulul ini
adalah haram menurut ijma', bahkan ia termasuk di antara dosa besar,
sebagaimana yang ditunjukkan oleh ayat yang mulia tersebut dan ayat-ayat
lainnya dari nash-nash yang ada. Allah تعالى mengabarkan bahwasanya
tidaklah patut dan tidak mungkin seorang Nabi itu melakukan khianat,
karena ber-khianat itu -sebagaimana yang telah Anda ketahui- termasuk
dosa-dosa yang besar dan sejahat-jahatnya aib. Sungguh Allah تعالى telah
memelihara para NabiNya dari segala hal yang mengotori dan menjatuhkan
mereka, dan Dia men-jadikan mereka sebagai orang-orang terbaik akhlaknya
di seluruh alam dan orang-orang yang paling bersih jiwanya. Allah
member-sihkan, membaikkan, dan menyucikan mereka dari segala aib dan
kekurangan, Dia menjadikan mereka sebagai tempat risalahNya dan kandungan
hikmahNya, ﴾ ٱللَّهُ أَعۡلَمُ حَيۡثُ يَجۡعَلُ رِسَالَتَهُۥۗ
﴿ "Allah lebih mengetahui kepada siapa Dia memberikan tugas
kera-sulan."
(Al-An'am: 124). Seorang
hamba itu cukup hanya dengan mengetahui salah seorang dari mereka
(para nabi), niscaya dia akan memastikan
keselamatan mereka dari setiap hal yang membuat mereka tercela, dan
tidaklah dibutuhkan dalil bantahan atas celaan yang dikatakan tentang
mereka dari musuh-musuh mereka. Karena pengetahuan-nya tentang kenabian
mereka menuntut keharusan adanya peno-lakan akan hal itu. Oleh karena
itu, Allah merangkai ayat ini dengan konteks yang dapat menghalangi
adanya perbuatan khianat dari mereka. Maka Allah berfirman, ﴾
وَمَا كَانَ لِنَبِيٍّ أَن يَغُلَّۚ
﴿ "Tidak mungkin seorang nabi berkhianat," maksudnya, hal itu adalah
terhalang dan mustahil terjadi dari orang-orang yang telah dipilih Allah
untuk menerima kenabian. Kemudian Allah menyebutkan ancaman atas orang
yang berbuat khianat dalam FirmanNya,﴾
وَمَن يَغۡلُلۡ يَأۡتِ بِمَا غَلَّ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِۚ
﴿ "Barangsiapa berkhianat
(dalam urusan rampasan perang itu), maka pada
Hari Kiamat dia akan datang membawa sesuatu yang dikhia-natkannya itu."
Maksudnya, pembawa ghanimah itu membawanya dengan cara memikulnya di
atas punggungnya, baik harta itu berupa hewan maupun barang atau
selainnya, di mana ia akan disiksa dengannya pada Hari Kiamat. ﴾
ثُمَّ تُوَفَّىٰ كُلُّ نَفۡسٖ مَّا كَسَبَتۡ
﴿ "Kemudian tiap-tiap diri akan diberi pem-balasan tentang apa yang dia
kerjakan dengan (pembalasan) setimpal." Seorang
yang berkhianat atau orang lain, masing-masing akan diberikan
ganjarannya atas dosanya, seukuran dengan apa yang dikerjakannya,
﴾
وَهُمۡ لَا يُظۡلَمُونَ ﴿ "sedang mereka tidak dianiaya," mak-sudnya, tidak
ditambah kejelekan mereka dan tidak pula berkurang sedikit pun kebaikan
mereka. Simaklah dengan baik perlindungan
(proteksi) yang terkan-dung dalam ayat yang mulia
tersebut, ketika Allah menyebutkan dalam ayat itu hukuman bagi orang yang
berkhianat, dan bahwa dia akan datang pada Hari Kiamat dengan membawa
harta yang dikhianatinya itu, dan ketika Allah akan menyebutkan tentang
balasannya. Tindakan Allah membatasinya pada konteks pelaku ghulul
mengisyaratkan pemahaman bahwa selain dari orang ter-sebut, dari berbagai
pelaku kejahatan lainnya, terkadang tidak dipenuhi balasannya, maka Allah
menyebutkannya dengan lafazh yang umum yang meliputi semua orang yang
berkhianat dan selainnya.
{أَفَمَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَ اللَّهِ كَمَنْ بَاءَ بِسَخَطٍ مِنَ
اللَّهِ وَمَأْوَاهُ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ
(162) هُمْ دَرَجَاتٌ عِنْدَ اللَّهِ وَاللَّهُ
بَصِيرٌ بِمَا يَعْمَلُونَ (163)}
.
"Apakah orang yang mengikuti keridhaan Allah sama dengan orang yang
kembali membawa kemurkaan
(yang besar) dari Allah dan tempatnya adalah
Jahanam? Dan itulah seburuk-buruk tem-pat kembali.
(Kedudukan) mereka itu bertingkat-tingkat di sisi
Allah, dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan."
(Ali Imran: 162-163).
#
{162 ـ 163} يخبر تعالى أنه لا يستوي من كان
قصده رضوان رَبِّه والعمل على ما يرضيه كمن ليس كذلك ممن هو مكب على
المعاصي مسخط لربه، هذان لا يستويان في حكم الله وحكمة الله وفي فِطَر عباد
الله
{أفمن كان مؤمناً كمن كان فاسقاً لا يستوون}؛ لهذا قال هنا:
{هم درجات عند الله}؛
أي:
كل هؤلاء متفاوتون في درجاتهم ومنازلهم بحسب تفاوتهم في أعمالهم. فالمتبعون
لرضوان الله يسعون في نيل الدرجات العاليات والمنازل والغرفات، فيعطيهم
الله من فضله وجوده على قدر أعمالهم، والمتبعون لمساخط الله يسعون في
النزول في الدركات إلى أسفل سافلين كل على حسب عمله، والله بصير بأعمالهم
لا يخفى عليه منها شيء، بل قد علمها وأثبتها في اللوح المحفوظ ووكل ملائكته
الأمناء الكرام أن يكتبوها ويحفظوها ويضبطوها.
(162-163) Allah تعالى memberitahukan bahwasanya
tidaklah sama orang yang tujuannya adalah keridhaan Rabbnya dan ber-buat
dengan amalan yang membuat Rabbnya ridha, dengan orang yang tidak seperti
itu dari kalangan orang-orang yang senang berbuat kemaksiatan dan hal-hal
yang membuat Tuhannya murka. Kedua orang seperti itu tidaklah sama
hukumnya di hadapan Allah dan hikmahNya serta pada fitrah hamba-hamba
Allah. ﴾ أَفَمَن كَانَ مُؤۡمِنٗا كَمَن كَانَ فَاسِقٗاۚ لَّا يَسۡتَوُۥنَ 18
﴿ "Apakah orang-orang beriman itu sama dengan orang-orang yang fasik?
Mereka tidak sama."
(As-Sajdah: 18). Karena
itu Allah berfirman di sini, ﴾
هُمۡ دَرَجَٰتٌ عِندَ ٱللَّهِۗ ﴿ "
(Kedu-dukan)
mereka itu bertingkat-tingkat di sisi Allah," maksudnya, setiap mereka itu
berbeda-beda dalam derajat dan kedudukan mereka, sesuai dengan tingkatan
mereka dalam amal perbuatan mereka. Orang-orang yang mencari keridhaan
Allah berusaha mem-peroleh derajat yang tinggi, kedudukan, dan
istana-istana, maka Allah memberikan kepada mereka karuniaNya dan
kemuliaanNya menurut kadar perbuatan mereka. Sedangkan orang-orang yang
mengikuti hal-hal yang membuat Allah murka berusaha untuk turun ke kerak
paling bawah dari neraka, maka setiap orang men-dapatkan balasan menurut
amal yang diperbuatnya. Dan Allah Maha Melihat amal perbuatan mereka,
tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi di hadapanNya, bahkan Allah telah
mengetahuinya dan telah menetapkannya di Lauhul Mahfuzh, dan Dia
menugas-kan kepada para malaikatNya yang terpercaya lagi mulia untuk
menulisnya, menyimpannya, serta memeliharanya.
{لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ
رَسُولًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ
وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ
لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ (164)}
.
"Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman
ketika Allah mengutus kepada mereka seorang rasul dari golongan mereka
sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan
(jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka
al-Kitab dan al-Hikmah. Dan sesungguhnya sebe-lum
(kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar
dalam kesesatan yang nyata."
(Ali Imran: 164).
#
{164} هذه المنَّةُ التي امتنَّ الله بها على
عباده أكبر النعم بل أصلها، وهي الامتنان عليهم بهذا الرسول الكريم الذي
أنقذهم الله به من الضلالة،
وعصمهم به من الهلكة فقال:
{لقد منَّ الله على المؤمنين إذ بعث فيهم رسولاً من أنفسهم}؛ يعرفون نسبه وحاله ولسانه من قومهم وقبيلتهم ناصحاً لهم مشفقاً عليهم
يتلو عليهم آيات الله؛ يعلمهم ألفاظها ومعانيها
{ويزكيهم}؛ من الشرك والمعاصي والرذائل وسائر
مساوئ الأخلاق {ويعلمهم الكتاب}؛
إما جنس الكتاب الذي هو القرآن فيكون قوله:
{يتلو عليهم آياته}؛ المراد به الآيات
الكونية، أو المراد بالكتاب هنا الكتابة فيكون قد امتنَّ عليهم بتعليم
الكتاب والكتابة التي بها تدرك العلوم وتحفظ
{والحكمة}؛ هي:
السنة التي هي شقيقة القرآن، أو وضع الأشياء مواضعها ومعرفة أسرار الشريعة
فجمع لهم بين تعليم الأحكام وما به تُنَفَّذ الأحكام وما به تدرك فوائدها
وثمراتها ففاقوا بهذه الأمور العظيمة جميع المخلوقين، وكانوا من العلماء
الربانيين
{وإن كانوا من قبل}؛ بعثة هذا الرسول
{لفي ضلال مبين}؛ لا يعرفون الطريق الموصل
إلى ربهم، ولا ما يزكي النفوس، ويطهرها، بل ما يزين لهم جهلهم فعلوه، ولو
ناقض ذلك عقول العالمين!
(164) Karunia ini yang telah Allah berikan kepada
hamba-hambaNya, merupakan karunia yang paling besar bahkan karunia yang
paling mendasar, yaitu anugerah dengan adanya Rasul yang mulia tersebut
kepada mereka, yang dengannya Allah menyela-matkan mereka dari kesesatan,
dan memelihara mereka dengannya dari kehancuran, maka Allah berfirman, ﴾
لَقَدۡ مَنَّ ٱللَّهُ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ إِذۡ بَعَثَ فِيهِمۡ رَسُولٗا
مِّنۡ أَنفُسِهِمۡ
﴿ "Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman
ketika Allah mengutus pada mereka seorang rasul dari golongan mereka
sendiri," yang mereka ketahui garis keturunannya, keadaannya dan
bahasanya dari kaum mereka dan suku mereka sebagai seorang pemberi
nasihat bagi mereka, bersikap kasih sayang terhadap mereka, yang
membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, dan mengajarkan kepada mereka
lafazh dan maknanya, ﴾
وَيُزَكِّيهِمۡ
﴿ "dan membersihkan (jiwa) mereka" dari syirik
dan maksiat, hal-hal yang hina serta seluruh akhlak-akhlak yang
buruk,﴾
وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلۡكِتَٰبَ
﴿ "dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab," baik jenis al-Kitab
(secara umum) yang maksudnya adalah al-Qur`an,
sehingga Firman Allah, ﴾
يَتۡلُواْ عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتِهِۦ
﴿ "Yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah," maksudnya adalah,
ciptaan-ciptaan Allah (al-Ayat al-Kauniyah),
atau yang dimaksudkan dengan al-Kitab di sini adalah penulisan, sehingga
maknanya adalah bahwa Allah telah mem-berikan karuniaNya atas mereka
dengan mengajarkan al-Kitab dan penulisan, di mana dengan tulisan itu
ilmu dapat dipahami dan terjaga. ﴾
وَٱلۡحِكۡمَةَ
﴿ "Dan al-Hikmah," yaitu, as-Sunnah yang merupakan pendamping
al-Qur`an. Atau (juga bermakna) meletakkan
sesuatu pada tempatnya dan mengetahui rahasia-rahasia syariat. Maka
Allah menyatukan bagi mereka antara pengajaran hukum-hukum dan segala
hal yang dengannya hukum-hukum tersebut direalisasi-kan dan segala hal
yang menjadi perangkat didapatkannya faidah dan buahnya. Hingga mereka
melampaui seluruh makhluk yang ada dengan perkara-perkara yang agung
itu. Dan mereka menjadi para ulama Rabbani, ﴾
وَإِن كَانُواْ مِن قَبۡلُ
﴿ "se-kalipun sebelum (kedatangan Nabi) itu",
maksudnya, sebelum diutus-nya Rasul tersebut, ﴾
لَفِي ضَلَٰلٖ مُّبِينٖ ﴿ "mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang
nyata." Mereka tidak mengetahui jalan yang meng-hantarkan mereka kepada
Rabb mereka, tidak juga tentang perkara yang membersihkan jiwa mereka dan
menyucikannya. Akan tetapi apa yang dihiasi oleh kebodohan mereka, niscaya
mereka melaku-kannya walaupun perbuatan itu bertentangan dengan akal sehat
seluruh alam.
{أَوَلَمَّا أَصَابَتْكُمْ مُصِيبَةٌ قَدْ أَصَبْتُمْ مِثْلَيْهَا
قُلْتُمْ أَنَّى هَذَا قُلْ هُوَ مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِكُمْ إِنَّ اللَّهَ
عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (165) وَمَا
أَصَابَكُمْ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعَانِ فَبِإِذْنِ اللَّهِ
وَلِيَعْلَمَ الْمُؤْمِنِينَ (166) وَلِيَعْلَمَ
الَّذِينَ نَافَقُوا وَقِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا قَاتِلُوا فِي سَبِيلِ
اللَّهِ أَوِ ادْفَعُوا قَالُوا لَوْ نَعْلَمُ قِتَالًا
لَاتَّبَعْنَاكُمْ هُمْ لِلْكُفْرِ يَوْمَئِذٍ أَقْرَبُ مِنْهُمْ
لِلْإِيمَانِ يَقُولُونَ بِأَفْوَاهِهِمْ مَا لَيْسَ فِي قُلُوبِهِمْ
وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا يَكْتُمُونَ
(167) الَّذِينَ قَالُوا لِإِخْوَانِهِمْ
وَقَعَدُوا لَوْ أَطَاعُونَا مَا قُتِلُوا قُلْ فَادْرَءُوا عَنْ
أَنْفُسِكُمُ الْمَوْتَ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
(168)}
.
"Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah
(pada pepe-rangan Uhud), padahal kamu telah
menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu
(pada peperangan Badar), kamu berkata, 'Dari mana
datangnya
(kekalahan) ini?' Katakanlah, 'Itu dari
(kesalahan) dirimu sendiri.' Sesungguhnya Allah
Mahakuasa atas segala sesuatu. Dan apa yang menimpamu pada hari
berte-munya dua pasukan, maka
(kekalahan) itu
adalah dengan izin
(takdir) Allah, dan agar Allah
mengetahui siapa orang-orang yang beriman. Dan supaya Allah mengetahui
siapa orang-orang yang munafik. Kepada mereka dikatakan, 'Marilah
berperang di jalan Allah atau pertahankanlah
(dirimu).' Mereka berkata, 'Sekiranya kami
mengetahui akan terjadi peperangan, tentulah kami meng-ikuti kamu.' Mereka
pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran daripada keimanan. Mereka
mengatakan dengan mulut mereka perkataan yang tidak terkandung dalam hati
mereka. Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan.
Orang-orang yang mengatakan kepada saudara-saudaranya dan mereka tidak
turut pergi berperang, 'Sekiranya mereka mengikuti kita, tentulah mereka
tidak terbunuh', maka katakanlah
(kepada mereka),
'Tolak-lah kematian itu dari dirimu, jika kamu orang-orang yang benar'."
(Ali Imran: 165-168).
#
{165} هذا تسلية من الله تعالى لعباده
المؤمنين حين أصابهم ما أصابهم يوم أحد وقتل منهم نحو سبعين،
فقال الله:
إنكم {قد أصبتم}؛ من المشركين
{مثليها}
[يوم بدر]؛ فقتلتم سبعين من كبارهم وأسرتم سبعين،
فَلْيَهُنِ الأمرُ ولِتَخِفَّ المصيبةُ عليكم مع أنكم لا تستوون أنتم وهم،
فإن قتلاكم في الجنة وقتلاهم في النار،
{قلتم أنى هذا}؛ أي:
من أين أصابنا ما أصابنا وهزمنا؟
{قل هو من عند أنفسكم}؛ حين تنازعتم وعصيتم
من بعد ما أراكم ما تحبون، فعودوا على أنفسكم باللوم واحذروا من الأسباب
المردية {إن الله على كل شيء قدير}؛ فإياكم
وسوء الظن بالله، فإنه قادر على نصركم، ولكن له أتم الحكمة في ابتلائكم
ومصيبتكم ذلك، ولو شاء الله لانتصر منهم، ولكن ليبلوَ بعضكم ببعض.
(165) Ini merupakan hiburan dari Allah تعالى bagi
hamba-hambaNya yang beriman ketika mereka menderita kekalahan yang telah
mereka rasakan pada perang Uhud, dan telah terbunuh dari mereka kira-kira
tujuh puluh orang, lalu Allah berfirman, ﴾ قَدۡ أَصَبۡتُم
﴿ "Kamu telah menimpakan" terhadap kaum musyrikin, ﴾
مِّثۡلَيۡهَا
﴿ "(keka-lahan) dua kali lipat" pada perang
Badar. Kalian membunuh sekitar tujuh puluh orang dari pembesar-pembesar
mereka dan menawan tujuh puluh lagi dari mereka. Maka hendaklah
peristiwa itu men-jadi terasa enteng dan musibah tersebut menjadi ringan
atas kalian. Dan bersama itu kalian tidaklah sama dengan mereka, karena
orang-orang yang terbunuh dari kalian itu berada di surga, sedang mereka
di neraka. ﴾
قُلۡتُمۡ أَنَّىٰ هَٰذَاۖ
﴿ "Kamu berkata, 'Darimana datangnya
(kekalahan) ini?'" Maksudnya, darimana datangnya
derita yang telah kita rasakan itu dan darimana kita dikalahkan? ﴾
قُلۡ هُوَ مِنۡ عِندِ أَنفُسِكُمۡۗ
﴿ "Katakanlah, 'Itu dari (kesalahan) dirimu
sen-diri'," ketika kalian berselisih dan bermaksiat setelah Allah
mem-perlihatkan kepada kalian sesuatu yang kalian sukai. Maka
kem-balikanlah celaan itu pada diri kalian sendiri dan waspadalah dari
sebab-sebab yang menghancurkan. ﴾
إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٞ ﴿ "Sesungguhnya Allah Mahakuasa
atas segala sesuatu." Janganlah kalian berburuk sangka kepada Allah,
karena Allah Mahakuasa untuk menolong kalian. Akan tetapi Dia memiliki
hikmah yang paling sempurna dalam ujian dan musibah kalian tersebut, dan
sekiranya Allah menghendaki, niscaya Allah dapat membalas mereka, akan
tetapi hal itu agar Allah menguji sebagian kalian dengan sebagian lainnya.
#
{166 ـ 167} ثم أخبر أن ما أصابهم يوم التقى
الجمعان: جمعُ المسلمين وجمعُ المشركين في أحد من القتل والهزيمة، أنه
بإذنه وقضائه وقدره، لا مرد له ولا بد من وقوعه، والأمر القدري إذا نفذ لم
يبق إلا التسليم له وأنه قدَّره لحكم عظيمة وفوائد جسيمة، وأنه ليتبين بذلك
المؤمن من المنافق الذين لما أمروا بالقتال
{وقيل لهم تعالوا قاتلوا في سبيل الله}؛
أي:
ذبًّا عن دين الله وحماية له وطلباً لمرضاة الله،
{أو ادفعوا} عن محارمكم وبلدكم إن لم يكن لكم
نية صالحة، فأبوا ذلك واعتذروا بأن:
{قالوا لو نعلم قتالاً لاتبعناكم}؛
أي:
لو نعلم أنكم يصير بينكم وبينهم قتال لاتبعناكم، وهم كذبة في هذا، قد علموا
وتيقنوا، وعلم كل أحد أن هؤلاء المشركين قد مُلئوا من الحنق والغيظ على
المؤمنين بما أصابوا منهم، وأنهم قد بذلوا أموالهم وجمعوا ما يقدرون عليه
من الرجال والعدد، وأقبلوا في جيش عظيم قاصدين المؤمنين في بلدهم متحرقين
على قتالهم، فمن كانت هذه حالهم كيف يتصور أنه لا يصير بينهم وبين المؤمنين
قتال؟ خصوصاً وقد خرج المسلمون من المدينة وبرزوا لهم، هذا من المستحيل،
ولكن المنافقين ظنوا أن هذا العذر يروج على المؤمنين،
قال تعالى:
{هم للكفر يومئذ}؛
أي:
في تلك الحال التي تركوا فيها الخروج مع المؤمنين
{أقرب منهم للإيمان، يقولون بأفواههم ما ليس في قلوبهم}، وهذه خاصة المنافقين يظهرون بكلامهم وفعالهم ما يبطنون ضده في قلوبهم
وسرائرهم، ومنه قولهم:
{لو نعلم قتالاً لاتبعناكم}، فإنهم قد علموا
وقوع القتال. ويستدل بهذه الآية على قاعدة ارتكاب أخف المفسدتين، لدفع
أعلاهما وفعل أدنى المصلحتين للعجز عن أعلاهما، لأن المنافقين أُمروا أن
يقاتلوا للدين، فإن لم يفعلوا فللمدافعة عن العيال والأوطان
{والله أعلم بما يكتمون}، فيبديه لعباده
المؤمنين، ويعاقبهم عليه.
(166-167) Kemudian Allah تعالى mengabarkan
bahwasanya yang menimpa mereka saat bertemunya kedua pasukan; pasukan kaum
Muslimin dan pasukan kaum musyrikin di Uhud berupa kematian dan kekalahan,
adalah dengan izinNya, Qadha` dan QadarNya; tidak ada tempat pelarian
baginya, dan itu pasti terjadi. Perkara takdir apabila telah terlaksana,
maka tidak ada lagi cara kecuali
(hanya) menerimanya dan bahwa Allah menetapkan hal
itu atas dasar hikmah yang agung dan faidah yang besar, dan bahwa dengan
hal itu akan jelas orang Mukmin dari orang munafik, yaitu orang-orang yang
bila diperintah untuk ikut berperang, ﴾ وَقِيلَ لَهُمۡ تَعَالَوۡاْ
قَٰتِلُواْ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ
﴿ "dan kepada mereka dikatakan, 'Marilah berperang di jalan Allah',"
yaitu, demi membela agama Allah dan melindunginya serta mengharap
keridhaan Allah, ﴾
أَوِ ٱدۡفَعُواْۖ
﴿ "atau pertahankanlah (dirimu)," kehormatan
dan negeri kalian apabila kalian tidak me-miliki niat yang shalih, maka
mereka enggan ikut berperang dan membuat alasan. ﴾
قَالُواْ لَوۡ نَعۡلَمُ قِتَالٗا لَّٱتَّبَعۡنَٰكُمۡۗ
﴿ "Mereka berkata, 'Sekiranya kami menge-tahui akan terjadi peperangan,
tentulah kami mengikutimu'," maksud-nya, sekiranya kami mengetahui
bahwasanya akan terjadi pepe-rangan antara kalian dan mereka, niscaya
kami akan mengikuti kalian berperang. Tetapi sebenarnya mereka pendusta
dalam hal itu. Sungguh mereka telah yakin dan paham, dan setiap orang
mengetahui bahwa kaum musyrikin telah dipenuhi oleh dengki dan kebencian
terhadap kaum Muslimin karena apa yang telah mereka derita disebabkan
kaum Muslimin, dan bahwa mereka telah mengerahkan harta benda mereka,
dan mereka telah me-ngumpulkan pasukan sekuat tenaga untuk menghancurkan
kaum Muslimin di negeri mereka dengan semangat yang menyala-nyala untuk
memerangi mereka. Barangsiapa yang kondisinya seperti ini, bagaimana
bisa tidak tergambar bahwa tidak akan terjadi perang antara mereka
dengan kaum Muslimin? Khususnya (alasan) bahwa
kaum Muslimin telah (terlanjur) keluar dari
Madinah (meninggalkan mereka), dan menghadapi
mereka (kafir Quraisy). Ini merupakan suatu
alasan yang mustahil, akan tetapi orang-orang munafik menyangka bahwa
alasan terse-but melegakan kaum Mukminin. Allah berfirman, ﴾
هُمۡ لِلۡكُفۡرِ يَوۡمَئِذٖ
﴿ "Mereka pada hari itu kepada kekafiran" yaitu pada saat mereka tidak
berjihad bersama kaum Mukminin, ﴾
أَقۡرَبُ مِنۡهُمۡ لِلۡإِيمَٰنِۚ يَقُولُونَ بِأَفۡوَٰهِهِم مَّا لَيۡسَ فِي
قُلُوبِهِمۡۚ
﴿ "lebih dekat kepada kekafiran daripada keimanan. Mereka me-ngatakan
dengan mulut mereka perkataan yang tidak terkandung dalam hati mereka."
Ini adalah ciri khas orang-orang munafik, mereka tampakkan pada lisan
dan perbuatan mereka apa yang bertentangan dengan yang ada dalam hati
dan dada mereka. Di antaranya adalah per-kataan mereka, ﴾
لَوۡ نَعۡلَمُ قِتَالٗا لَّٱتَّبَعۡنَٰكُمۡۗ
﴿ "Sekiranya kami mengetahui akan terjadi peperangan, tentulah kami
mengikuti kamu." Sesungguhnya mereka sebenarnya telah mengetahui akan
terjadinya peperangan. Ayat ini menjadi dalil atas sebuah kaidah
"melakukan kemu-daratan yang lebih kecil dari dua kemudaratan," untuk
menolak kemudaratan yang lebih besar dan melakukan kemaslahatan yang
lebih kecil dari dua kemaslahatan karena ketidakmampuan mela-kukan
kemaslahatan yang lebih besar, karena kaum munafik itu telah
diperintahkan untuk berperang demi agama, dan bila mereka tidak
melakukannya maka diperintahkan untuk mempertahankan keluarga dan
negeri. ﴾
وَٱللَّهُ أَعۡلَمُ بِمَا يَكۡتُمُونَ ﴿ "Dan Allah lebih mengetahui apa
yang mereka sembunyikan," maka Allah tampakkan semua itu bagi
hamba-hamba-Nya yang beriman, lalu Allah menghukum mereka atas hal
tersebut.
#
{168} ثم قال تعالى:
{الذين قالوا لإخوانهم وقعدوا لو أطاعونا ما قتلوا}؛ أي: جمعوا بين التخلف عن الجهاد وبين الاعتراض
والتكذيب بقضاء الله وقدره، قال الله ردًّا عليهم:
{قل فادرأوا}؛ أي:
ادفعوا
{عن أنفسكم الموت إن كنتم صادقين}، أنهم لو
أطاعوكم ما قتلوا لا تقدرون على ذلك ولا تستطيعونه. وفي هذه الآيات دليل
على أن العبد قد يكون فيه خصلة كفر وخصل